Selasa, 08 November 2022

Cerpen 2022

 Cerpen Part 5



Acar Martabak

Sore itu suasana mendung menemani langkah Damar kembali pulang, dia membawa beberapa kotak hadiah lengkap dengan sebuket bunga mawar berwarna merah di tangannya. Payung yang dia gunakan seakan tidak bisa melindungi dia dari tetesan air hujan, bajunya masih basah terkena hujan. Damar sampai diteras rumahnya, dia merapikan kotak hadiah dan juga buket bunganya, sembari mengibaskan payungnya.

'Baru pulang aden...?' tanya bibi pembantu rumahnya

'Iya bi...'jawab Damar sambil berjalan melewati wanita separuh baya itu.

'Aden kok basah kuyup, memangnya tadi tidak naik mobil...?' tanya bibi yang bernama Sayuti atau bibi Yuti sambil membantu Damar membawa kota hadiah

'Mobilnya rusak dijalan tadi bi, jadi aku naik ojek online....' jawab Damar dengan nada ogah-ogahannya.

'Ya udah bibi siapin teh hangat ya den, biar badan aden hangat...' lanjut si bibi

Damar hanya mengangguk dan dia lalu berjalan ke tangga untuk naik ke kamarnya di lantai dua, langkahnya terlihat sangat lesu, entah apa yang sebenarnya ternajdi dengan Damar, tapi bisa di pastikan kalau dia sedang tidak baik-baik saja. Damar berjalan mendekati jendela kamarnya, setelah mandi dan membersihkan dirinya dari air hujan, Damar duduk termanung di dekat jendela kamarnya sambil meminum teh hangat yang dibuatkan bibi. Dia terus memandang kearah luar jendelanya, yang hanya terlihat rintik air hujan yang sedari tadi belum juga reda.

'Hah....' hela nafas Damar sangat berat.

Dia kembali memandang buket bunga dan juga kotak hadiah yang sedari tadi ada di depannya, dia memegang bunga itu lalu membuangnya di keranjang sampah kamarnya. Damar juga membuang kotak hadiah yang tadi dia bawa.

'Berhanti sampai sini Damar....' katanya lirih.

Pagi itu Damar bangun pagi seperti biasanya, dia lalu melanjutkan jogging diarea kompleks rumahnya sebelum siap-siap untuk berangkat kuliah. Damar Hadinata, umur 27 dan sekarang sedang lanjut S2 untuk jurusan psikologi. Keluarga Damar termasuk keluarga yang terpandang di kotanya, ayahnya seorang dokter spesialis penyakit dalam di rumah sakit terbesar di kotanya, ibu Damar merupakan kolektor barang anting yang memiliki toko untuk pelelangan dengan harga yang terbilang fantastik. Damar juga memiliki kakak perempuan yang sekarang menjadi dokter anak di rumah sakit yang berada di Kanada, karena suami kakaknya bekerja di Kanada sebagai dokter juga. Bisa di bilang Damar terlahir dengan sendok emas, alias kaya raya, dan juga dia di kelilingi oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi. Damar juga bekerja di kantor psikiater milik Om nya, Om Dude namanya, dia merupakan adik dari ibu Damar. 

Damar memiliki 2 orang teman yang se dari SMA selalu bersama, mereka bernama Danu dan juga Zara. Danu bekerja sebagai seorang pengacara di sebuah firma hukum yang lumayan terkenal di kota itu, sedangkan Zara merupakan dokter hewan dan sekarang sedang bekerja di pet shop miliknya sendiri. Latar belakang mereka bertiga memang tidak sama, jurusan kuliah juga tidak sama, namun mereka berteman baik, bahkan saat ini Danu sudah menikah pun mereka bertiga masih sering bertemu dan mengobrol seperti saat Danu masih belum menikah.

'Udah lah Dam....ikhlasin aja...kamu udah berusaha semampu kamu kok...' kata Danu sambil menenangkan sahabatnya itu.

'Hah....' hela Damar sambil terus menatap gelas berisi air putih di hadapannya.

'Vina agak keterlaluan juga sih kalau menurut aku....' kata Danu lagi 'Ya at least dia kasih tau kamu lah kalau misal dia gak ada rasa sama kamu bukannya malah perlakukan kamu seperti ini...' lanjut Danu

Damar sama sekali tidak merespon kata-kata Danu, dia hanya terus merenung dan memandang gelas di depannya. Bisa di pastikan kenapa Damar tampak murung itu karena wanita, memang klasik sekali kisah ini. Damar dari dulu menyukai seorang wanita, dia bernama Vina. Vina adalah wanita yang membuat Damar jatuh cinta pada pandangan pertama, dia satu SMA dengan Damar, Danu dan juga Zara. Vina merupakan bunga di sekolah mereka, yang artinya Vina adalah tipe-tipe wanita idaman semua pria termasuk Damar. Dengan berbagai cara Damar selalu berusaha mendekati Vina, bahkan Damar rela PP Singapore - Indonesia demi Vina, waktu Damar menempuh S1 di Singapore. Dan itu Damar lakukan hanya untuk sekedar merayakan ulang tahun Vina, atau cuma hanya karena Vina merasa kesepian dan ingin di temanin makan. Iya, se-effort itu memang perlakuan Damar pada Vina, namun diantara mereka berdua tidak ada ikatan apa-apa, dan Damar tidak mempermasalahkan itu asalkan dia tetap bisa berada di samping Vina.

'Kamu ini lulusan psikolog tapi malah kek begini hadapi masalahmu sendiri....' kata Zara tiba-tiba sambil duduk di depan Damar dan juga Danu

'Kamu darimana aja sih...lama banget sampai nya...?' tanya Danu sambil menatap Zara dengan ekspresi lega

'Macet tadi...aku juga lagi suntik kucing yang kena flu tadi...' jawab Zara lalu mengambil gelas berisi air putih di meja dan meminumnya.

Seketika Damar memandang kearah Zara yang dengan santainya mengambil gelasnya dan meminumnya, padahal sedari tadi Damar sedang melihat gelas itu.

'Apaan si kamu main minum aja...itu air punya aku tau...' kata Damar sedikit emosi karena Zara langsung minum air nya

'Hemmmm....bisa pesen lagi kali di sana....' kata Zara sambil menunjuk meja kasir kafe itu

'Hah....bahkan untuk air aja aku juga di ambil orang...' kata Damar sambil menyandarkan badannya di kursi

'Dam...emang kalau air ini kamu liatin terus warnanya bisa berubah gitu, bisa jadi teh atau kopi gitu...? kan enggak Dam....jadi percuma kalau kamu anggurin terus dia bakal mubazir, makanya aku minum biar ada manfaatnya itu air....' kata Zara lagi

'Udahlah...masalah air aja kalian berantem kayak anak kecil aja....' kata Danu melerai

'Aku udah berhenti berharap sekarang....' kata Damar tiba-tiba mendadak melankolis dambil menatap lampu di atas ttempat duduknya.

'Yakin....??' kata Danu dan zara bersamaan

'Hemmm...' jawab Damar diiringi anggukan kepalanya.

Danu dan juga Zara saling manatap satu sama lain, mereka seolah tidak percaya dengan kata-kata Damar barusan. Lalu Zara meletakan tangannya di dahi Damar, sambil menatap kedua mata Damar yang terlihat lesu karena kurang tidur.

'Hah....I don't believe that...' kata Zara kemudian sambil duduk kembali ke tempatnya

Damar bangun dari kursinya dan mendekat kearah Zara, sambil menatap Zara dia mengerutkan dahinya dan memegang kedua bahu Zara.

'Aku pastikan kalau aku bisa move on, liat aja...' kata Damar kemudian

Zara tersenyum sinis kearah Damar yang membuat Damar kesal atas sikap sahabatnya itu.

'Oke kalau kamu gak percaya juga gak apa-apa...' kata Damar kemudian sambil kembali duduk di kursinya

'Dam...ini bukan pertama kalinya kamu ngomong begini, kalau aku hitung, mungkin udah ribuan kali ya kamu ngomong seperti ini, coba kita liat 5 menit kedepan, kalau handphone kamu ada notif dari Vina kamu berani gak, gak usah balas chat atau telfonnya? kalau kamu bisa melakukan itu kita bakal percaya kalau kamu benar-benar move on...' jelas Zara disertai anggukan dari Danu

'Bener kata Zara, kalau kamu gak respon apapun yang Vina lakuin, kita baru percaya sama omongan kamu barusan..' tambah Danu

'Okai...deal....' kata Damar sambil menjabat tangan Zara dan juga Danu

Zara dan Danu saling memandang dan dari pandangan mereka berdua terlihat kalau Danu dan juga Zara masih tidak bisa percaya dengan kata-kata Damar. Tidak lama kemudian, handphone Damar berbunyi, dan itu telfon dari Vina. Danu dan Zara langsung melihat Damar, dan Damar terlihat ragu saat melihat nama Vina di layar handphone nya.

'Mau angkat tu telfon...?' sindir Zara sambil menyilangkan kedua tangannya

Damar tidak bergeming, dan dia tetap membiarkan handphone nya di atas meja. Namun dering telfon itu tetap berbunyi, dan terus berulang. Hal itu membuat Damar menjadi tambah ragu, dia ingin sekali segera mengangkatnya, namun dia juga tahu kalau hal itu akan membuat dia semakin tidak di percaya oleh teman-temannya. Kaki Damar mulai bergetar, tanda dia tidak sabar dengan suara dering handphonenya, hal itu bisa di baca jelas oleh Zara. Dan dalam hitungan dektik, Damar langsung menyambar handphone nya dan memencet tombol jawab dari handphone nya.

'Halo Vin...ada apa..?' tanya Damar terlihat cemas

'Dam kamu bisa jemput aku gak...aku benar-benar butuh kamu...' jawab Vina dari balik telfon dengan nada sedih dan di sertai tangisan.

'Kamu kenapa Vin...? oke-oke aku kesana sekarang, kamu kirim alamatnya aja ya aku otw kesana...' kata Damar sambil beranjak dari tempatnya dan berjalan meninggalkan kedua sahabatnya yang sedari tadi memandang Damar dengan pandangan sinisnya.

Damar meninggalkan Zara dan Danu di kafe itu, dia berlari menuju mobilnya dan langsung menancapkan gasnya pergi menemui Vina yang menelfonya dengan tangisan kesedihan.

'See....dia gak akan bisa lepas dari wanita itu...' kata Zara dengan nada kecewa

'Hah....Damar itu lelaki yang baik, dia juga sebenarnya pinter, apalagi dia seorang psikolog, tapi kadang logika dia kalah sama rasa cintanya...' kata Danu

'Apa yakin itu cinta...?' tanya Zara sambil memandang Danu 'Kita udah berteman lama Nu...dan aku gak pernah menganggap kalau Damar mencintai Vina, dia hanya terobsesi sama Vina, dia meyakinkan pikirannya kalau Vina adalah wanita sempurna yang harus dia dapatkan, tanpa tahu kalau Vina hanya wanita yang toxic, dia cuma butuh Damar saat dia ingin saja, kalau enggak ya mana mungkin dia hubingin Damar, dan bodohnya Damar kira itu adalah balasan dari semua effort yang dia keluarkan untuk Vina. Dari awal hubungan mereka ini udah tidak bisa di harapkan...' jelas Zara

'Kamu masih sayang ya sama Damar...?' tanya Danu tiba-tiba

Zara terdiam mendengar pertanyaan dari Damar, dia masih menelaah perasaannya terhadap Damar. Selama ini Zara sangat menyayangi Damar, namun keberadaannya sama sekali tidak pernah di anggap oleh Damar. Damar hanya menganggap kalau Zara adalah sahabatnya sama seperti dia menganggap Danu, jadi selama ini Zara hanya mencintai Damar dalam diam.

'Sayang masih, tapi hanya sebatas teman....' jawab Zara

'Yakin...?' tanya Danu

'Yakin...dengan melihat peristiwa barusan, menambah keyakinan aku untuk berhenti berharap kepada Damar, 15 tahun udah aku sia-sia kan hanya untuk menunggu Damar berubah. Namun aku tidak bisa menemukan signal apapun, bahkan sampai hari ini, makanya saat ini aku putuskan untuk berhenti. Aku bukan Damar yang bisa mengingkari kata-katanya, aku akan bertanggung jawab dengan kata-kataku saat ini.' Jelas Zara diiringi senyum ikhlas dari wajahnya

'Kamu hebat Ra...bertahan sekuat ini, dan melepasnya dengan ikhlas...aku doakan yang terbaik buat kamu, aku yakin orang baik akan dapat yang terbaik pula....' kata Danu kemudian

'Yuk pulang....Melanie pasti udah nunggu kamu...' kata Zara lagi

Melanie adalah nama istri Danu.

Zara dan Danu meninggalkan kafe, dan bagi Zara dia sudah meninggalkan perasaannya untuk Damar di kafe itu juga. Zara melangkahkan kaki sambil melihat kesemua sudut kafe, dia tahu banyak kenangan yang dia tinggalkan disana, karena kafe itu adalah basecamp mereka bertiga. Setiap kenangan memang indah untuk di kenang, namun itu hanya sebuah kenangan bukan tujuan sebenarnya, kenangan hanya sebuah waktu yang berjalan di kehidupan setiap manusia, makanya tidak baik terus terbelenggu dalam kenangan.

'Selamat tinggal Damar...' batin Zara

3 minggu kemudian, Zara yang sedang asik bermain dengan kucing yang baru saja dia sembuhkan di kagetkan dengan kedatangan Damar di kliniknya.

'Ngapain...?' tanya Zara dengan nada malasnya

'Kamu ada waktu enggak nanti sore...?' tanya Damar

'Emangnya kenapa...?' tanya Zara sambil terus mencuekin Damar

'Aku mau beli kado buat Vina...kali ini aku yakin buat propose ke dia...' kata Damar disertai senyuman

'Hemmmm....'

'Beberapa minggu ini aku intens berhubungan sama dia, dan sepertinya ini saatnya aku menyatakan perasaan aku kedia, sekalian melamar karena aku ingin langsung menikah saja gimana menurut kamu...?' kata Damar dengan semangat

'Ya kalau kamu udah yakin, lakuin aja Dam....aku si support doa aja....' kata Zara dengan nada malasnya

'Oke...kamu mau ya nemenin aku beli kado...?' tanya Damar lagi

'Hah...' hela Zara 'Iya ya....' jawab Zara kemudian

Sore itu Zara mengantar Damar membeli kado buat Vina, mereka berkeliling untuk membeli beberapa printilan persiapan acara melamar Damar ke Vina. Dari lubuk hati Zara ada rasa sakit dan sedikit mengganggunya, namun dengan cepat Zara menepisnya, dia berusaha menata perasaannya untuk tidak lagi berharap dengan Damar.

'Kamu mau makan apa nanti, biar aku siapin...' kata Damar sambil menelfon Vina

'Spagetti ya Dam...aku lagi pengen makan nih...sama belikan cheesee cake ya buat desertnya, aku lagi cheating day nih...' jawab Vina dengan nada manja

'Oke-oke aku bakal belikan apapun yang mau kamu makan...udah itu aja...?' tanya Damar lagi

'Huum....cepet kesini ya....' kata Vina lagi

'Iya...tunggu aku ya....' kata Damar lalu menutup telfonnya

Zara yang sedari tadi di sampingnya hanya menahan rasa sakit di hatinya, namun dia tetap bertahan dan dia hanya ingin menyelesaikan perasaannya ke Damar. Setelah membeli Cincin, buket mawar dan hadia-hadia lainnya, Damar dan Zara makan malam berdua di restoran langganan mereka. Seperti biasa menereka memesan bakmi kuah dan bakmi goreng, serta martabak telor kesukaan Zara. 

'Dam....' kata Zara tiba-tiba

'Iya kenapa...?' tanya Damar yang masih sibuk memotong martabak telor

'Aku mau ngomong serius ke kamu...' kata Zara

Damar meletakkan pisau dan juga garpu nya, dan dia menatap Zara yang memasang wajah serius.

'Ada apa Ra...?' tanya Damar

'Aku suka sama kamu...' kata Zara kemudian 

Damar tersenyum, dan dia kembali memotong martabak di depannya.

'Sebenarnya sudah dari dulu aku suka sama kamu...15 tahun yang lalu....' lanjut Zara 'Ada anak laki-laki yang membantu aku untuk berjalan di tengah hujan dengan payungnya, dia berjalan menemaniku sampai depan gerbang rumah, walaupun rumahnya tidak searah denganku. Dia lalu menjadi sahabat terbaikku, dia menjadi orang yang benar-benar tidak bisa aku gapai walaupun aku selalu ada di sisinya. Hari ini aku lihat dia bahagia dengan pilihannya, dia sudah menemukan wanita terbaik yang dia inginkan, makanya dikesempatan ini aku mau mengungkapkan perasaanku selama 15 tahun ini kepadanya, supaya dia tahu kalau aku sangat menyayanginya, dan sekarang aku sudah melepaskannya bahagia bersama pilihannya. Bukan karena aku membencinya untuk 15 tahun yang tidak dianggapnya, justru aku sangat berterima kasih kepadanya, karena selama itu aku bisa mendampingi nya, berada di dalam timeline kehidupannya dan menjadi salah satu orang yang dia sayang sebagai sahabat, makasih Damar...hari ini aku melepaskan cinta pertamaku....' kata Zara panjang lebar

Damar terdiam mendengar pernyataan cinta dari sahabatnya itu, dia merasa sangat bersalah karena selama ini tidak bisa melihat cinta yang Zara berikan.

'Ra...aku...' 

'Gak apa-apa Dam...aku mengatakan ini bukan untuk meminta jawaban dari kamu, aku hanya ingin mengungkapkannya supaya aku bisa lega dan bisa menjalin hubungan dengan orang lain tanpa adanya bayang-bayang dari kamu....aku tetap akan jadi Zara sahabat kamu yang ada di samping kamu. Seperti acar martabak, tiap kali beli martabak telor selalu ada acar di sampingnya, walaupun orang-orang gak pernah memakannya tapi acar itu akan selalu ada di samping martabak. Keberadaannya mungkin terkalahkan sama saos sambel atau cabe rawit, namun acar tetap setia menemani martabak, begitu pula dengan ku.' kata Zara lagi.

'Maafkan aku Ra....dan terima kasih kamu mau mengungkapkan perasaan kamu ke aku...' kata Damar sambil menatap sendu kepada Zara

'Iya sama-sama.....' jawab Zara dengan senyum lega

Semenjak kejadian itu Zara masih tetap seperti biasanya, dan Damar juga berprilaku seperti biasanya walaupun mereka masih terlihat sedikit canggung saat ada di tempat yang sama secara bersamaan, namun baik Zara maupun Damar tetap berusaha baik-baik saja. Dari hasil lamaran Damar, itu tidak berjalan dengan baik, Vina masih belum menjawab lamaran Damar. Namun Damar pun tidak ambil pusing akan hal itu, dia disibukan dengan kuliah dan juga pekerjaannya sebagai psikolog di kantor om nya.

1 tahun kemudian, Zara yang pindah ke Bali tiba-tiba mengirimkan undangan pernikahannya. Damar termenung memandang undanganan pernikahan Zara, dia masih mengingat semua kata-kata Zara di kala itu saat Zara menyatakan cintanya kepada Damar. Hati Damar terasa sakit, walaupun dia tahu rasa sakit itu tidak seberapa dari rasa sakit yang di rasa oleh Zara.

'Kamu bakalan berangkat ke bali kapan? mau barengan sama aku?' tanya Danu sembadi duduk di depan Damar

'Aku baru bisa berangkat sabtu pagi siii...acaranya hari minggu kan...?' tanya Damar sembari mengeluarkan handphone untuk mengecek undangan dari Zara

'Resepsinya minggu, ijab nya hari sabtu...' jelas Danu

'Kamu berangkat kapan...?' tanya Damar

'Palingan jumat malam, soalnya Melanie janji datang di malam gadisnya Zara, padalah istriku bukan gadis lagi tapi dia kekeh mau datang...hemmmm...' kata Danu di sertai tawa

'Hemmmm....' jawab Damar sambil masih memandang layar handphone nya

'Ini pesanannya mas...' kata pelayan kafe sambil menaruh sepiring martabak telor, lengkap dengan acar, saos dan juga cabe rawit

Damar termenung memandang martabak itu, dan dia tersenyum lalu mengambil martabak dan juga acarnya yang dia makan bersamaan.

'Tumbenan makan martabak pake acar kamu...' kata Danu sambil memandang aneh  sahabatnya itu

''Ternyata enak juga martabak kalau dimakan bersama acar, aku gak pernah mencobanya, dan akhirnya aku terlambat  menyadarinya....' kata Damar

Danu hanya tersenyum mendengar kata-kata dari Damar, dia tidak tahu arti acar dan martabak yang Damar katakan. 

Hari ini pesta pernikahan Zara di laksanakan, di pintu masuk ada benner dengan tulisan,

"Yoga Pranata Dan Zara Anastasia, Just merried"

Damar cukup berdiri lama disana, lalu seseorang menepuk bahunya, dan Damar berbalik badan untuk melihat siapa yang menepuk bahunya.

'Hai....' kata Zara dengan senyum sumringah

'Hai...wooowww...bisa juga pake gaun...' jawab Damar

'Ih...apaan sii kamu...' kata Zara sambil memukul baju Damar

'Congrats Ra....happy ever and forever.....' kata Damar di sertai senyuman

'Thank you....makasih udah datang ya...'

'It's my pleasure....'

'Congrats juga buat kamu...udah bisa buka klinik sendiri ya....' kata Zara lagi

'Iya nih...udah lepas dari Om Dude...doain lancar ya Ra...' 

'Pasti lah.....'

Mereka saling menatap satu sama lain, masih ada sisa-sisa rasa di dalam tatapan mereka berdua, namun itu akan menjadi sbuah kenangan bagi mereka, karena pada akhirnya jalan mereka tidak untuk bersama.

'Sayang...' kata Yoga (suami Zara) sambil merangkul pinggang ramping Zara

'Eh...sayang...' kata Zara lagi

'Hai Dam....' sapa Yoga ke Damar

'Hai..Yo....congrats ya...' kata Damar sembari menjabat tangan Yoga

'Thank you....makasih udah datang ya Dam...' kata Yoga lagi

'Kayaknya kalian berdua template ya ngomongnya...hahahaha Zara juga ngomong begitu barusan...' kata Damar lalu diikuti tawa mereka bertiga. 'Iya sama-sama...aku seneng bisa jadi saksi cinta kalian...' lanjut Damar dengan senyuman

'Oke....oke....' kata Yoga 'Sayang..ayo kesana, udah di tungguin itu...' ajak Yoga

'Oh..iya...yuk Dam  masuk...' ajak Zara

Yoga berjalan masuk ruang duluan, dan Zara berjalan berdampingan dengan Damar, saat berjalan handphone Damar berbunyi, dan Zara menghentikan langkahnya dan memandang layar handphone Damar. Ada nama Vina di layar itu, Damar lalu memandang Zara dan mereka saling menatap.

'Mau di angkat...?' tanya Zara dengan senyuman nakal

Damar tersenyum, lalu mematikan handphone nya dan memasukkan di saku celananya.

'Nope...hari ini hari bahagia kamu, aku gak mau mengganggunya dengan hal yang tidak penting...yuk masuk, Yoga udah nunggu tuh...' Kata Damar

'Oke...ayuk....' kata Zara lalu menggandeng Damar dan berjalan mendekati Yoga, suaminya

Hari itu pesta berlangsung meriah dan juga khidmat, Zara dan Yoga nampak sangat bahagia, mereka tersenyum bahagia dan Damar yang melihatnya juga lega. Selama ini dia tidak pernah mengetahui kalau ternyata dia juga sangat menyayangi Zara, dia terlalu sibuk dengan Vina tanpa dia sadar ada seseorang yang jauh lebih baik, jauh lebih indah dan juga jauh lebih menyayanginya, yaitu Zara. Namun saat ini Zara bukan lagi seseorang yang akan mencintai Damar seperti dulu, Damar sudah melewatkan kereta yang datang padanya. Dan sekarang dia harus ihklas dengan apa yang dia dapatkan, karena itulah hidup, kadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang kita terima.

'Happy wedding my dear....thank you for being my bestfriend....' batin Damar







"Aku suka sekali bakmi, aku akan berjalan jauh untuk sampai ke rumah makan bakmi yang aku suka, walaupun di perjalanan aku menemukan banyak sekali rumah makan yang menyediakan bakmi, namun aku tetap berjalan jauh untuk mendapatkan bakmi yang aku suka. Namun saat sampai sana, bakmi itu sudah tutu karena habis terjual, aku pikir 'Ah tidak apa-apa, nanti sembali berjalan pulang masih ada bakmi yang lainnya' namun aku salah, saat aku perjalanan kembali pulang, semua rumah makan sudah tutup karena waktunya sudah habis. Dan cerita ini bukan hanya tentang bakmi dan juga rasa lapar di perutku, namun ini tentang waktu, kesalahan waktu yang sudah aku buat, dan akhirnya penyesalan yang aku dapatkan." ~ Damar Hadinata.


Sekian

CitraKim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar