Kamis, 10 November 2022

CERPEN 2022

May, I Help You



'Hai everyone.....it's me, May here....' Kata Mayrene seorang influencer yang terkenal, dia memiliki blog dengan view yang fantastik.

Mayrene Salsabila merupakan seorang influencer yang memiliki followers jutaan, dia memiliki chanel youtube , blog dan juga media sosial lainnya dengan follower berjuta-juta. Mayrene atau yang sering di panggil May mempunyai fans yang sangat banyak, dia juga sering diundang di cara-acara televisi. May memiliki wajah yang cantik dengan dua lesung pipi di kedua pipinya, dia tergolong orang yang sangat ramah, entah itu di dalam frame kamera atau diluar frame kamera. Sikapnya yang seperti ini lah yang membuat May banyak memiliki teman dikalangan selebriti, dan juga memiliki fans yang sangat banyak. May juga kerap melakukan aksi sosial dengan menjadi donatur di beberapa panti asuhan dan juga panti jompo. Hasil berkaryanya memang sengaja May sisakan untuk kegiatan sosial di masyarakat, tak heran jika dia sangat diidolakan. May memang bukan aktris, bukan pemain film ataupun pemain drama di TV, namun namanya banyak di kenal oleh orang.

Sama seperti halnya sebuah bintang, May yang terlihat sangat bercahaya dan bersinar, juga memiliki sisi gelapnya. Bintang juga begitu kan? dia akan bersinar di gelapnya malam, bintang butuh kegelapan juga untuk tetap bisa terlihat bersinar. Manusia juga punya bayangan yang berwarna gelap di setiap langkahnya, begitu pula May. Dia memiliki trauma tersendiri, May paling tidak suka dengan hujan, karena dia memiliki trauma dengan hujan. Di saat May berumur 12 tahun dia pernah di culik dan hampir di perkosa, namun dia berhasil melarikan diri walaupun dia tertabrak mobil dan mengalami patah tulang cukup parah namun dia bisa di selamatkan, dan kejadian itu terjadi di kala hujan. Makanya jika hujan tiba, May memilih untuk mengurung diri di rumah, bahkan dulu waktu sekolah May juga memilih ijin jika hujan di pagi hari, atau jika tiba-tiba hujan di sekolah, dia memilih untuk menetap di UKS. Hal ini hanya beberapa orang saja yang tahu, selain keluarga May hanya sahabat May yang tahu keadaan trauma yang di alami May. May sendiri memiliki dua orang sahabat yang sedari kecil sudah berteman dengannya, ada Evlyn dan juga Alex. Mereka berdua yang senantiasa bersama May, bahkan Evelyn sekarang selain bekerja di perusahaan property dia juga merangkap jadi manager May, sedangkan Alex bertugas sebagai editor, fotografer dan juga orang yang mengurus semua kebutuhan syutting May termasuk yang memilih tim kru untuk keperluan vlog May di setiap harinya.

'Besok ada event nih di luar kota, kayaknya kita berdua harus berangkat duluan, entar Ev nyusul...' kata Alex sembari merapikan peralatan syuttingnya.

'Ev emangnya kenapa gak bisa ikut kita barengan Al..?' tanya May

'Gak bisa, dia masih ada meeting sama klien jadi dia nyuruh kita berdua duluan, lagian syutingnya 5 hari disana, Ev bisa datang ddi hari kedua kan... kita juga di hari pertama belum tentu langsung syutting, soalnya aku masih prepare tempat yang bagus, spot sama view nya yang mendukung buat konten kita...' kata Alex 

'Hemmm begitu...oke deh, besok bangunin aku ya...kamu tahu kan aku susah bangun pagi...' kata May sambil beranjak memasuki kamarnya

'Ellah kebiasaan....' jawab Alex sambil masih sibuk menata alat-alat syuttingnya

Keesokan harinya May dan juga Alex bersama kru berangkat ke kota yang sudah di tentukan untuk sebuah event. May kesana selain menghadiri event yang di selenggarakan dia juga akan mengambil beberapa gambar dan video untuk vlog di youtube nya. Sesampainya disana, suasana sudah siang hari dan matahari lumayan terik untuk hari itu. May dan kru menyempatkan diri untuk makan dan beristirahat di restoran yang sudah mereka booking sebelumnya. Saat sedang beristirahat, May memandang ke arah sebrang jalan, tepatnya di sebuah lampu merah. Disana berdiri seorang nenek-nenek yang membawa tas belanjaan, saat lampu hijau untuk pejalan kaki menyala, sang nenek berjalan menyebrangi jalan. Terlihat beberapa orang-orang membantu sang nenek, tapi nenek tersebut malah marah-marah dan tidak mau di bantu. Namun si nenek berjalan sangat lambat, bahkan lampu hijau tanda untuk pejalan kaki sudah mau berganti merah, tetapi sang nenek masih berusaha untuk berjalan. Akhirnya orang-orang yang awalnya mau membantu malah tidak menghiraukan si nenek karena dia tidak mau dibantu. Lalu tiba-tiba ada seorang pira yang mengenakan kaos putih di padu dengan celana jeans serta jaket denim yang senada dengan warna celananya berjalan beriringan dengan si nenek. Pria itu berjalan berdampingan dengan nenek sambil terus memperhatikan layar handphone nya, dan pria itu juga terlihat menggunakan earphone di telinganya, dia nampak seperti sedang bermain game.

'Gimana si tu cowok...kok malah gak bantu nenek eh malah asik main game...dasar anak-anak jaman sekarang...' gumam May sambari menyruput lemon tea di depan nya.

Pria tadi terus berjalan beriringan dengan nenek, dan dengan pose yang tetap fokus ke handphone nya, sampai di ujung jalan. Walaupun banyak mobil yang membunyikan klakson dan juga memaki pria tadi, tapi nampaknya pria tadi tak menggubrisnya dan dia berhasil menyebrang bersama si nenek. Sesampainya di ujung sebrang jalan, pria tadi mematikan handphone nya dan memasukannya ke saku, si nenek memandangnya lalu memegang lengan pria tadi sebelum si pria beranjak meninggalkan nenek.

'Terima kasih sudah menemani nenek menyebrang nak...ini...' kata nenek sambil memberikan dua buah jeruk dari tas belanjaannya.

'Iya nenek sama-sama, terima kasih jeruknya...' jawabnya sambil berjalan meninggalkan nenek tersebut dan membawa dua buah jeruk yang dia terima dari nenek.

Nenek tadi tersenyum kearah pria yang memiliki tinggi sekitar 180 cm dan juga memakai kacamata serta tas ransel berwarna hitam. May yang melihat kejadian itu sangat heran dibuatnya, sebenarnya apa yang nenek itu fikirkan dan apa yang sebenarnya pria itu lakukan, disaat orang normal akan membantu nenek itu berjalan di penyebrangan jalan, tapi yang dia lakukan malah menemani nenek berjalan pelan, walau di maki banyak orang namun dia tetap menemani nenek sampai di ujung jalan dan berhasil menyebrangkan nenek walau dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang lain lakukan. May masih melihat pria tadi yang lalu menghilang bersama dengan beberapa orang di jalan, mata May masih mencari keberadaan pria itu, namun dia gagal menemukannya.

'May...May...Mayrene...' kata Alex sambil menepuk bahu May

'Hah...' jawab May kaget dan menoleh kearah Alex

'kenapa si kamu...??' tanya Alex

'Ehh enggak kok gak apa-apa Al...kenapa kenapa...?' tanya May

'Ayo berangkat...kita harus take buat vlog nie...keburu sore...' ajak Alex

'Oh...oke...' jawab May sambari beranjak dari tempat duduknya.

May dan Alex serte kru nya beranjak dari restoran tempat mereka istirahat dan juga makan siang, mereka berangkat menuju tempat yang mereka jadikan syutting vlog untuk May. May memiliki chanel yang bercerita tentang kesehariannya, tentang olahraga yang dia lakukan tiap harinya, makanan yang dia masak dan makan setiap harinya, semua tentang Mayrene dia tampilkan di vlog nya, tanpa skrip atau naskah. Jadi selama ini May hanya merekam kebiasaan dia sehari-hari, namun dari hal itu banyak yang meminta May menjadi Brand Ambassadornya atau BA bahasa gaulnya, dari sanalah May mendapatkan ketenaran dan dikenal banyak orang. Walaupun sudah begitu dia tetap konsisten dengan konten yang dia buat, dia jarang memakai banyak drama, dia hanya menunjukan hal-hal biasa yang seperti banyak orang lakukan. Hal itu yang membuat banyak orang mem-follow nya karena kesederhanaan yang May punya dan juga cerita dari konten May yang seolah membuat banyak orang senang menontonnya.

May serta tim nya termasuk Alex sampai di sebuah danau yang dangat indah, disana ada beberapa bunga di tepi danaunya. Air danau yang jernih serta suasana yang sangat asri, membuat May menikmatinya. May duduk di tepi danau sambil mendengarkan musik di earphone nya, sedangkan kru dan Alex sibuk mencari tempat untuk meletakkan kamera serta menata set untuk syutting May. Tak lama kemudian ada seseorang yang menepuk bahu May. May membuka matanya dan menoleh kearah orang tersebut, May kira dia adalah Alex namun May sangat terkejut saat tahu siapa orang yang menepuk bahunya. Dia seorang pria yang tak lain adalah pria yang tadi May lihat saat dia berada di restoran, iya dia pria yang menyebrangkan nenek-nenek dengan cara tidak biasa.

'Maaf....jangan duduk disini...tempat ini berbahaya, karena tanahnya gembur jadi terkadang bisa longsor kebawah, lebih baik anda pindah ke sana saja...' katanya dengan nada yang lembut

Pria tadi juga menunjuk ke arah tempat yang tak jauh dari tempat May sekarang, sebuah tempat dengan pohon yang rindang dan juga terlihat asri.

'Oh...iya...terima kasih...' jawab May sembari berdiri dari tempatnya.

Namun May kurang beruntung, saat dia mau berdiri, kakinya malah terkilir karena dia sudah lama duduk di sana jadi kesemutan dan saat berdiri malah terkilir karena dia tidak hati-hati. Pria tadi dengan cepat menangkap tubuh May sebelum May terjatuh, dia juga memapah May ke temat teduh yang tadi dia tunjukkan ke May. Dia membantu May duduk di batang pohon yang sudah di tebang, dan membantu May meredakan nyeri di kakinya dengan sebuah kompres es yang dia keluarkan dari tas ranselnya.

'Ini akan bantu untuk mengurangi rasa sakit di kaki anda...' katanya dengan meletakkan kompres es di pereglangan kaki May.

'Terima kasih ya...maaf aku merepotkan kamu...' kata May sambil memandang pria yang ada di depannya

Pria itu tersenyum dan dia masih memandang pergelangan kaki May dan terus mengompresnya dengan es, berharap kalau rasa nyeri yang May rasakan menghilang.

'Iya, sama-sama....' jawabnya dengan senyumnya

Mereka salaing menatap satu sama lain, dan perlahan angin berhembus pelan, mengayunkan rambut May dan juga membuat beberapa helai daun kering jatuh di rerumputan. 

'May...' panggil Alex seraya datang menghampiri May yang terduduk di batang pohon.

'Al...' kata May terperanjat dan melihat sahabatnya dengan muka panik menghampirinya

'Kamu kenapa...?? kakinya kenapa? jatuh kamu..?' cerca Alex kepada May

'Woah..woah...relax Al...I'm oke...aku cuma kesleo tadi pas mau berdiri, tapi gak apa-apa kok...' jawab May menenangkan Alex

'Yakin kamu ini gak apa-apa...?' tanya Alex lagi menyakinkan

'Heem...' jawab May diiringi anggukan

'E...anda siapa ya...?' tanya Alex sambil mengalihkan pandangannya dari sosok pria yang berdiri disamping May

'Hem...saya Ryu...Ryuka...' katanya sambil mengarahkan tangan untuk berjabatan dengan Alex

'Oh...saya Alex....' Jawab Alex sambil menjabat tangan Ryuka 'Anda yang menolong May...?' tanya Alex

'Oh iya tadi saya kebetulan lewat dan tidak sengaja bertemu dengan nona ini dan menolongnya...' jelas Ryuka dengan suara lembut dan terkesan sangat bersahaja.

'Terima kasih ya Ryu...' kata Alex di sertai senyuman

'Iya sama-sama...kalau begitu saya permisi dulu ya....' kata Ryuka dengan mengambil langkah kecil untuk meninggalkan May, lalu May reflex menarik lengan Ryuka

'Ryu...' cegah May

Ryuka menoleh ke arah May dan memandang kedua mata May yang seolah memintanya untuk tetap berada disana bersama May.

'E...namaku May..Mayrene...' kata May

'Ryuka....' jawab Ryuka sambil menjabat tangan May

'Emmm......terima kasih ya Ryu...' kata May terbata-bata sambil melepas tangan Ryuka 'E...gini kan kamu udah nolong aku, bagaimana kalau nanti malam aku ajak kamu makan malam di sekitar sini...??gimana..? kebetulan aku menginap di hotel yang gak jauh dari sini, kalau kita ketemuan nanti bagaimana, sebagai ucapan terima kasih aku...' jelas May yang dengan nada cepat menjelaskan kepada Ryuka, dan hal itu membuat Alex tertawa geli melihatnya

'E...nanti malam aku tidak bisa keluar May...sorry aku ada shif malam soalnya...' jelas Ryuka

'Eh...kamu kerja dimana Ryu...? tanya Alex tiba-tiba masuk ke pembicaraan May dan Ryuka yang membuat May mengerutkan dahi dan memandang sahabatnya itu

'Oh...aku bekerja di rumah sakit itu...' kata Ryuka sambil menunjuk rumah sakit yang letaknya tidak jauh dari danau yang mereka datangi itu

'Rumah sakit...?? kamu dokter Ryu...?' tanya Alex dan May bersamaan

Ryuka tersenyum melihat dua orang yang baru mereka temui itu kaget dengan pekerjaan yang dia lakukan, Ryuka membenahi kacamatanya lalu menjawab dengan anggukan.

'Itu rumah sakit....'

'Jiwa....' jawab Ryuka kemudian

'Kamu...'

'Aku dokter psikater disana, sebenarnya aku sudah punya klinikku sendiri di pusat kota sana, cuma beberapa hari ini aku dimintai bantuan untuk membantu salah satu pasien disana, makanya aku sementara bekerja disana untuk membantu pasien tersebut...' jelas Ryuka

May dan Alex tercengang mendengar penjelasan Ryuka itu, mereka tidak menyangka ada dokter setampan Ryuka yang bekerja di rumah sakit jiwa di pinggiran kota seperti itu. Ryuka memiliki mata yang indah walaupun di balut frame kacamata, namun tidak menghilangkan pesona yang Ryuka miliki, bahkan dengan adanya kacamata dengan frame gold itu membuat Ryuka semakin menawan.

'Kalau begitu bagaimana dengan sarapan besok pagi...???' kata May masih bersikeras untuk makan bersama Ryuka

'Hemmm baiklah...besok aku tunggu di restoran dekat lampu merah sana ya...' kata Ryuka kemudian dia melambaikan tangan ke Alex dan May lalu meninggalkan mereka berdua

May membalas lambaian Ryuka dan terus menatap pria itu sampai menghilang bersama dengan beberapa kendaraan yang belalu lalang disana.

'Aduh...aduh...falling in love nih critanya....' ledek Alex sambil menggoyang-goyangkan bahu May

'Ihhh apaan sii kamu....' jawab May tersipu

'Eh...May...gimana kalau ternyata Ryuka bukan dokter, tapi dia juga salah satu pasien gila disana...gimana tuh...plot twist gak sihhh....' kata Alex diiring tertawa puas

'Ahhh apaan sii kamu....ngarang deh...gak ada pasien seganteng itu kali....' elak May

'ya kali...eh...ada psikopat yang ganteng juga lho jangan salah...ati-ati lho besok kamu May...' kata Alex menakuti May

'Ah...bodo amat....' kata May sambil beranjak dari tempat dudduknya

Alex akhirnya membantu May untuk kembali ke hotel, dan dengan terpaksa dia membatalkan syutting sore itu, selain belum bisa menentukan posisi yang tepat May juga mengalami cidera gara-gara kesleo. makanya kru dan juga Alex memutuskan untuk menunda pengambilan gambar dan mereka beristirahat di hotel, berharap besok bisa lebih baik lagi.

Keesokan harinya, May sudah berdandan dan siap breakfast dengan Ryuka, dia membalut tubuhnya dengan celana jeans high waist berwarna biru muda, lalu memakai sweater crop top berwarna coklat tua, serta tidak lupa sepatu kets dan tas kecil yang senada dengan sweaternya. Dia menggerai rambutnya yang sedari subuh di curling dengan alat pencatokan. Dia bermake up natural, dengan base berwarna coklat yang berkesan sederhana dan tak lupa lipstik dengan warna coral di padu dengan warna merah bata yang menambah kecantikan May. Dia berjalan dengan bahagia melewati beberapa pedagang kaki lima, dan beberapa restoran di kota itu, kaki nya yang kemarin sakit sekarang sudah tidak begitu terasa sakit lagi. Mungkin ini yang dikatakan cinta pada pandangan pertama, May terlihat bahagia saat dia sampai di restoran yang menjadi tempat dia dan Ryuka akan bertemu. Dengan tidak sabar May menunggu kedatangan Ryuka, dia terus membenahi bedak dan juga lipstik yang dia pakai sambil terus menatap ke cermin kecil yang sedari tadi dia pegang. Dia terus menyesal karena kemarin tidak meminta nomor Ryuka, dan dia juga tidak memberikan nomornya ke Ryuka.

Hampir satu jam May menunggu di restoran itu, dia hanya memesan satu gelas lemon tea saja dan dia merasa tidak enak karena sedari tadi belum memesan apa-apa lagi, dia masih menunggu Ryu datang. Tak lama kemudian May melihat Ryuka berjalan dari arah sebrang jalan, tepatnya dimana May pertama kali melihat Ryuka yang sedang menyebrangkan nenek-nenek kemarin. Ryuka masih mengenakan celana jeans yang kemarin dia pakai, namun kali ini dia memakai kaos putih yang dibalut kemeja oversize yang berwarna putuh juga. Ryuka masih membawa tas ransel nya dan sekarang di tangan kanannya ada paper bag berukuran sedang, dia juga tidak mengenakan kacamata hari ini, wajah Ryuka terlihat sangat segar walaupun sebenarnya dia baru saja menyelesaikan shif malamnya di rumah sakit. Senyum May mulai merekah, dia menatap ke arah Ryuka, dan Ryuka dari kejauhan sudah melihat sosok May segera dia melambaikan tangannya kepada May dan dibalas oleh May juga. Ryuka tersenyum ke arah May, dan itu membuat jantung May berdegup dengan kencang dan dia hampir sesak nafas di buatnya.

'Ganteng nya......' gumam May sambil terus menatap Ryuka dari kejauhan

Ryuka berjalan menyebrangi jalan dan dia sampai di depan May, Ryuka memberikan paper bag itu ke May dan ternyata isinya satu kotak kue macaron warna warni, dan itu membuat May tersenyum melihatnya.

'Sorry ya telat aku, tadi masih ada beberapa kerjaan tambahan soalnya, itu sebagai permintaan maaf aku ke kamu...' kata Ryuka sambil menunjuk paper bag di tangan May

'Gak apa-apa kok Ryu, Makasih ya...kamu beli dimana ini...?' tanya May sambil membuka paper bag itu

'Tadi ada suster di rumah sakit yang kasih karena dia ulang tahun, terus aku inget kamu....' kata Ryuka sambil duduk di depan May

'Hah...kenapa bisa inget aku....?' tanya May tersipu

'Oh..iya...coba kamu liat kue nya...' kata Ryuka

May melihat macaron yang ada di dalam paper bag yang di berikan Ryuka itu, dan dia mengerutkan dahinya lalu cemberut sambil memandang ke arah Ryuka.

'Aku bulet-bulet ya kayak macaron ini....??' tanya May dengan cemmberut

'Hah...hahahahaha...' tawa Ryuka membuat May tambah cemberut

'Ihhh kamu...' kata May dengan nada ngambek nya

'Enggak...maksudku cantik.....warna macaron ini kan cantik...warna pastel gitu...kemarin aku lihat kamu dengan pakaian warna pastel kamu makanya aku ingat kamu waktu dapat kue ini....' jawab Ryuka

'Apa...??aku kenapa...?' tanya May 

'Cantik....' jawab Ryuka sembari meminum air putih dari botol yang dia keluarkan dari tas nya.

May tersipu malu mendengar kata-kata Ryuka yang membuat denyut jantungnya semakin tidak karuan, mungkin kalau Ryuka memakai tetoskop saat itu dia akan tahu bagaimana berdegup kencangnya jantung May. Akhirnya May dan Ryuka sarapan di restoran itu, dan setelah sarapan mereka berdua memutuskan jalan-jalan di taman kota yang ada di kota itu. May dan Ryuka menghabiskan waktu bersama, lalu mereka memasuki sebuah taman bunga, disana banyak sekali bunga-bunga yang diawetkan, ada bunga kering ada juga yang masih hidup di pot-pot, tempatnya tidak begitu besar dan disana juga banyak pengunjung. Saat mereka berdua lagi asik berjalan-jalan sambil menikmati keindahan bunga, tiba-tiba hujan turun dengan lebat, Ryuka spontan menarik tangan May dan berteduh di salah satu kios makanan di sudut taman itu. Ryuka mencoba menutupi tubuh May supaya tidak terkena air hujan, dan May terlihat ketakutan, May mulai mengeluarkan keringat dingin dan juga badan May bergetar dengan hebat. Ryuka melihat gelagat aneh May, dia lalu membawa May ke tempat yang lebih sepi untuk menenangkan diri. Di sudut taman ada sebuah gazebo yang beratap dan tidak ada orang disana, Ryuka memapah May untuk berjalan kesana, namun kaki May terasa sangat lemas, dia hampir tidak bisa melangkahkan kakinya. Ryuka langsung menggendong May untuk bisa sampai disana. Sesampainya disana Ryuka berusaha menenangkan May, saat Ryuka berusaha membuat May tenang tiba-tiba terdengar suara petir yang menyambar, May berteriak dengan kencang lalu diiringi dengan air mata yang membasahi kedua pipinya. Ryuka berusaha tenang dan spontan memeluk May dan menepuk-nepuk pelan punggung May, serta berusaha terus memanggil nama May dengan perlahan.

'It's okay May...I'm here....It's okay....tenang...tarik nafas....tenang May....' kata Ryuka sembari menenangkan May dengan pelukan hangatnya.

May yang awalnya memeluk Ryuka dengan sangat kencang, kini perlahan melonggarkan cengkraman tangannya. Dia merasa tenang saat Ryuka memeluknya dengan hangat saat itu, dan hujanpun kini perlahan mulai berangsur reda, tinggal titik-titik gerimis yang masih membasahi tanah, dan suara gemerciknya membuat May lebih tenang kali ini. Ryuka mendengar handphone May terus berbunyi, namun May tidak mengindahkan suara telfon itu, dia masih larut dalam traumanya akibat hujan. Setelah mulai tenang, Ryuka melepas pelukannya dan dilihatnya muka berantakan May yang masih tersisa rasa ketakutan di wajahnya. Ryuka dengan perlahan menaruh kepala May ke pangkuannya dan membiarkan May terlelap di pangkuannya, lalu Ryuka mengambil Handphone May yang berbunyi dari tadi lalu membukanya menggunakan sidik jari May. May masih menutup matanya, dan Ryuka melihat nama Alex di layar handphone May, lalu dia mengangkat telfon itu.

'May...kamu dimana sekarang...kamu gak apa-apa kan...??aku sama Evelyn berkali-kali nelfon kamu tapi gak kamu angkat...sekarang hujan May kamu dimana...?' kata Alex dengan khawatir di sebrang telfon

'Alex...ini Ryu...May sedang bersamaku, dia baru saja aku tenangkan....' jawab Ryuka

'Ryu...Ryuka...kamu bersama May sekarang...?' tanya Alex sedikit lega

'Iya...kami sedang ada di taman kota, tadi kamu berjalan-jalan disini....lalu hujan dan aku membawa May berteduh du depan kios makanan...' jawab Ryuka menjelaskan kejadian yang mereka alami

'May tidak apa-apa Ryu...? apa dia baik-baik saja...?' 

'Tidak...dia sedang tidak baik-baik saja Al...sebentar lagi aku akan mengantar May kembali ke hotel, kamu tenang saja....' kata Ryuka lagi

'Baiklah, kami tunggu di hotel Ryu...terima kasih...' kata Alex kemudian mematikan hadphone nya

Ryuka memesan taxi online dan membawa May kembali pulang ke hotel, sesuai arahan dari Alex, dan sesampainya disana Ryuka menggendong May sampai di kamarnya. Di dalam kamar Alex dan juga Evelyn sudah dengan cemas menunggunya, setelah melihat keadaan May, mereka tambah panik, karena ini lebih parah dari sebelumnya. Ryuna menidurkan May di tempat tidurnya, lalu dia mengeluarkan peralatan infus dari dalam tas ranselnya, di memberikan cairan infus karena dirasa May kekurangan vitamin untuk tubuhnya. Ryuka juga mengkompres badan May yang demam, dia merawat May layaknya dia sedang berada di rumah sakit.

'Ryu, thank banget ya kamu ada di sini...aku agak tenang...' kata Alex sambil duduk di samping Ryuka yang masih merawat May

'May udah lama ada trauma ini...?' tanya Ryuka tiba-tiba

Sebagai seorang dokter psikiater tentunya Ryuka bisa tahu apa yang sedang terjadi dengan May, dan dia juga terlihat khawatir dengan keadaan May saat ini. Alex terdiam mendengar pertanyaan dari Ryu, dan dia ragu untuk memberi tahu Ryuka tentang May dan apa yang sebenarnya terjadi dengan May dan Hujan.

'Dia siapa...?' tanya Evelyn tiba-tiba yang membuat Alex dan Ryuka memandang kearah Evelyn yang datang membawakan tambahan selimut untuk May

'Oh...dia Ryuka...dia seorang dokter...dokter psikiater...' jawab Alex. 

'Oh...Evelyn...aku managernya May...' kata Evelyn seraya mengadahkan tangannya untuk berjabat tangan

'Ryuka...' jawab Ryuka sambil menjabat tangan Evelyn

'Kenapa aku baru tahu kalau May punya dokter psikater....kalian berdua merahasiakan ini dari aku ya...??' tanya Evelyn dengan nada sebal ke Alex, karena dia berfikir May dan Alex tidak memberi tahu tentang Ryuka ke padanya.

'Ah...ga gitu Ev...Ryu ini temen May...bukan dokter pribadi May....' jelas Alex

'Hah...kok aku baru tahu juga May punya temen psikiater...???' tanya Evelyn lagi

'Aduh...aduh...bukan gitu juga...sini sini aku jelasin....' jawab Alex sambil menarik Evelyn untuk keluar kamar dan menjelaskan apa yang terjadi pada May dan jua Ryuka.

Alex dan Evelyn meninggalkan Ryuka yang sedari tadi tidak pernah melepaskan pandangannya ke May, dia terlihat sangat khawatir pada May, dia berharap may bisa secepatnya siuman. Diluar kamar Alex menjelaskan kronologi May dan Ryuka berkenalan, serta Alex juga bilang kalau May sepertinya menyukai Ryuka dari pertama mereka bertemu. Dari sana Evelyn memahami apa yang sebenarnya terjadi, dan dia jadi tahu kalau May sedang falling in love dengan dokter tampan yang sedari tadi tidak beranjak dari sisi May. Ryuka berjalan keluar kamar May, dia mendapati Alex dan Evelyn sedang duduk di meja makan ruangan hotel tempat mereka menginap. Lalu Ryuka duduk di depan mereka berdua dan meminta meraka menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada May. Lalu Alex dan juga Evelyn menceritakan semua kejadian masa lalu May yang sangat buruk untuknya, traumanya terhadap hujan, dan ketakutannya saat berjalan sendirian membuat Ryuka sangat sedih, sebagai orang yang memahami betul tentang trauma dia bisa tahu kalau May berusaha sangat keras untuk menghadapi traumanya. Ryuka berencana untuk membantu May melewati rasa traumanya itu. Karena dia juga menyayangi May, dia juga jatuh cinta pada May saat mereka pertama mereka bertemu.

Keesokan harinya May mulai disibukkan dengan jadwal syutting untuk acara pembukaan brand kosmetik yang menjadikan dia brand ambassadornya, serta dia juga di sibukan dengan syutting untuk vlog nya. Beberapa kali di waktu senggangnya May berhubungan dengan Ryuka, walau hanya sekedar chat saja. Dan hari ini May harus kembali ke kotanya, dia menunggu Ryuka di depan hotelnya. Dia ditemani Alex dan juga Evelyn, tak beberapa lama kemudian Ryuka datang dengan mobilnya dan dia memakai kemeja garis berwarna biri dan juga celana hitam, Ryuka terlihat sangat rapi, dia juga mengenakan kacamata yang biasanya dia pakai.

'Ryu...' panggil May di sertai senyuman

'May...' jawab Ryuka sambil berjalan mendekati May, dan hal itu membuat kedua sahabat May menyingkir dan membiarkan May serta Ryuka berdua.

'Aku harus balik hari ini....'kata May sedih

'iya aku tahu kok...aku juga mau bali ke kota hari ini...' jawab Ryu diiringin senyuman di bibirnya

Mata May berbinar menatap Ryuka, dan dia sangat senang karena Ryuka akan tinggal di kota yang sama dengannya.

'Serius...??' tanya May senang

'Yeah...kan aku bilang ke kamu kalau aku ada klinik di kota, dan disini aku hanya sementara aja buat bantu dokter tanganin beberapa pasien disini....jadi sekarang aku harus balik lagi ke klinikku yang ada di sana...' jelas Ryuka

'Jadi kita bisa sering ketemu ya...' gumam May tersipu

'Apa...?' tanya Ryuka

'Oh...enggak...oke kalau begitu sampai ketemu disana Ryu....' kata May

'Kamu gak mau pulang bareng aku...??' tanya Ryuka lagi sambil menggenggam tangan May

'Ahhhh udahlah...pulang sana kalian berdua...biar kami pulang sendiri...yuk Al...' kata Evelyn sambil menarik tangan Alex masuk ke mobil Alex

'Oke...bye May..Ryu ketemu di sana ya....' kata Alex sembari melambaikan tangannya

Ryuka tersenyum dan membalas lambaian tangan Alex, Ryuka lalu menggandeng tangan May masuk ke dalam mobilnya, hari itu Ryuka dan May resmi mejadi sepasang kekasih. May terlihat sangat bahagia, disepanjang jalan, tangan Ryuka terus mengenggam tangan May, dia hanya menggunakan satu tangan untuk menyetir, karena mobil Ryuka matic jadi dia tidak perlu repot mengganti persneleng mobil. Sesampainya di rumah May, Ryuka masuk kerumah dan dikenalkan pada kedua orang tua May. Ayah dan ibu May sangat senang putrinya sudah memiliki seorang pasangan dan Ryuka seorang dokter pula, menambah lampu hijau untuknya terus bisa berhubungan dengan May.

Hari itu May ada jadwal berkencan dengan Ryuka, mereka berencana menonton film dan makan malam ala kencan pada umumnya. Ryuka juga sudah menyiapkan beberapa hadiah kecil untuk May, sebelum berangkat Ryuka juga tak lupa mengecek perkiraan cuaca hari itu, takutnya tiba-tiba hujan. Saat di dalam bioskop, Ryuka melihat dari arah pintu masuk beberapa orang membawa payung, dan itu menandakan kalau di luar sedang hujan.

'Sayang...kenapa...?' tanya May sambil menggandeng lengan Ryuka

'Oh.. tidak apa-apa...' jawab Ryuka sambil membenahi rambut kekasihnya itu

Ryuka memandang May yang mengenakan masker dan juga kacamata, suapaya fans nya tidak bisa mengenalinya. Ryuka mengerutkan dahinya dan memandang kekasihnya dengan wajah sedikit cemberut.

'Kenapa sih...?' tanya May yang menyadari perubahan wajah Ryuka

'Ini wajah cantik pacarku kemana ya...??kok aku gak bisa lihat...??' tanya Ryuka sambil mencubit pelan pipi May yang tertutup masker

'Ah...nanti di dalam bioskop juga aku lepas maskernya...' jawab May sambil memeluk pinggang Ryu, dan mereka berjalan memasuki bioskop

Saat film di putar, May membuka maskernya dan menyandarkan kepalanya di pundak Ryuka, mereka menikmati waktu kencan di gelapnya suasana bioskop. Sepulangnya dari bioskop, saat Ryuka dan May meninggalkan parkiran turun hujan yang sangat lebat. Seketika May menjadi panik, wajah bahagianya berubah menjadi pucat pasi, Ryuka yang menyadari keadaan kekasihnya itu langsung menancapkan gas mobilnya dan berusaha sampai rumah May. Namun di tengah perjalanan mereka terjebak kemacetan, Ryuka melihat May yang sudah dalam mode panik dengan tanda mengularkan keringat dingin serta badannya yang mulai bergetar seperti orang yang kedinginan. Ryuka memarkirkan mobilnya di tepi jalan untuk menghindari macet, dan dia juga mematikan AC mobilnya, lalu memeluk kekasihnya itu. Ryuka mencoba menenangkan May yang sedang berusaha melawan rasa traumanya terhadap hujan.

'Tenang sayang.....sayang coba liat aku...kamu yang tenang ya...coba fokus ke aku....' kata Ryuka mencoba menenangkan May 

May tidak menjawab, dia hanya menutup mata dan telinganya dan berusaha tidak mendengar suara hujan, tiba-tiba May berteriak dan menangis dengan keras. Ryuka yang melihatnya tetap berusaha tenang, ini seperti sedang menenangkan seorang anak kecil yang sedang tantrum atau marah. Kejadian yang dialami oleh May ini termasuk dalam PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). PTSD adalah bentuk gangguan kesehatan mental yang dialami seseorang setelah mengalami suatu kejadian yang menyebabkan trauma, seperti yang kecelakaan, bencana, kekerasan seksual, dan sebagainya. Jika kondisi korban semakin parah, maka kemungkinan mereka butuh bantuan perawatan psikologis yang lebih serius dan lama. 

Tak berapa lama kemudian, hujan mulai reda dan May sudah mulai tenang Ryuka melanjutkan perjalanan ke rumah May.

'Sayang berhenti sebentar...' kata May dengan lirih

Ryuka langsung meminggirkan mobilnya kembali di tepi jalan, karena May menyuruhnya untuk berhenti.

'Ada apa sayang...?' tanya Ryuka sambil membelai rambut May

'Maaf ya sayang aku....' kata May terhenti dan berusaha menguatkan hatinya

'Kenapa kamu meminta maaf...?' tanya Ryuka lalu memeluk hangat May

May menangis di pelukan Ryuka, pria yang sangat dia cintai, dia masih takut untuk mengungkapkan traumanya kepada Ryuka. Walau sebenarnya Ryuka sudah mengetahuinya dari kedua sahabatnya, namun selama ini Ryuka tidak pernah menyinggung masalah trauma May. Sebagai seorang psikiater Ryuka tahu betul kalau seorang pasien yang mengalami trauma tidak bisa di paksa untuk mengakui traumanya, harus ada pendekatan emosional dan juga pendalaman karakter untuk setiap individu yang mengalami trauma.

'Sayang...aku mau cerita tentang traumaku, yang sampai sekarang aku tidak bisa menyembuhkannya, walaupun aku sudah berobat ke beberapa psikiater namun aku belum menemukan titik terang dari masalahku. Aku takut jika aku cerita ke kamu, hubungan kita menjadi renggang, aku juga takut kalau kamu juga akan menganggap aku pasien kamu, bukan orang yang kamu cintai lagi....' kata May yang masih dengan isakan tangis

Ryuka tersenyum, lalu dia mengecup kening kekasihnya itu untuk menenangkan May, dia ingin mengatakan kalau apapun yang terjadi dengan May tidak akan mengurangi rasa cintanya kepada May.

'Sayang...aku memang menunggu kamu untuk bercerita ke aku, bukan karena aku menganggap kamu pasien, tapi aku ingin kamu percaya kepadaku, sehingga kalau kamu sudah percaya kamu akan mengatakan yang sebenarnya kepadaku dan hal itu tidak akan mengubah perasaan sayangku kepadamu...' jawab Ryuka

Mendengar pernyataan Ryuka, May jadi percaya diri dan dia menceritakan semua trauma masa kecilnya yang dia alami. Bagaimana dia menjadi korban penculikan, dia hampir di perkosa oleh salah satu penculik, namun di saat itu May bisa meloloskan diri walaupun dengan cara yang tidak biasa, dia juga sempat berlari telanjang kaki lalu tertabrak mobil yang sedang berlalu di sana. Dia mengalami cidera yang cukup parah, dan perlu recovery selama hampir 5 tahun. Kejadian yang May alami bertepatan dengan hujan yang sangat lebat di kala itu, dan hal itulah yang membuat May menjadi sangat trauma jika mendengar suara hujan, dia akan menggigil tanpa sebab saat hujan tiba. Keadaannya ini memang disembunyikan oleh orang-orang terdekat supaya tidak di salah gunakan oleh orang-orang yang jahat, apalagi May seakrang seorang influencer dan yang pasti memiliki fans dan juga haters. Dan jika hal ini sampai bocor akan menyebabkan May menjadi celaka, atau bisa melukai May sewaktu-waktu. Makanya baik May atau orang-orang terdekatnya berusaha untuk melindungi May dari rahasia trauma itu.

Setelah menceritakan itu kepada Ryuka, May merasa lega begitu pula dengan Ryuka. Ryuka sendiri berjanji kalau dia akan berusaha menyembuhkan May, dia juga bilang tidak sanggup melihat kekasihnya yang begitu tersiksa saat hujan tiba. Malam itu Ryuka mengantar May sampai rumahnya, orang tua May sempat khawatir karena tahu hujan sedang melanda, namun setelah Ryuka menjelaskan kejadian yang terjadi, kedua orang tua May merasan tenang. Mereka bisa tenang karena May sekarang memiliki Ryuka disampingnya, seseorang yang akan melindungi May tidak perduli apapun yang terjadi. Di saat itu juga Ryuka melamar May di depan orang tua May, dan Ryuka berjanji 1 minggu kemudian dia akan datang bersama orang tuanya untuk meminang May secara resmi. Hal ini merupakan kabar bahagia untuk May dan juga kedua orang tua May. Mereka sangat bahagia malam itu, May dan Ryuka selangkah lebih dekat lagi untuk bersama, dan Ryuka akan berusaha untuk membantu May sembuh dari trumanya.

Setelah malam itu May rajin konsultasi di kantor Ryuka, sekalian mereka kadang juga berkencan saat Ryuka selesai praktek. Seminggu kemudian Ryuka benar-benar membawa kedua orang tuanya untuk melamar May, dan acara lamaran itu di saksikan juga oleh kedua sahabat May, Alex dan juga Evelyn. Mereka turut bahagia dengan kebahagiaan May, baik Alex juga Evelyn sadar betul kalau Ryuka adalah sosok baik yang pas di sandingkan dengan sahabat mereka, yaitu May. Acara lamaran pun berjalan lancar, dan kalau semua berjalan baik, akhir tahun ini Ryuka dan juga May akan melangsungkan pernikahan mereka. Waktu yang singkat untuk mereka, namun inilah jodoh, tidak peduli berapa lama atau singkatnya kalian bertemu satu sama lain, jika Allah berkehendak kalian pasti akan tetap bersama.

Hari-hari dilalui dengan baik-baik saja, hingga pada suatu ketika saat May baru saja keluar dari konseling di kantor Ryuka dia berpapasan dengan seorang wanita. May tidak menyadari kalau wanita itu salah satu haters nya, wanita tadi menatap sinis ke May, yang kala itu May tidak menggunakan maskernya. Dengan sigap wanita itu merekam kejadian saat May sedang berbicara dengan bagian administrasi di meja depan tentang salinan hasil kontrol yang dia lakukan. Dan secara sengaja wanita itu melihat hasil laporan kesehatan May, dan dari sana dia mengetahui kalau May mengalami trauma dan juga May tidak bisa bertemu dengan hujan. Si wanita itu tersenyum sinis, dia sangat senang memiliki bahan untuk menghancurkan May. Begitulah manusia, kadang mereka tidak tahu kalau mereka sendiri sangat kejam kepada manusia lainnya, mereka hanya ingin merasakan kepuasan dengan cara menyakiti orang lainnya.

'Dokter Ryuka...tunangan anada menunggu di lobi...' kata salah satu perawat kepada Ryuka yang baru saja keluar dari ruangan prakteknya.

'Oh iya sus...terima kasih ya...' jawab Ryuka di sertai senyuman

'Ihh dokter mau kencan ya...' goda suster lagi

'Iya sekalian fitting baju buat akad...' jawab Ryuka lagi sambil merapikan kemejanya

'Sayang...' kata May seraya merangkul pinggang Ryuka

Ryuka tersenyum sambil menatap May dengan penuh kasih sayang, dia lalu menggenggam tangan May dan beranjak dari tempat itu. Kejadian itu tidak sengaja dilihat oleh haters May, dia juga sempat merekam kejadian barusan di kamera handphone nya.

'Eh suster...itu tunangan dokter ya...?' tanya wanita itu ke suster tepat setelah Ryuka dan May meninggalkan tempat itu

'Oh iya...itu Mayrene influencer terkenal, tunangannya dokter Ryuka...ihhh mereka serasi ya...' kata salah satu suster disana dan di ikuti anggukan beberapa suster lainnya yang tampak menyetujui hubungan dokter Ryuka dan May.

'Memang tadi dia habis konsul ya?? kok aku lihat dia keluar dari ruangan dokter...' kata wanita itu

Semua suster disana spontan langsung saling menatap satu sama lain, dan mereka seolah tidak ingin menanggapi lagi pertanyaan wanita itu. Lalu beberapa dari suster memilih untuk meninggalkan wanita itu, hanya tersisa satu orang suster saja.

'Eh suster...sakit apa sih wanita itu tadi....??' desak wanita itu

'Maaf ya bu...disini kita tidak boleh membocorkan data pasien, apalagi apa yang di alami oleh pasien, jadi maaf ya kami tidak bisa memberitahu anda...' jawab suster itu

'Ohhh jadi dia pasien disini...' katanya lagi lalu pergi meninggalkan suster itu yang masih tercengang dengan kejadian itu

Setelah kejadian itu, Ryuka disibukkan dengan beberapa pekerjaan dan juga ada pelatihan untuk dokter-dokter psikolog di luar kota. Ryuka juga di sibukkan mengurus kliniknya, namun dia selalu menyisakan waktu untuk kekasihnya itu. Hari itu May sedang ada syutting di salah satu mall, dan dia di temani Evelyn dan juga Alex, sedangkan Ryuka masih di luar kota untuk acara seminar pelatihannya. 

'Gimana acaranya sayang...?' tanya Ryuka dari sebrang telfon

'Sukses sayang...lancar acaranya dan banyak banget pengunjungnya aku jadi senang...' jawab may dengan senang

'Syukurlah kalau semua lancar, kamu habis ini langsung pulang kan...?' tanya Ryuka

'Iya sayang ini masih nunggu Alex, dia lagi ambil beberapa tripod kamera yang ketinggalan di ruang ganti, aku lagi sama Evelyn di mobil nih...' jawab May

'Tenang aja dokter Ryu...may aman sama aku....' kata Evelyn seraya mendekat ke telinga May

'Ihhh...kamu apaan sih Ev...' elak May dan Ryuka tertawa dari sebrang telfon

'Ya udah sayang, hati-hati ya...kalau sampai rumah nanti kabari ya...' kata Ryuka

'Iya sayang...seminar kamu gimana..?? kamu kapan pulang aku kangen...' kata May dengan manja

'Ini udah selesai, aku lagi di hotel, besok pagi aku balik kok, tunggu ya sabar...aku juga kangen sama kamu...' kata Ryuka mesra

'Aduh gak betah aku...aku keluar dulu ya beli minum...kamu nitip gak..?' tanya Evelyn

'Hahah...beliin jus dong...stroberry ya...' kata May ke Evelyn dan langsung Evelyn turun dari mobil dan berjalan menuju toserba yang ada di depan mobil yang mereka naiki

'Jangan pakai es ya sayang, nanti kamu flu...ini udah malam soalnya, hawanya dingin....' kata Ryuka

'Aduh...Ev udah keburu keluar, gak apa-apa sayang....kan ada kamu yang hangatin besok...' kata May manja

'Hemmmm....mulai nakalnya...' kata Ryuka gemas

May hanya tertawa kecil mendengar kekasihnya berkata seperti itu, May dan Ryuka masih melanjutkan obrolan mereka. Dapat beberapa menit kemudian, May dan Ryuka sudah selesai berbicara, namun Evelyn masih mengantri di kasir toserba, May bisa melihat jelas dari dalam mobil. Tiba-tiba ada yang mengetuk kaca mobil May, dan spontan May membuka kaca, dia pikir itu Alex, dan setelah di buka ada seseorang memakai masker dan langsung menyemprotkan cairan ke wajah May. Dengan semprotan itu May kaget dan mendadak kepalanya menjadi pusing, dia lalu pingsan. Setelahnya ada dua orang yang mengeluarkan tubuh May dari mobil dan membawanya dengan mobil lainnya. Evelyn yang kembali ke mobil bertepatan dengan Alex yang juga membuka pintu mobil. Namun mereka berdua tidak menemukan May, spontan mereka langsung panik. Evelyn langsung menhubungi Ryuka, karena Ryuka adalah orang terakhir yang berbicara lewat telfon bersama May. Dan Alex sedari tadi menghubungi handphone May, yang ternyata handphone May terjatuh di kolong mobil. Hal itu membuat mereka berdua bertambah panik, Ryuka yang mendengar kabar dari Evelyn juga ikutan panik. Ryuka langsung bergegas kluar hotel dan melakukan perjalan pulang untuk mencari May. Di perjalanan Ryuka juga tak henti-hentinya menghubungi Handphone May, namun Alex yang menerimanya bilang kalau handphone May terjatuh di kolong mobil. Ryuka tambah panik setelah mendengar hal itu, dia langsung melajukan mobilnya kencang.

Keesokan harinya mereka bertiga melapor kepolisi, orang tua May juga khawatir dan Ryuka berusaha menenangkan mereka, walaupun Ryuka sendiri juga tidak tenang. Ryuka kembali ke klinik dan mengubah jadwalnya, para suster juga ikut prihatin atas apa yang terjadi dengan May. Lalu salah satu suster mengingat kejadian seorang wanita yang menanyakan tentang May kemarin.

'Dokter, kemarin ada wanita yang aneh, dia menanyakan tentang May ke kami...' kata suster itu

'Oh iya dokter dia tanya-tanya tentang hubungan dokter dengan May...' tambah suster lainnya

'Benarkah...seperti apa orangnya...?' tanya Ryuka

'Dokter, coba periksa CCTV saja, mungkin wajahnya bisa terlihat, soalnya kemarin setelah dokter pergi dengan May, dia mendekati kami dan bertanya-tanya tentang May...' jawab salah satu suster

'Ahh...iya aku harus cek CCTV...' kata Ryuka sambil bergegas keruang kontrol dan melihat CCTV

Setelah di lihat, Ryukan menemukan wajah wanita itu, walaupun memakai kacamata hitam, namun ada suatu saat dari kamera lain dia melepas kacamatanya, dan hal itu membuat Ryuka sedikit tenang karena mungkin wanita itu menaruh dendam ke May, bisa fans beratnya atau malah haters nya.

'Maaf dokter, kemaren saya keceplosan bilang kalau May salah satu pasien disini...' kata salah satu suster dengan wajah bersalah.

'Ini bukan salah kamu, kamu juga gak mengenali wanita ini...tidak apa-apa, kalian urus klinik ini sementara dulu ya, tolong urus jadwal ku untuk hari ini ya...' kata Ryuka sambil bergegas pergi membawa hasil CCTV yang sudah dia amankan di flashdisk.

Ryuka bergeas kembali ke kantor polisi, dimana disana Alex dan juga Evelyn masih memberikan kesaksian mereka tentang penculikan May. Sesampainya di kantor polisi, Ryuka menunjukan bukti CCTV yang dia bawa, terlihat wanita itu juga melihat salinan laporan kesehatan May, dan itu membuat Ryuka semakin panik, dia takut terjadi sesuatu terhadap tunanagannya itu. Polisi langsung sigap menyelidiki wanita yang ada di rekaman CCTV yang di bawa Ryuka, dan tidak berapa lama kepolisian mendapatkan data wanita itu. Dan Ryuka juga membawa laporan kesehatan wanita itu, dia memiliki penyakit yang lumayan parah, dia berpotensi memiliki penyakit skizofernia. Skizofrenia adalah gangguan mental yang dapat memengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi. Penderita skizofrenia dapat mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan, penderita bisa saja melakukan hal extreme yang bisa menyelakakan diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Makanya penderita skizofernia ini terbilang sangat berbahaya, dan terkadang keberadaannya di tengah-tengah masyarakat tidak banyak diketahui oleh orang-orang.

Butuh waktu kurang lebih 8 jam akhirnya polisi menemukan keberadaan wanita itu dan langsung menggrebek tempat itu. Namun yang mereka dapatkan hanya rumah yang tidak berpenghuni, Ryuka, Alex dan juga Evelyn tertunduk lemas mendapati kenyataan mereka belum menemukan May. Di tempat lain tepatnmya di sebuah gudang tua, May duduk terikat dan wajahnya tampak sangat kemah tak berdaya. Traumanya atas penculikan seakan terulang lagi, dia berkeringat dingin dan juga mengalami pergolakan di batinnya. 

'Kamu siapa...? apa yang sebenarnya kamu inginkan...?' tanya May dengan nada lemah kepada wanita yang duduk di depannya.

Wanita itu hanya tertawa mendengar pertanyaan May, dia lalu beranjank dan mendekat ke wajah May yang sudah berantakan. May berusaha menenangkan hatinya, dia mengingat semua yang Ryuka ajarkan kepadanya saat dia mengalami keadaan yang dinamakan serangan panik.

'Wajah yang selalu di elu elukan di media sosial kini jadi jelek seperti ini...apa fans mu akan tetap menyukaimu kalau mereka tahu kamu hanyalah seorang yang punya penyakit jiwa....hahahahaha...' kata wanita itu terlihat puas

May tidak membalas apapun, dia hanya tertunduk lemah dan dia hanya berusaha bertahan, dan dia yakin sekarang Ryuka dan juga sahabat-sahabatnya pasti sedang berusaha menemukannya. Dia ingat Ryuka pernah berkata kepadanya.

'May...kamu sekarang tidak sendirian, ada aku, ada sahabat kamu dan yang paling penting ada kedua orang tua yang selalu bisa kamu miliki di sepanjang waktu. Apapun yang terjadi, kamu harus bisa mengingat ini, jangan pernah takut, kamu tidak di tinggalkan, kamu tidak sendiri, dan ingat aku akan selalu berusaha untuk tetap terus bersamamu...' kata Ryuka kala itu.

May sekarang bukan gadis yang berusia 12 tahun, dia sudah 29 tahun, dia sudah bisa berfikir dengan dewasa, dia bisa melawan rasa takutnya, karena dia memiliki rasa takut lain sekarang, dia takut tidak bisa bertemu dengan orang-orang yang menyayanginya. Tak lama kemudian, wanita itu mengambil handphone nya dan melakukan live instagram dengan background May di belakangnya, dia ingin menyebarkan berita kalau May mengalami sakit jiwa dan butuh perawatan. Wanita gila itu juga sudah mengganti baju May dengan baju yang compang camping, sedangkan dress yang May kenakan hari itu sudah bertengger di tubuh wanita gila itu, Evelyn yang mengetahui live instagram itu, bergegas memberi tahu Ryuka dan juga Alex. Pihak kepolisian masih melacak IP address yang wanita itu gunakan untuk live, Ryuka terpaku dengan plang nama yang sudah usang di belakang May, plang itu sudah terlihat berkarant namun masih ada sisa-sisa tulisan. Ryuka mencoba fokus dan dia berhasil mengingat nama plang itu, itu adalah nama gudang tua tempat May di sekap. Ryuka mencari alamat gudang itu dan setelah ketemu dia langsung berangkat kesana bersama tim kepolisian serta Alex dan Evelyn.

Di dalam perjalanan turun hujan yang sangat lebat, mereka bertiga mulai panik dengan kejadian itu, terlebih lagi Ryuka, dia sangat khawatir May kembali kabuh penyakitnya. Sesampainya disana, merek langsung mencoba masuk gudang yang di kunci dari dalam, siaran live juga berakhir tepat sebelum mereka sampai di gudang tersebut. Saat pintu terbuka mereka tidak menemukan keberadaan May dan juga wanita gila itu disana. Ryuka berjalan menuju pintu belakang yang terbuka, sesampainya di ujung pintu dia melihat May yang di seret paksa oleh seorang wanita ditengah guyuran air hujan. Ryuka berlari mendekat ke mereka, namun wanita itu berbalik dan mengancam akan melukai May jika Ryuka dan pihak kepolisian menghampiri nya. Wanita itu benar-benar sudah di luar kendali. Ryuka melihat May yang begitu berantakan dan mata May berbinar saat dia melihat keberadaan Ryuka di hadapannya. Dengan sisa tenaganya May menginjak kaki wanita itu dan menggigit lengan wanita yang mencekik nya itu dengan sekuat tenaga. Spontan wanita gila itu melepaskan tangannya dan kesempatan itu di gunakan May untuk berlari meninggalkan wanita itu dan dia berlari kearah Ryuka. Dengan cepat Ryuka langsung memeluk kekasihnya itu, dia membawa May menjauhi tempat itu. Sedangkan pihak kepolisian langsung mengamankan wanita gila itu.

'Sayang...sayang kamu gak apa-apa kan...??ada yang terluka....?' tanya Ryuka saat sudah berada di tempat yang aman.

May hanya menggelengkan kepalanya, yang ada di dalam fikirannya adalah dia bisa melihat Ryuka kekasihnya dan juga kedua sahabatnya. Terlihat Alex dan juga Evelyn yang sangat panik melihat keadaan May yang seperti itu. Ryuka menggendong May menuju ambulance yang sudah terparkir di depan gudang tua itu, dan petugas medis langsung memberikan pertolongan pertama kepada May. Sedangkan untuk wanita gila tadi, polisi sudah mengamankannya dan dia akan mendapatkan hukuman yang berat karena terjerat pasal berlapis, Selain penculikan, juga merusak nama baik dan masih banyak lagi yang pasti wanita itu tidak akan keluar penjara dengan mudah. Evelyn dan Alex pun juga sudah menyiapkan pengacara untuk mendakwah wanita itu seberat mungkin, karena apa yang di lakukan sudah sangat keterlaluan. Tidak banyak fans yang melihat live instagram itu menjadi geram dengan kelakuan wanita gila itu, alhasil semua media masa memberitakan tentang kejadian penculikan May, dan semua orang bersimpati dengan apa yang di alami May dan juga mengapresiasi tindakan May yang melawan penculik sehingga bisa lepas.

Disebuah acara, May dengan percaya diri mengakui semua trauma yang dia miliki, dan dia juga berterima kasih kepada orang-orang terdekatnya yang selalu menemani nya, menyayangi dan juga menjaga May dengan baik. Dia juga mengatakan akan tetap menjadi Mayrene yang seperti biasanya, dia akan tetap membuat konten yang baik untuk membantu beberapa orang yang mengalami hal sepertinya, karena sebenarnya banyak sekali manusia yang sedang tidak baik-baik saja. Mereka sedang memperjuangkan kebahagiaan mereka, mereka sedang mempertahankan kewarasan mereka menghadapi dunia yang semakin berubah di setiap waktunya. May juga sering mengajak Ryuka masuk ke vlog nya untuk memberikan nasehat bagi orang-orang yang sedang depresi untuk sedikit mengobati rasa depresinya. Nama Mayrene juga semakin dikenal, apalagi di tambah dengan Ryuka. Bahkan ada beberapa fans mereka yang menamai dirinya MayRyu stand, hal itu membuat klinik Ryuka juga menjadi banyak pengunjung. Ryuka bahkan merekrut beberapa dokter psikologi yang merupakan adik tingkatnya dulu di kuliah untuk membantunya di klinik. Chanel Mayrene juga sekarang berganti nama, awalnya dia menamai vlog nya di youtube dengan nama May Here, namun sekarang Mayrene menamai laman youtube nya dengan nama 'May, I help you' artinya May akan menolongmu, menelong menemukan alat make up yang bagus, menolong memberi saran untuk ber make up, menolong untuk memberi ulasan tempat makan yang enak, serta menolong mu saat kamu membutuhkan seseorang untuk bisa membantu menghilangkan depresimu. May juga kerap membagikan tips nya untuk melewati masa-masa PSTD yang terjadi pada dirinya untuk bisa di bagikan ke orang-orang yang membutuhkan.

Hari ini adalah hari pernikahan Mayrene dan Ryuka, mereka sudah menyelesaikan akad, dan akan memulai resepsi yang bertemakan pesta kebun. Para tamu undangan sudah memenuhi kebun yang di sewa oleh mereka berdua. Mereka melihat orang-orang yang mereka sayang saling berkumpul dan berbahagia, May sangat senang melihatnya, dia masih mengingat awal dia bertemu dengan Ryuka, dan bagaimana dia langsung jatuh cinta dengan pria yang menyebrangkan seorang nenek-nenek dengan cara yang tidak biasa. Saat sedang menikmati pesta, dan May saat itu posisi sedang berdansa dengan Ryuka, yang kini berstatus suaminya. Turunlah gerimis hujan, beberapa tamu undangan spontan berteduh di payung-payung yang sudah di sediakan oleh pihak acara. Namun May dan Ryuka tetap berdansa di tengah rintik hujan, May juga tidak terlihat ketakutan lagi, dia tersenyum memandang suaminya.

'Sayang...ingatlah...saat hujan ini....ini akan jadi memory terbaru kamu tentang hujan...dan aku harap kamu selamanya akan mengingat memori yang indah ini....' kata Ryuka sambil terus berdansa dengan May

'Iya...aku sudah tidak membenci hujan sekarang, justru aku akan merindukannya, karena jika hujan tiba, kamu akan berlari menghampiri ku sayang, dan akan memelukku, itu yang akan selalu aku ingat...' kata May di sertai senyuman di bibirnya

'May... Ryu...berteduh nak, nanti kalian sakit lagi...' teriak ibu May yang menyuruh anaknya berteduh

Namun May dan juga Ryuka tetap berdansa di tengah rintik hujan, dan itu membuat semua tamu undangan bahagia melihatnya. Mereka sudah melihat May sembuh dari traumanya, mereka melihat May sudah bisa berdamai dengan masa lalunya, Evelyn juga terlihat menitihkan air mata, sedangkan Alex mengambil gambar sahabatnya yang sekarang sudah berani berjalan di bawah guyuran hujan.

'Ayo Al....' tarik Evelyn dan membuat Alex terguyur air hujan sama seperti Evelyn

'Ahh...Ev...kameraku....' teriak Alex kesal karena kameranya basah terkena hujan

'Ih...bisa beli lagi...kapan lagi kita nemenin May ujan-ujanan...' ajak Evelyn lagi

Alex tersenyum dan berdansa bersama Evelyn mengikuti May dan juga Ryuka, hal itu lalu membuat para tamu undangan yang lainnya ikut berdansa di bawah rintik hujan bersama May dan Ryuka. Hal ini membuat May merasa sangat bahagia, dia bisa merasakan tetesan air hujan yang selama hampir 17 tahun dia hindari. Sekarang dia tidak takut basah lagi terkena hujan, karena ada seseorang yang bersamanya melewati hujan ini.

'I love you May...' kata Ryuka

'I love you too...' jawab May

Ryuka dan May resmi menjadi suami istri, Ryuka pun mencium mesra bibir May di tengah guyuran air hujan dan juga di tengah para tamu undangan yang ikut berdansa bersama mereka. Memori ini yang akan melekat di ingatan May sekarang, dan nanti sampai mereka menua bersama.




"Terkadang kita tidak perlu menunggu hujan untuk reda, kita juga tidak harus menunggu seseorang membawakan payung untuk kita. Sesekali kita bisa menerobos hujan itu dan merasakan betapa hangatnya tetesan air hujan itu. Jangan takut akan hujan, jangan takut untuk basah, karena walaupun basah, saat perjalanan pulang nanti baju kita akan kering dengan sendirinya. Jadi jangan takut akan hujan, berjalanlah walau itu sedang hujan, karena tujuanmu tidak menunggu hujan untuk reda, namun tujuanmu menunggu kamu sampai kesana." Ryuka



Sekian

Citra Kim

Story Worry

 Pohon Ceri

Aku bercerita tentang pamanku, dia adalah lelaki yang memiliki segalanya, harta, jabatan dan juga wanita yang senantiasa setia menemaninya. Namun dia selalu merasa hampa di dalam hidupnya, rasa bahagia tidak pernah dirasakannya, padahal dia memiliki semua yang mungkin kebanyakan orang menginginkannya. Pada suatu malam, paman berkendara dengan mobilnya, disepanjang jalan dia terus merenungkan apa yang akan dia lakukan. Akhirnya dia memilih untuk mengakhiri hidupnya, karena dia merasa tidak pernah menemukan kebahagian di dalam hidupnya. Paman mengendarai mobilnya kepantai, berharap dia akan menenggelamkan dirinya disana, namun dia mengurungkan niatnya karena dia rasa air laut sangat dingin untuknya, lagian paman juga tidak bisa berenang. Lalu dia memutuskan untuk pergi kehutan, berharap dia akan menggantungkan dirinya di pohon-pohon yang ada di hutan sana, namun lagi-lagi dia mengurungkan niatnya. Dia berfikir, hutan itu sangat gelap baginya jadi dia tidak bisa melihat apapun disana, dia takut salah mengikatkan tali ke pohon yang ada disana, akhirnya dia kembali berkendara dan tidak jadi mengakhiri hidupnya di hutan. Paman mengambil keputusan untuk pergi ke gunung, dia ingin menjatuhkan dirinya ketebing yang ada di gunung supaya dia bisa mengakhiri penderitaan batinnya itu. Namun sesampainya di gunung, dia melihat gunung itu menjulang tinggi, dan dia berkata kalau dia harus naik ke puncak itu dia merasa tidak sanggup, karena dia jarang menaiki gunung, dia takut akan mati sebelum terjatuh dari tebing.

Paman memutuskan untuk tidak mengakhiri hidupnya disana, dia kembali menyalakan mesin mobilnya dan berjalan meninggalkan area pegunungan itu. Dia masih berfikir bagaimana caranya untuk mengakhiri hidupnya. Lalu di tengah perjalanan dia bertemu dengan kakek-kakek, si kakek butuh tumpangan untuk sampai ke rumahnya. Paman berfikir dia ingin berbuat baik sebelum mengakhiri hidupnya, akhirnya dia memutuskan untuk mengantar kakek itu kembali pulang kerumahnya. Diperjalanan, si kakek bercerita, dia berkata saat usianya seumuran dengan paman, dia ingin mengakhiri hidupnya, dia cerita kalau dia berusaha lari kepantai, kehutan dan juga kegunung, namun tak juga berani mengakhiri hidupnya. Sang paman terkaget karena itu sama seperti apa yang dia lakukan sedari tadi. Lalu sang kakek bilang, saat dia beristirahat di gunung, dia menemukan pohon ceri. Pohon itu berdiri dengan kokoh dan daun yang sangat lebat, selain itu buah ceri yang berada di pohon itu sangat banyak dan berwarna merah merekah. Sang kakek berjalan mendekati pohon itu dan mengambil beberapa buah ceri dan memakannya. Rasanya manis dan juga sedikit asam, si kakek mulai memakannya tanpa sadar dia menghabiskan separuh dari buah yang ada di pohon. Setelah itu kakek tersadar, kehidupan ini juga sama seperti buah ceri, terdang ada rasa manis di dalamnya, kadang juga asam, pahit bahkan ada beberapa buah yang tidak berasa apa-apa, namun itulah hidup. Walaupun terkadang tidak sesuai dengan keinginan kita, namun ada beberapa hal tidak terduga yang justru membuat kita jauh lebih baik lagi. Akhirnya kakek memutuskan untuk tetap hidup kokoh seperti pohon ceri yang dia temui itu, tetap berbuah dan berdaun rindang.

Paman tertegun mendengar cerita si kakek, lalu kakek mengajukan pertanyaan ke paman.

'Kamu mengerti dengan ceritaku..?' tanya kakek

'Iya aku tahu kek...' jawab Paman

'Apa maksud ceritaku...?' lanjut kakek bertanya ke paman

'Pohon ceri menyelamatkan hidup kakek...' jawab Paman

'Salah...'

'Hiduplah seperti pohon ceri...' jawab paman dengan keyakinan

'Salah...'

'Hemmm kehidupan seperti buah ceri, kadang asam, kadang manis...'

'Salah lagi...'

'Lalu apa kek...?' tanya paman yang sedikit emosi saat ini

'Bukan pohon ceri yang menyelamatkan ku, namun ceritaku....ceritaku yang ingin menyelamatkan mu...pohon di ceritaku bisa di ganti dengan berbagai pohon yang lain, namun dari ceritaku, aku ingin melindungimu dari hal bunuh diri. Aku ingin kamu tahu kalau hidupmu sangatlah berharga di banding dengan semua harta yang kamu miliki...' jawab si kakek dengan senyuman di wajahnya.

Paman terdiam, dia mulai memahami kalau si kakek tahu betul, kalau paman ingin mengakhiri hidupnya saat ini. Lalu sang paman tersenyum dan dia berjanji akan terus hidup dan akan terus menjalani hidup dengan baik. Akhirnya sang kakek sampai di rumahnya, dan ada seorang nenek-nenek yang menunggu kedatangannya dengan setia. Sesaat sebelum kakek turun dari mobil paman, paman bertanya

'Darimana kakek tahu kalau aku ingin mengakhiri hidupku...?' tanya paman heran

'Dari tali yang sedari tadi ada di jok belakang mobilmu, aku juga melihat bekas pasir di roda mobilmu, dan beberapa debu pohon pinus di kaca mobilmu. Itu menandakan sebelum kamu bertemu denganku di lereng gunung kamu sudah pergi kepantai dan juga hutan....anak muda, jalanmu masih panjang, Tuhan masih mengirimkan kamu aku untuk mengingatkan kalau kamu sangatlah berharga...maka tetaplah hidup...' lanjut kakek itu lalu keluar dari mobil paman dan berjalan mendekati nenek.

Paman tersenyum kearah kakek dan nenek yang melihatnya dari luar mobil, di dalam hati paman mengucap terima kasih kepada si kakek. Lalu paman berjalan pulang dan kembali kekeluarganya, dia mensyukuri apa yang dia miliki saat ini. Sama seperti sang kakek yang bahagia hidup sampai tua bersama sang nenek.




Sekian

Citra Kim

PUISI 2022

 Something Between Us

Saat itu mataku hanya sengaja menatapmu

Dan kemudian senyummu membuatku tersipu

Mungkin aku bukan sosok yang mudah jatuh cinta

Namun hatiku sangat mudah untuk terbuka

Hanya keheningan saat itu...

Mataku terus menatap senyummu

Dengan tanpa alasan

Dan juga dengan tanpa kepastian

Kau menghilang begitu saja

Pertemuan yang tidak disengaja

Namun sepertinya aku menjadi terpana

Kau bukan sosok yang sempurna

Namun senyummu membuatku tahu

Kau bisa membuat siapapun menyukaimu

Mereka mungkin belum tahu

Ada sesuatu diantara kita

Yaitu sebuah pertemuan yang tidak di sengaja




10, November '22

Citra Kim

Selasa, 08 November 2022

Cerpen 2022

 Cerpen Part 5



Acar Martabak

Sore itu suasana mendung menemani langkah Damar kembali pulang, dia membawa beberapa kotak hadiah lengkap dengan sebuket bunga mawar berwarna merah di tangannya. Payung yang dia gunakan seakan tidak bisa melindungi dia dari tetesan air hujan, bajunya masih basah terkena hujan. Damar sampai diteras rumahnya, dia merapikan kotak hadiah dan juga buket bunganya, sembari mengibaskan payungnya.

'Baru pulang aden...?' tanya bibi pembantu rumahnya

'Iya bi...'jawab Damar sambil berjalan melewati wanita separuh baya itu.

'Aden kok basah kuyup, memangnya tadi tidak naik mobil...?' tanya bibi yang bernama Sayuti atau bibi Yuti sambil membantu Damar membawa kota hadiah

'Mobilnya rusak dijalan tadi bi, jadi aku naik ojek online....' jawab Damar dengan nada ogah-ogahannya.

'Ya udah bibi siapin teh hangat ya den, biar badan aden hangat...' lanjut si bibi

Damar hanya mengangguk dan dia lalu berjalan ke tangga untuk naik ke kamarnya di lantai dua, langkahnya terlihat sangat lesu, entah apa yang sebenarnya ternajdi dengan Damar, tapi bisa di pastikan kalau dia sedang tidak baik-baik saja. Damar berjalan mendekati jendela kamarnya, setelah mandi dan membersihkan dirinya dari air hujan, Damar duduk termanung di dekat jendela kamarnya sambil meminum teh hangat yang dibuatkan bibi. Dia terus memandang kearah luar jendelanya, yang hanya terlihat rintik air hujan yang sedari tadi belum juga reda.

'Hah....' hela nafas Damar sangat berat.

Dia kembali memandang buket bunga dan juga kotak hadiah yang sedari tadi ada di depannya, dia memegang bunga itu lalu membuangnya di keranjang sampah kamarnya. Damar juga membuang kotak hadiah yang tadi dia bawa.

'Berhanti sampai sini Damar....' katanya lirih.

Pagi itu Damar bangun pagi seperti biasanya, dia lalu melanjutkan jogging diarea kompleks rumahnya sebelum siap-siap untuk berangkat kuliah. Damar Hadinata, umur 27 dan sekarang sedang lanjut S2 untuk jurusan psikologi. Keluarga Damar termasuk keluarga yang terpandang di kotanya, ayahnya seorang dokter spesialis penyakit dalam di rumah sakit terbesar di kotanya, ibu Damar merupakan kolektor barang anting yang memiliki toko untuk pelelangan dengan harga yang terbilang fantastik. Damar juga memiliki kakak perempuan yang sekarang menjadi dokter anak di rumah sakit yang berada di Kanada, karena suami kakaknya bekerja di Kanada sebagai dokter juga. Bisa di bilang Damar terlahir dengan sendok emas, alias kaya raya, dan juga dia di kelilingi oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi. Damar juga bekerja di kantor psikiater milik Om nya, Om Dude namanya, dia merupakan adik dari ibu Damar. 

Damar memiliki 2 orang teman yang se dari SMA selalu bersama, mereka bernama Danu dan juga Zara. Danu bekerja sebagai seorang pengacara di sebuah firma hukum yang lumayan terkenal di kota itu, sedangkan Zara merupakan dokter hewan dan sekarang sedang bekerja di pet shop miliknya sendiri. Latar belakang mereka bertiga memang tidak sama, jurusan kuliah juga tidak sama, namun mereka berteman baik, bahkan saat ini Danu sudah menikah pun mereka bertiga masih sering bertemu dan mengobrol seperti saat Danu masih belum menikah.

'Udah lah Dam....ikhlasin aja...kamu udah berusaha semampu kamu kok...' kata Danu sambil menenangkan sahabatnya itu.

'Hah....' hela Damar sambil terus menatap gelas berisi air putih di hadapannya.

'Vina agak keterlaluan juga sih kalau menurut aku....' kata Danu lagi 'Ya at least dia kasih tau kamu lah kalau misal dia gak ada rasa sama kamu bukannya malah perlakukan kamu seperti ini...' lanjut Danu

Damar sama sekali tidak merespon kata-kata Danu, dia hanya terus merenung dan memandang gelas di depannya. Bisa di pastikan kenapa Damar tampak murung itu karena wanita, memang klasik sekali kisah ini. Damar dari dulu menyukai seorang wanita, dia bernama Vina. Vina adalah wanita yang membuat Damar jatuh cinta pada pandangan pertama, dia satu SMA dengan Damar, Danu dan juga Zara. Vina merupakan bunga di sekolah mereka, yang artinya Vina adalah tipe-tipe wanita idaman semua pria termasuk Damar. Dengan berbagai cara Damar selalu berusaha mendekati Vina, bahkan Damar rela PP Singapore - Indonesia demi Vina, waktu Damar menempuh S1 di Singapore. Dan itu Damar lakukan hanya untuk sekedar merayakan ulang tahun Vina, atau cuma hanya karena Vina merasa kesepian dan ingin di temanin makan. Iya, se-effort itu memang perlakuan Damar pada Vina, namun diantara mereka berdua tidak ada ikatan apa-apa, dan Damar tidak mempermasalahkan itu asalkan dia tetap bisa berada di samping Vina.

'Kamu ini lulusan psikolog tapi malah kek begini hadapi masalahmu sendiri....' kata Zara tiba-tiba sambil duduk di depan Damar dan juga Danu

'Kamu darimana aja sih...lama banget sampai nya...?' tanya Danu sambil menatap Zara dengan ekspresi lega

'Macet tadi...aku juga lagi suntik kucing yang kena flu tadi...' jawab Zara lalu mengambil gelas berisi air putih di meja dan meminumnya.

Seketika Damar memandang kearah Zara yang dengan santainya mengambil gelasnya dan meminumnya, padahal sedari tadi Damar sedang melihat gelas itu.

'Apaan si kamu main minum aja...itu air punya aku tau...' kata Damar sedikit emosi karena Zara langsung minum air nya

'Hemmmm....bisa pesen lagi kali di sana....' kata Zara sambil menunjuk meja kasir kafe itu

'Hah....bahkan untuk air aja aku juga di ambil orang...' kata Damar sambil menyandarkan badannya di kursi

'Dam...emang kalau air ini kamu liatin terus warnanya bisa berubah gitu, bisa jadi teh atau kopi gitu...? kan enggak Dam....jadi percuma kalau kamu anggurin terus dia bakal mubazir, makanya aku minum biar ada manfaatnya itu air....' kata Zara lagi

'Udahlah...masalah air aja kalian berantem kayak anak kecil aja....' kata Danu melerai

'Aku udah berhenti berharap sekarang....' kata Damar tiba-tiba mendadak melankolis dambil menatap lampu di atas ttempat duduknya.

'Yakin....??' kata Danu dan zara bersamaan

'Hemmm...' jawab Damar diiringi anggukan kepalanya.

Danu dan juga Zara saling manatap satu sama lain, mereka seolah tidak percaya dengan kata-kata Damar barusan. Lalu Zara meletakan tangannya di dahi Damar, sambil menatap kedua mata Damar yang terlihat lesu karena kurang tidur.

'Hah....I don't believe that...' kata Zara kemudian sambil duduk kembali ke tempatnya

Damar bangun dari kursinya dan mendekat kearah Zara, sambil menatap Zara dia mengerutkan dahinya dan memegang kedua bahu Zara.

'Aku pastikan kalau aku bisa move on, liat aja...' kata Damar kemudian

Zara tersenyum sinis kearah Damar yang membuat Damar kesal atas sikap sahabatnya itu.

'Oke kalau kamu gak percaya juga gak apa-apa...' kata Damar kemudian sambil kembali duduk di kursinya

'Dam...ini bukan pertama kalinya kamu ngomong begini, kalau aku hitung, mungkin udah ribuan kali ya kamu ngomong seperti ini, coba kita liat 5 menit kedepan, kalau handphone kamu ada notif dari Vina kamu berani gak, gak usah balas chat atau telfonnya? kalau kamu bisa melakukan itu kita bakal percaya kalau kamu benar-benar move on...' jelas Zara disertai anggukan dari Danu

'Bener kata Zara, kalau kamu gak respon apapun yang Vina lakuin, kita baru percaya sama omongan kamu barusan..' tambah Danu

'Okai...deal....' kata Damar sambil menjabat tangan Zara dan juga Danu

Zara dan Danu saling memandang dan dari pandangan mereka berdua terlihat kalau Danu dan juga Zara masih tidak bisa percaya dengan kata-kata Damar. Tidak lama kemudian, handphone Damar berbunyi, dan itu telfon dari Vina. Danu dan Zara langsung melihat Damar, dan Damar terlihat ragu saat melihat nama Vina di layar handphone nya.

'Mau angkat tu telfon...?' sindir Zara sambil menyilangkan kedua tangannya

Damar tidak bergeming, dan dia tetap membiarkan handphone nya di atas meja. Namun dering telfon itu tetap berbunyi, dan terus berulang. Hal itu membuat Damar menjadi tambah ragu, dia ingin sekali segera mengangkatnya, namun dia juga tahu kalau hal itu akan membuat dia semakin tidak di percaya oleh teman-temannya. Kaki Damar mulai bergetar, tanda dia tidak sabar dengan suara dering handphonenya, hal itu bisa di baca jelas oleh Zara. Dan dalam hitungan dektik, Damar langsung menyambar handphone nya dan memencet tombol jawab dari handphone nya.

'Halo Vin...ada apa..?' tanya Damar terlihat cemas

'Dam kamu bisa jemput aku gak...aku benar-benar butuh kamu...' jawab Vina dari balik telfon dengan nada sedih dan di sertai tangisan.

'Kamu kenapa Vin...? oke-oke aku kesana sekarang, kamu kirim alamatnya aja ya aku otw kesana...' kata Damar sambil beranjak dari tempatnya dan berjalan meninggalkan kedua sahabatnya yang sedari tadi memandang Damar dengan pandangan sinisnya.

Damar meninggalkan Zara dan Danu di kafe itu, dia berlari menuju mobilnya dan langsung menancapkan gasnya pergi menemui Vina yang menelfonya dengan tangisan kesedihan.

'See....dia gak akan bisa lepas dari wanita itu...' kata Zara dengan nada kecewa

'Hah....Damar itu lelaki yang baik, dia juga sebenarnya pinter, apalagi dia seorang psikolog, tapi kadang logika dia kalah sama rasa cintanya...' kata Danu

'Apa yakin itu cinta...?' tanya Zara sambil memandang Danu 'Kita udah berteman lama Nu...dan aku gak pernah menganggap kalau Damar mencintai Vina, dia hanya terobsesi sama Vina, dia meyakinkan pikirannya kalau Vina adalah wanita sempurna yang harus dia dapatkan, tanpa tahu kalau Vina hanya wanita yang toxic, dia cuma butuh Damar saat dia ingin saja, kalau enggak ya mana mungkin dia hubingin Damar, dan bodohnya Damar kira itu adalah balasan dari semua effort yang dia keluarkan untuk Vina. Dari awal hubungan mereka ini udah tidak bisa di harapkan...' jelas Zara

'Kamu masih sayang ya sama Damar...?' tanya Danu tiba-tiba

Zara terdiam mendengar pertanyaan dari Damar, dia masih menelaah perasaannya terhadap Damar. Selama ini Zara sangat menyayangi Damar, namun keberadaannya sama sekali tidak pernah di anggap oleh Damar. Damar hanya menganggap kalau Zara adalah sahabatnya sama seperti dia menganggap Danu, jadi selama ini Zara hanya mencintai Damar dalam diam.

'Sayang masih, tapi hanya sebatas teman....' jawab Zara

'Yakin...?' tanya Danu

'Yakin...dengan melihat peristiwa barusan, menambah keyakinan aku untuk berhenti berharap kepada Damar, 15 tahun udah aku sia-sia kan hanya untuk menunggu Damar berubah. Namun aku tidak bisa menemukan signal apapun, bahkan sampai hari ini, makanya saat ini aku putuskan untuk berhenti. Aku bukan Damar yang bisa mengingkari kata-katanya, aku akan bertanggung jawab dengan kata-kataku saat ini.' Jelas Zara diiringi senyum ikhlas dari wajahnya

'Kamu hebat Ra...bertahan sekuat ini, dan melepasnya dengan ikhlas...aku doakan yang terbaik buat kamu, aku yakin orang baik akan dapat yang terbaik pula....' kata Danu kemudian

'Yuk pulang....Melanie pasti udah nunggu kamu...' kata Zara lagi

Melanie adalah nama istri Danu.

Zara dan Danu meninggalkan kafe, dan bagi Zara dia sudah meninggalkan perasaannya untuk Damar di kafe itu juga. Zara melangkahkan kaki sambil melihat kesemua sudut kafe, dia tahu banyak kenangan yang dia tinggalkan disana, karena kafe itu adalah basecamp mereka bertiga. Setiap kenangan memang indah untuk di kenang, namun itu hanya sebuah kenangan bukan tujuan sebenarnya, kenangan hanya sebuah waktu yang berjalan di kehidupan setiap manusia, makanya tidak baik terus terbelenggu dalam kenangan.

'Selamat tinggal Damar...' batin Zara

3 minggu kemudian, Zara yang sedang asik bermain dengan kucing yang baru saja dia sembuhkan di kagetkan dengan kedatangan Damar di kliniknya.

'Ngapain...?' tanya Zara dengan nada malasnya

'Kamu ada waktu enggak nanti sore...?' tanya Damar

'Emangnya kenapa...?' tanya Zara sambil terus mencuekin Damar

'Aku mau beli kado buat Vina...kali ini aku yakin buat propose ke dia...' kata Damar disertai senyuman

'Hemmmm....'

'Beberapa minggu ini aku intens berhubungan sama dia, dan sepertinya ini saatnya aku menyatakan perasaan aku kedia, sekalian melamar karena aku ingin langsung menikah saja gimana menurut kamu...?' kata Damar dengan semangat

'Ya kalau kamu udah yakin, lakuin aja Dam....aku si support doa aja....' kata Zara dengan nada malasnya

'Oke...kamu mau ya nemenin aku beli kado...?' tanya Damar lagi

'Hah...' hela Zara 'Iya ya....' jawab Zara kemudian

Sore itu Zara mengantar Damar membeli kado buat Vina, mereka berkeliling untuk membeli beberapa printilan persiapan acara melamar Damar ke Vina. Dari lubuk hati Zara ada rasa sakit dan sedikit mengganggunya, namun dengan cepat Zara menepisnya, dia berusaha menata perasaannya untuk tidak lagi berharap dengan Damar.

'Kamu mau makan apa nanti, biar aku siapin...' kata Damar sambil menelfon Vina

'Spagetti ya Dam...aku lagi pengen makan nih...sama belikan cheesee cake ya buat desertnya, aku lagi cheating day nih...' jawab Vina dengan nada manja

'Oke-oke aku bakal belikan apapun yang mau kamu makan...udah itu aja...?' tanya Damar lagi

'Huum....cepet kesini ya....' kata Vina lagi

'Iya...tunggu aku ya....' kata Damar lalu menutup telfonnya

Zara yang sedari tadi di sampingnya hanya menahan rasa sakit di hatinya, namun dia tetap bertahan dan dia hanya ingin menyelesaikan perasaannya ke Damar. Setelah membeli Cincin, buket mawar dan hadia-hadia lainnya, Damar dan Zara makan malam berdua di restoran langganan mereka. Seperti biasa menereka memesan bakmi kuah dan bakmi goreng, serta martabak telor kesukaan Zara. 

'Dam....' kata Zara tiba-tiba

'Iya kenapa...?' tanya Damar yang masih sibuk memotong martabak telor

'Aku mau ngomong serius ke kamu...' kata Zara

Damar meletakkan pisau dan juga garpu nya, dan dia menatap Zara yang memasang wajah serius.

'Ada apa Ra...?' tanya Damar

'Aku suka sama kamu...' kata Zara kemudian 

Damar tersenyum, dan dia kembali memotong martabak di depannya.

'Sebenarnya sudah dari dulu aku suka sama kamu...15 tahun yang lalu....' lanjut Zara 'Ada anak laki-laki yang membantu aku untuk berjalan di tengah hujan dengan payungnya, dia berjalan menemaniku sampai depan gerbang rumah, walaupun rumahnya tidak searah denganku. Dia lalu menjadi sahabat terbaikku, dia menjadi orang yang benar-benar tidak bisa aku gapai walaupun aku selalu ada di sisinya. Hari ini aku lihat dia bahagia dengan pilihannya, dia sudah menemukan wanita terbaik yang dia inginkan, makanya dikesempatan ini aku mau mengungkapkan perasaanku selama 15 tahun ini kepadanya, supaya dia tahu kalau aku sangat menyayanginya, dan sekarang aku sudah melepaskannya bahagia bersama pilihannya. Bukan karena aku membencinya untuk 15 tahun yang tidak dianggapnya, justru aku sangat berterima kasih kepadanya, karena selama itu aku bisa mendampingi nya, berada di dalam timeline kehidupannya dan menjadi salah satu orang yang dia sayang sebagai sahabat, makasih Damar...hari ini aku melepaskan cinta pertamaku....' kata Zara panjang lebar

Damar terdiam mendengar pernyataan cinta dari sahabatnya itu, dia merasa sangat bersalah karena selama ini tidak bisa melihat cinta yang Zara berikan.

'Ra...aku...' 

'Gak apa-apa Dam...aku mengatakan ini bukan untuk meminta jawaban dari kamu, aku hanya ingin mengungkapkannya supaya aku bisa lega dan bisa menjalin hubungan dengan orang lain tanpa adanya bayang-bayang dari kamu....aku tetap akan jadi Zara sahabat kamu yang ada di samping kamu. Seperti acar martabak, tiap kali beli martabak telor selalu ada acar di sampingnya, walaupun orang-orang gak pernah memakannya tapi acar itu akan selalu ada di samping martabak. Keberadaannya mungkin terkalahkan sama saos sambel atau cabe rawit, namun acar tetap setia menemani martabak, begitu pula dengan ku.' kata Zara lagi.

'Maafkan aku Ra....dan terima kasih kamu mau mengungkapkan perasaan kamu ke aku...' kata Damar sambil menatap sendu kepada Zara

'Iya sama-sama.....' jawab Zara dengan senyum lega

Semenjak kejadian itu Zara masih tetap seperti biasanya, dan Damar juga berprilaku seperti biasanya walaupun mereka masih terlihat sedikit canggung saat ada di tempat yang sama secara bersamaan, namun baik Zara maupun Damar tetap berusaha baik-baik saja. Dari hasil lamaran Damar, itu tidak berjalan dengan baik, Vina masih belum menjawab lamaran Damar. Namun Damar pun tidak ambil pusing akan hal itu, dia disibukan dengan kuliah dan juga pekerjaannya sebagai psikolog di kantor om nya.

1 tahun kemudian, Zara yang pindah ke Bali tiba-tiba mengirimkan undangan pernikahannya. Damar termenung memandang undanganan pernikahan Zara, dia masih mengingat semua kata-kata Zara di kala itu saat Zara menyatakan cintanya kepada Damar. Hati Damar terasa sakit, walaupun dia tahu rasa sakit itu tidak seberapa dari rasa sakit yang di rasa oleh Zara.

'Kamu bakalan berangkat ke bali kapan? mau barengan sama aku?' tanya Danu sembadi duduk di depan Damar

'Aku baru bisa berangkat sabtu pagi siii...acaranya hari minggu kan...?' tanya Damar sembari mengeluarkan handphone untuk mengecek undangan dari Zara

'Resepsinya minggu, ijab nya hari sabtu...' jelas Danu

'Kamu berangkat kapan...?' tanya Damar

'Palingan jumat malam, soalnya Melanie janji datang di malam gadisnya Zara, padalah istriku bukan gadis lagi tapi dia kekeh mau datang...hemmmm...' kata Danu di sertai tawa

'Hemmmm....' jawab Damar sambil masih memandang layar handphone nya

'Ini pesanannya mas...' kata pelayan kafe sambil menaruh sepiring martabak telor, lengkap dengan acar, saos dan juga cabe rawit

Damar termenung memandang martabak itu, dan dia tersenyum lalu mengambil martabak dan juga acarnya yang dia makan bersamaan.

'Tumbenan makan martabak pake acar kamu...' kata Danu sambil memandang aneh  sahabatnya itu

''Ternyata enak juga martabak kalau dimakan bersama acar, aku gak pernah mencobanya, dan akhirnya aku terlambat  menyadarinya....' kata Damar

Danu hanya tersenyum mendengar kata-kata dari Damar, dia tidak tahu arti acar dan martabak yang Damar katakan. 

Hari ini pesta pernikahan Zara di laksanakan, di pintu masuk ada benner dengan tulisan,

"Yoga Pranata Dan Zara Anastasia, Just merried"

Damar cukup berdiri lama disana, lalu seseorang menepuk bahunya, dan Damar berbalik badan untuk melihat siapa yang menepuk bahunya.

'Hai....' kata Zara dengan senyum sumringah

'Hai...wooowww...bisa juga pake gaun...' jawab Damar

'Ih...apaan sii kamu...' kata Zara sambil memukul baju Damar

'Congrats Ra....happy ever and forever.....' kata Damar di sertai senyuman

'Thank you....makasih udah datang ya...'

'It's my pleasure....'

'Congrats juga buat kamu...udah bisa buka klinik sendiri ya....' kata Zara lagi

'Iya nih...udah lepas dari Om Dude...doain lancar ya Ra...' 

'Pasti lah.....'

Mereka saling menatap satu sama lain, masih ada sisa-sisa rasa di dalam tatapan mereka berdua, namun itu akan menjadi sbuah kenangan bagi mereka, karena pada akhirnya jalan mereka tidak untuk bersama.

'Sayang...' kata Yoga (suami Zara) sambil merangkul pinggang ramping Zara

'Eh...sayang...' kata Zara lagi

'Hai Dam....' sapa Yoga ke Damar

'Hai..Yo....congrats ya...' kata Damar sembari menjabat tangan Yoga

'Thank you....makasih udah datang ya Dam...' kata Yoga lagi

'Kayaknya kalian berdua template ya ngomongnya...hahahaha Zara juga ngomong begitu barusan...' kata Damar lalu diikuti tawa mereka bertiga. 'Iya sama-sama...aku seneng bisa jadi saksi cinta kalian...' lanjut Damar dengan senyuman

'Oke....oke....' kata Yoga 'Sayang..ayo kesana, udah di tungguin itu...' ajak Yoga

'Oh..iya...yuk Dam  masuk...' ajak Zara

Yoga berjalan masuk ruang duluan, dan Zara berjalan berdampingan dengan Damar, saat berjalan handphone Damar berbunyi, dan Zara menghentikan langkahnya dan memandang layar handphone Damar. Ada nama Vina di layar itu, Damar lalu memandang Zara dan mereka saling menatap.

'Mau di angkat...?' tanya Zara dengan senyuman nakal

Damar tersenyum, lalu mematikan handphone nya dan memasukkan di saku celananya.

'Nope...hari ini hari bahagia kamu, aku gak mau mengganggunya dengan hal yang tidak penting...yuk masuk, Yoga udah nunggu tuh...' Kata Damar

'Oke...ayuk....' kata Zara lalu menggandeng Damar dan berjalan mendekati Yoga, suaminya

Hari itu pesta berlangsung meriah dan juga khidmat, Zara dan Yoga nampak sangat bahagia, mereka tersenyum bahagia dan Damar yang melihatnya juga lega. Selama ini dia tidak pernah mengetahui kalau ternyata dia juga sangat menyayangi Zara, dia terlalu sibuk dengan Vina tanpa dia sadar ada seseorang yang jauh lebih baik, jauh lebih indah dan juga jauh lebih menyayanginya, yaitu Zara. Namun saat ini Zara bukan lagi seseorang yang akan mencintai Damar seperti dulu, Damar sudah melewatkan kereta yang datang padanya. Dan sekarang dia harus ihklas dengan apa yang dia dapatkan, karena itulah hidup, kadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang kita terima.

'Happy wedding my dear....thank you for being my bestfriend....' batin Damar







"Aku suka sekali bakmi, aku akan berjalan jauh untuk sampai ke rumah makan bakmi yang aku suka, walaupun di perjalanan aku menemukan banyak sekali rumah makan yang menyediakan bakmi, namun aku tetap berjalan jauh untuk mendapatkan bakmi yang aku suka. Namun saat sampai sana, bakmi itu sudah tutu karena habis terjual, aku pikir 'Ah tidak apa-apa, nanti sembali berjalan pulang masih ada bakmi yang lainnya' namun aku salah, saat aku perjalanan kembali pulang, semua rumah makan sudah tutup karena waktunya sudah habis. Dan cerita ini bukan hanya tentang bakmi dan juga rasa lapar di perutku, namun ini tentang waktu, kesalahan waktu yang sudah aku buat, dan akhirnya penyesalan yang aku dapatkan." ~ Damar Hadinata.


Sekian

CitraKim