Senin, 17 Oktober 2022

Cerpen 2022

Cerpen 2022, part 4


Jodoh tak Akan Kemana

'Bissmillahirohmanirohim....' Kata seorang lelaki sambil memegang setir mobil van putih yang bertuliskan catering Adinda Yusuf.

'Hati-hati ya Jun...' kata perempuan separuh baya yang berdiri di dekat pintu rumah

'Iya umi...' jawab lelaki dari dalam mobil van itu.

Pagi itu Jun diminta ibunya untuk mengantarkan makanan catering di masjid tengah kota karena ada acara pengajian akbar. Junior La Ammar Bahsyir adalah putra pertama dari pasangan Timur tengah- Canada, ibu Junior merupakan keturunan timur tengah dan menikah dengan seorang laki-laki muslim dari Canada yang bernama Yoseph Muhammad. Dari pernikahan mereka lahirlah Junior, dan saat Junior berumur 12 tahun, ayahnya meninggal karena kecelakaan di Canada sana. Jadi semenjak kecil Junior tinggal di Canada bersama kedua orang tuanya, namun setelah ayahnya meninggal, Junior dan ibunya kembali ke Indonesia. Sepulangnya di Indonesia, ibu Junior menikah lagi dengan lelaki bernama Abdullah La Ammar Bahsyir, nama belakang ayah tirinya itu menjadi nama belakang Junior dan juga adiknya.

Kehidupan Junior bersama keluarga kecilnya saat ini sangatlah bahagia, walaupun ayah tiri, namun pak Abdul yang akrab di panggil Abi oleh Junior, sangat menyayangi Junior seperti putra kandungnya sendiri. Dari segi agama, pelajaran umum, sopan santun dan lain-lainnya tidak pernah kurang di berikan kepada Junior. Dan selama ini Jun juga di kenal dengan anak yang sangat baik dan tidak neko-neko. Kalau bicara masalah wajah, jangan di tanya lagi, karena ayah dari Canada dan ibu timur tengah walaupun tinggalnya di Indonesia, namun Jun memiliki wajah khas anak Indo blesteran pada umumnya. Tidak heran jika Jun sangat terkenal di manapun dia berada.

Saat ini Jun berusia 27 tahun, dia bekerja di perusahaan pengembang perangkat lunak komputer, atau bahasa mudahnya perusaan elektronik. Jun sudah memasuki tahun ke tiganya bergabung dengan perusahaan itu. Jun sendiri mempunyai teman dekat bernama Ayana Gamilasari, Ayana atau yang sering di panggil Aya atau Ay itu bekerja di pusat penelitian tanaman holtikultura di kota mereka. Memang mereka berdua memiliki background pendidikan yang berbeda 180 derajat, namun mereka berdua cukup akrab. Jun bertemu Ayana saat usianya 11 tahun, tepat setelah ayah Jun meninggal dan dia kembali ke Indonesia di rumah neneknya, atau ibu dari ibunya Jun. Hampir 15 th lebih Junior dan Ayana berteman baik, segala sisi buruk dan baik dari mereka berdua sudah tahu satu sama lain.

'Astaugfirllah...Jun...kamu ini kok ya sering banget lupa siii...' kata Ayana sambil membawa beberapa kotak kertas dari dalam rumah Junior

'Astaugfirlah...' jawab Jun sambil menepuk dahinya

Ayana mengerutkan keningnya dan memberikan kotak yang berisi spanduk produk baru dari kantor Jun, karena Jun sendiri bekerja di bagian marketing produk di perusahaan elektronik itu.

'Umi nyuruh aku ta'aruf lagi nih...katanya udah waktunya buat nikah....abi sama umi kamu gak nyuruh kamu kayak aku gini...?' tanya Ayana sambil memasang sabuk mengaman dari dalam mobil Junior

'Allhamdulillah nya enggak si...abi sama umi gak maksa aku buat nikah cepet-cepet...nyari duit aja masih susah mau nambah beban aja...' jawab Junior sambil fokus menyetir dan sesekali melihat arah spion untuk memastikan kalau mobilnya tidak melannggar jalur.

'hah....' desah Ayana sembari merapikan kerudungnya

'Udah lah...di coba aja dulu...kan yang namanya ada orang datang dengan niat baik mau mengenal ya di kenalin aja dulu....cocok apa gak nya masalah waktu aja...' jawab Jun santai

'Paranormal ente....tau dari mana kalau niat mereka baik....?' kata Ayana sedikit naik satu oktaf nadanya

'Lah kok malah marah siii...' Kata Junior sambil memandang teman satu-satunya itu dengan raut wajah heran

'Aku capek Jun....selama ini selalu di pertemukan oleh lelaki-lelaki yang cuma berkedok baik aja gara-gara abi pemilik pondok pesantren, mereka yang mendekati aku hanya butuh duniawi nya aja, ngaku lulusan mesir, baca surat yasin aja gagap...' keluh Ayana

'Astaugfirllahalazim Ay...nyebut Ay...gak boleh gitu kamu...husnudzon dong kamunya...jangan su'udzon aja bawaannya...' Kata Jun menenangkan Ayana.

Ayana hanya memanyunkan wajahnya saja mendengar nasehat sahabatnya itu. Ayana memang memiliki kisah cinta yang terbilang rumit saat dia SMA dahulu. Dia menyukai kakak kelasnya yang juga teman satu eskul Junior di pecinta alam, alias anak gunung. Lelaki itu bernama Saka, dan sampai sekarang Ayana masih belum bisa move on dengan Saka, dimata Ayana, Saka adalah sosok sempurna untuk semua tipe idamannya. Hal itulah yang membuat Ayana susah membuka hatinya dengan lelaki lain, satu-satunya lelaki di hidupnya selain abi nya ya hanya Jun saja. 

Sore itu Jun mengantarAyana ke toko buku langganan mereka sedari kecil, Jun langsung menuju rak komik kesayangannya dan Ayana mengobrol dengan pemilik toko perihal buku yang dia pesan sebelumnya. Saat Ayana masih di tengah pembicaraan dengan pemilik toko, ada seorang perempuan yang memasuki toko dan lewat di depan Ayana, dia berjalan menuju rak buku komik. Ayana memperhatikan perempuan yang terlihat tidak asing untuknya, karena konsentrasinya terpecah, Ayana memotong pembicaraannya dan dia berjalan mengikuti perempuan tadi.

'Aisha....' tegur Ayana sambil menepuk bahu perempuan dengan outer berwarna coklat tua itu

'Ayana...' jawab Aisha sambil tersenyum senang

'Masya Allah...udah lama ya kita gak ketemu...' kata Ayana sambil memeluk Aisha 

'Iya Ay...kamu gimana kabarnya..?' tanya Aisha

'Allhamdulillah baik Ais...kamu sendiri bagaimana kabarnya..? sekarang tinggal dimana Ais..??' tanya Ayana sambil memegang tangan Aisha

'Allhamdulliah aku juga baik Ay...sekarang udah balik ke rumah orang tua Ay...' jawab Aisha

'Study kamu udah selesai Ais...??' 

'Iya udah selesai tahun kemarin, sekarang lagi mengajar di kampus kita dulu...' jawab Aisha

'Masya Allah....sukses terus ya Ais...'

'Allhamdulillah...kamu sendiri kerja dimana sekarang Ay...?'

'Aku...aku kerja di pusat penelitian Ais...ya di kota ini juga, sesuai sama kuliah dulu hehehehe...' 

'Allhamdulillah...sukses juga buat kamu ya Ay...'

Aisha adalah teman Ayana dulu waktu berkuliah di salah satu kampus di kotanya. Ayana mengenal Aisha karena mereka sama-sama aktif di kegiatan agama kampusnya, dari sana Aisha dan Ayana dekat walaupun berbeda jurusan. Kejadian itu menarik perhatian Jun yang sedari tadi membaca komik di sisi lain rak buku di toko itu. Jun dulu tidak satu kampus dengan Ayana, jadi dia tidak mengenali Aisha, Jun perlahan mendekati Ayana dan juga Aisha.

'Ay...balik yuk...dah mau mahgrib nih...' ajak Jun sambil membawa beberapa buku komik keluaran terbaru

'Oh...iya ya...' kata Ayana sambil melihat jam tangan 'Eh Jun...kenalin nih temen kuliah aku...' kata Ayana 

'Junior...' kata Jun sambil menundukan kepalanya pelan

'Aisha...' balas Aisha dengan lembut

'Eh Ais...kita ngobrol lagi lain hari ya...jangan lupa calling-calling ya....' kata Ayana sambil beranjak dari samping Aisha

'Iya Ay....pasti nanti aku hubungi kamu kok...' jawab Aisha

'Duluan ya Ais...' kata Ayana sambil berjalan beriringan dengan Junior dan mereka meninggalkan toko buku itu.

Sekilas, mata Aisha memandang ke arah Jun, dan terlihat jika Aisha kagum dengan ketampanan Jun dan membuatnya terus memandang Jun serta Ayana sampai mereka menghilang dari toko buku itu.

'Ih...Aisha makin cantik ya Jun...' kata Ayana di dalam mobil

'Lah...ya mana aku tahu Ay...kan baru kali ini aku ketemu sama dia...' jawab Jun santai

'Oh iya ya...kan kita beda kampus...sorry lupa...keseringan bareng kamu sih...makanya aku sering lupa kalau sekolah kita beda, lingkungan rumah aja yang sama...hahaha...' cerocos Ayana

Jun hanya mengangguk-angguk saja mendengar celotehan temannya itu, Jun memang selalu bersama Ayana sejak mereka kecil. Sekolah mereka juga sama, akan tetapi untuk kampus mereka berbeda jadi bisa di bayangkan bagaimana dekatnya Jun dan juga Ayana ini. Dan seperti pada dasarnya manusia, mereka akan sangat susah untuk bisa akrab dengan lawan jenis, sama seperti yang lainnya, sebenarnya jauh di dalam lubuk hati, mereka berdua saling menyayangi tanpa mereka sadari. Baik Jun dan juga Ayana saling membohongi diri mereka sendiri, jika salah satu dari mereka memiliki pasangan, baik Jun atau Ayana pasti akan berubah mood. Sama ketika Ayana menaruh perhatian kepada Saka, kakak kelas waktu SMA. Sepanjang waktu itu Jun terlihat tidak suka kalau Ayana memperhatikan laki-laki lain selain dirinya, dan selama hubungan persahabatan mereka ini, Jun sama sekali tidak terlihat menyukai seorang perempuan, banyak yang mengejar dan juga menyatakan cintanya kepada Jun, namun Jun sama sekali tidak menjalin hubungan dengan perempuan manapun, bahkan sampai saat dia sudah bekerja saat ini.

Hari itu seperti biasanya, Jun mengantarkan Ayana pulang karena kantor mereka searah, jadi Jun dan Ayana sering berangkat bersama. Sesampainya di rumah, Jun membantu Ayana membawa berkas-berkas dari kantornya untuk dia lembur di rumah. Saat memasuki teras rumah Ayana, Abi dan Umi Ayana sudah menunggu, dan langsung menyuruh masuk Ayana karena ada tamu untuk ta'aruf dengan Ayana. Jun dan juga Ayana kaget dengan keadaan saat itu, Ayana mengelak dan meminta Jun untuk menemaninya masuk ke dalam rumah. Jun sempat menolak, karena dia berfikir kalau itu bukan urusan dia, namun Abi dari Ayana menggandeng Jun masuk ke ruang tamu, dan dengan terpaksa Jun berjalan bersama Abi nya Ayana dan juga Ayana yang berjalan di belakang Jun sambil memegang ujung jaket jeans Jun. Sesampainya di ruang tamu, Jun kaget melihat lelaki yang akan ta'aruf dengan Ayana adalah Saka, kakak kelas yang tidak bisa Ayana lupakan.

'Ay...' bisik Jun sembari menolehkan kepalanya dan melihat Ayana yang bersembunyi di belakang punggungnya

'Apaan siihh...udah jalan aja...' kata Ayana dengan nada berbisik

'Ay...liat dulu napa sih...!!' seru Jun sambil menarik tangan Ayana, sehingga sekarang AAyana berdiri tepat disamping Jun

Mata Ayana masih melotot kearah Jun, yang dengan sengaja menariknya saat dia bersembunyi di belakangnya karena Ayana tidak mau di ta'aruf kan oleh orang tuanya.

'Itu....' kata Jun sambil menyenggol bahu Ayana 'Assalamualaikum pak..bu...Kak Saka...' kata Jun diiringi senyuman kaku di bibirnya

Mendengar kata Saka, mata Ayana mengubah haluannya, sekarang dia memandang lelaki yang selama ini dia kagumi dan juga dia sukai. Ayana tidak menyangka kalau orang yang akan mengajaknya ta'aruf adalah cinta pertamanya di SMA.

'Walaikumsalam...' jawab semua orang di ruang tamu, menjawab salam Jun

'Apa kabar Jun...?' tanya Saka sambil berdiri mendekati Jun dan mengajukan tangan untuk bersalaman

'Allhamdulliah baik Kak....' jawab Jun sembari menjabat tangan Saka

'Lho...kalian udah saling kenal...?' tanya umi Ayana kepada Jun

'Iya umi...ini kak Saka senior Jun sama Ayana dulu di SMA...Jun juga satu organisasi sama kak Saka..' jelas Jun sambil terus berusaha menyadarkan Ayana dari rasa shock nya bertemu dengan Saka

'Wahhh kebetulan sekali ya....' lanjut umi Ayana

'Ay...' kata Jun lagi sambil menepuk bahu Ayana

'Apa kabar Ay....? udah lama tidak bertemu ya...' kata Saka yang membuyarkan lamunan Ayana

'Eh...iya kak...e...sebentar ya...' kata Ayana sambil menarik tangan Jun dan pergi dari ruang tamu menuju ruang tengah.

Jun terlihat shock karena Ayana menggandeng tangannya di depan para tamu dan juga orang tuanya apalagi disana ada Saka, seseorang yang di sukai Ayana.

'Apaan sih Ay...kamu gak sopan banget sih...' kata Jun sambil melepas genggaman Ayana

'Astaugfirllah.....Jun...aku harus gimana....?' tanya Ayana dengan muka pucat pasi

'Maksudmu..??' tanya Jun yang tak kalah herannya.

'Itu beneran kak Saka...beneran dia yang mau ta'aruf sama aku...?' tanya Ayana tidak percaya

'Lah mana aku tau Ay...kan tadi belum ngomong apa-apa kamu langsung narik aku kesini ya mana aku tahu...' jawab Jun

Ayana masih tampak bingung dan dia tidak menyangka kalau Allah akan mengabulkan doanya dengan cara seperti ini.

'Ay...sadar Ay...' kata Jun sambil mengguncang tubuh Ayana 'Udah sekarang kamu temuan mereka dulu aja sana, jangan bikin abi sama umi malu....' kata Jun sambil menarik Ayana untuk berjalan ke ruang tamu lagi

Sesampainya disana, Jun melihat muka marah umi Ayana dan wajah tidak enak dari abi Ayana melihat kelakuan putrinya yang kabur begitu saja.

'Maaf abi umi...tadi Ayana malu soalnya belum dandan begitu, makanya tadi gugup...maaf ya....' kata Jun mencairkan suasana beku itu.

'Ohhh...begitu...udah sini Ay...gak apa-apa...' kata umi Ayana sambil menuntun Ayana untuk duduk disampingnya

Jun sendiri berjalan dan duduk di samping abi Ayana, dan abi Ayana berterimakasih kepada Jun karena dia sudah menenangkan putrinya tadi. Abi Ayana sangat menyayangi Jun sama seperti dia menyayangi Ayana, karena Jun pemuda yang baik dan juga bertanggung jawab, hanya kepada Jun abinya Ayana bisa tenang menitipkan Ayana. Malam itu proses ta'aruf berjalan dengan lancar, namun Ayana meminta sedikit waktu lagi untuk lebih mengenal Saka, walaupun sebenarnya Ayana sudah mengenal Saka dengan baik, namun di fikiran dia saat ini adalah Saka yang sekarang apakah masih sama dengan Saka yang dulu, dan Ayana juga memberikan kesempatan Saka untuk mengenalnya lebih baik lagi. Karena dulu waktu di sekolah Saka tidak pernah berinteraksi langsung dengan Ayana, hanya Ayana yang mengagumi Saka tanpa Saka tahu, dan yang tahu hanya Jun seorang.

Hari itu Ayana meminta Jun untuk menemainya membeli beberapa baju dan juga keperluan dia untuk bertemu dengan Saka, selain dengan Jun dia juga menghubungi Aisha untuk menemani dia sekaligus. 

'Kamu aneh deh...kenapa gak minta anter Saka sih...' kata Jun jengkel, karena hari itu jadwal dia main futsal dengan teman-teman kantornya.

'Aku lebih nyaman sama kamu, udah sama abi juga boleh kok keluar sama kamu....' jawab Ayana sembari melihat handphone nya karena dia mengirim pesan kepada Aisha untuk bertemu di dalam toko baju.

 'Kamu lagi chat sama siapa sihh...?? Saka ya...' tanya Jun curiga

'Ihhh apaan siii...cemburu ya....aku entar lagi nikah kamu gak ada temen berantem...hahahaha...' kata Ayana bahagia

'Idihhhh apaan siii...' jawab Jun kesal.

Sebenarnya sejak malam ta'aruf Ayana itu, hati Jun sangat tidak tenang, dia menjadi sesak dan sulit untuk bernafas lega. Dia seperti menahan sakit di dadanya dan itu membuatnya jadi susah tidur dan juga berkonsentrasi, dia juga mudah terpancing amarahnya, Jun sendiri tidak tahu apa yang sedang terjadi dengannya. Saat di toko baju, Ayana sibuk memilih baju di temani Aisha, dan Jun hanya duduk di pojok toko sambil memainkan game di handphone nya.

'Ay...aku kira Jun itu tunangan kamu loh...ternyata bukan...' kata Aisha

'Hahaha...Jun itu udah kayak saudara Ais sama aku....sejak kecil kita barengan dan keluarga aku sama dia itu udah besti banget...hehehehe...' jawab Ayana

'Ay...aku boleh nanya sesuatu gak??' tanya Aisha

'Iya mau nanya apa Ais...?'

'Hemmmm...ee...itu...apa Jun sudah punya pasangan...??' tanya Aisha ragu-ragu

Ayana terhenyak dengan pertanyaan Aisha, dia terlihat malu-malu sambil sesekali mencuri pandang dengan Jun yang sedari tadi duduk di pojok toko. Muncul perasaan aneh di hati Ayana saat melihat mata Aisha yang bersinar saat menanyakan tentang Jun kepadanya.

'Belum kok Ais....Jun masih sendirian...' jawab Ayana dengan nada berat.

'Hemmm begitu ya...' jawab Aisha sembari melihat kearah Jun yang masih bermain game di handphone.

Sepulangnya dari toko Ayana dan Jun mengantar Aisha sampai ke rumahnya, dan disepanjang perjalanan Aisha berusaha mengajak bicara Jun, dan dari sana Ayana menarik kesimpulan kalau Jun juga merasa nyaman berbicara dengan Aisha, sama saat Jun mengajak bicara kepadanya. Hati Ayana semakin tidak karuan, dia merasakan hal yang aneh muncul saat Jun sedang mengobrol dengan Aisha. 

'Mampir dulu yuk...' ajak Aisha sesaat setelah sampai rumahnya

'Next time ya Ais...nie masih harus anter bu boss pulang aku nya...nasib supir grab ya gini...' kata Jun dengan nada bercanda

'Ihh..apaan sii..' kata Ayana sembari memukul bahu Jun 'Makasih ya Ais...sorry ngrepotin kamu...' kata Ayana kepada Aisha

'Iya Ay sama-sama...enggak apa-apa lagi Ay....' kata Aisha 'Ya udah hati-hati di jalan ya, makasih sudah di anter pulang...' 

'Iya Ais sama-sama...' jawab Ayana

'Assalamualaikum...' kata Jun dan Ayana bersamaan

'Waalaikumsalam...' jawab Aisha

Mobil Jun berjalan menjauhi rumah Aisha, suasana di mobil menjdai dingin, Ayana masih tidak enak dengan perasaannya setelah tahu kalau Aisha menaruh hati dengan Jun, sahabatnya semenjak kecil itu. Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya diam, dan hanya suara radio di mobil yang terdengar, tidak seperti biasanya baik Jun dan juga Ayana terdiam dengan perasaan mereka masing-masing.

Sesampainya di rumah Ayana, Jun langsung berpamitan pulang kepada Ayana dan kedua orang tuanya, disana Jun melihat Saka sedang bertamu di rumah Ayana. Dan entah mengapa perasaan Jun campur aduk kala melihat Saka berada disana. Jun sempat menyapa dan bersalaman dengan Saka sebelum dia akhirnya kembali ke mobil dan pergi dari rumah Ayana. Sesampainya di rumah, Jun melihat ibunya beserta adiknya sedang duduk di teras sambil merapikan kotak katering untuk besok pagi. Setelah mengucap salam, Jun langsung masuk ke kamarnya, dia merebahkan tubuhnya ke ranjang dan sambil menatap langit-langit kamarnya dia terbayang semua memori saat dia bersama Ayana. Jun masih belum paham jika dia sudah menyukai Ayana semenjak mereka masih kecil, Jun hanya selalu menyembunyikan rasa sukanya dan lebih senang jika terus berada di samping gadis berlesung pipit itu.

Keesokan harinya Jun menjemput Ayana ke rumah untuk pergi ke tempat kerja seperti pada hari sebelum-sebelumnya. Sesampainya di rumah Ayana, Jun melihat mobil Saka sudah terparkir disana, dan terlihat Ayana keluar dari pintu rumah beriiringan dengan Saka dan juga ibu Ayana.

'Jun....' kata Ayana kaget melihat kedatangan Jun

Jun yang juga tak kalah kagetnya dengan Ayana hanya bisa tersenyum getir sambil menyapa Saka dan juga bersalaman dengannya, Jun juga tak lupa bersalaman dengan ibu Ayana seperti biasanya.

'Jun...sekarang biar Saka aja ya yang antar sama jemput Ayana, soalnya mereka sudah mau menikah, biar tidak mengundang fitnah begitu...' kata Ibu Ayana yang membuat hati Jun semakin sakit.

'Iya umi...Jun paham kok...hehehe...selamat ya Ay...' seru Jun sambil menggoda Ayana

'Apaan sii...' seru Ayana sambil menahan rasa tidak enaknya kepada sahabatnya itu.

Jun berpamitan dan dia berangkat duluan ke tempat kerjanya, dia meninggalkan Ayana bersama Saka, seorang lelaki yang selama ini tidak bisa di lupakan oleh sahabatnya intu. Jun harus menahan rasa sakit di dadanya dan dia harus mengikhlaskan semuanya, dia juga berharap Ayana bahagia dengan Saka, walaupun dadanya terasa sesak saat melihatnya.

Hari itu Jun sedang berjalan di swalayan mengantarkan uminya untuk belanja keperluan sehari-hari, hari itu hari minggu, jadi Jun sekalian mengajak adik perempuannya juga, Jun sangat Akrab dengan Shafira, adik tirinya itu. Jun berjalan beriringan dengan ibunya dan juga adiknya, Shafira.

'Assalamualaikum Junior...' sapa Aisha yang kebetulan juga sedang berbelanja disana

'Walaikumsalam...Asiha...' jawab Jun sambil tersenyum pada Aisha

'Kamu juga belanja disini Jun...?' tanya Aisha dengan diiringi senyum sumringahnya

'Iya ini anter umi belanja sehari-hari, ama adek juga...' jelas Jun sambil mengenalkan ibu dan Shafira kepada Aisha 'Umi..ini Aisha...temennya Ayana kuliah dulu...' jelas Jun kepasa ibunya

'Assalamualaikum Umi...saya Aisha...temennya Ayana dan sekarang juga temannya Junior...' kata Aisha sambil mengacungkan tangan untuk berjabat tangan dengan ibunya Junior

'Walaikumsalam....' jawab ibu Junior sambil menjabat tangan Aisha 'Barrakallah....cantik sekali nak Aisha ini...' lanjut ibu Junior sambil memperhatikan Aisha dengan senyuman

'Masya Allah...terima kasih umi...' jawab Aisha tersipu malu.

Pertemuan itu membuat Aisha semakin menyukai Junior, dia sangat senang bisa bertemu dengan keluarga Junior, dan itu bisa menjadi langkah dia selanjutnya untuk terus bisa berhubungan dengan lelaki yang membuat dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Sepulangnya daari belanja, ibu Junior bertanya tentang hubungan dia dan Aisha, sepertinya ibu Junior menyukai Aisha.

'Kamu gak mau ta'aruf juga Jun sama Aisha...biar bisa seperti Ayana dan Saka itu...' kata ibu Junior

'Umi...aku sama Aisha itu cuma berteman saja, lagian aku masih belum berencana buat berumah tangga, masih mau perbaiki diri dulu umi...keuangan saja masih belum stabil kok ya mau nikahin anak orang...' jawab Jun tanpa expresi.

'Astaufirllah...Jun gak boleh ngomong begitu...rejeki itu Allah yang ngatur..saat kamu takut akan rejeki itu sama aja kamu menghina Allah nak...istiqfar ya nak...gak baik ngomong begitu...' kata Ibu Junior sembari mengelus kepala putranya

'Iya...iya Umi...Jun paham kok...bukan itu juga maksud Jun tadi...' kata Jun mengelak

'Umi ini...jangan paksa kakak dong...kakak sudah punya seseorang yang dia sukai...bukan kak Aisha...' celetuk Shafira dari jok belakang mobil.

'Kamu ngomong apa sih Fir...ngawur aja...' elak Junior sambil meliha adiknya dari kaca spion

'Emangnya siapa Fir..?'

Junior mnegerutkan dahinya dan sekarang melihat adiknya yang sedari tadi fokus ke handphonenya, mata Jun seolah mengisyaratkan untuk diam kepada Shafira. Dan Shafira dengan senyum penuh artinya melihat expresi Jun yang takut akan adiknya akan mengatakan sia wanita yang dia sukai.

'Umi masa gak tau sih...??' goda Shafira

'Ih...kamu ini jangan bohongin umi Fir...kakakmu ini mana pernah pacaran siii, umi paham betul...' kata ibu Junior

'Iya emang kakak gak pacaran bu, dia cuma memendam perasaannya aja, takut kehilangan soalnya kalau dia ngomong sebenarnya...' kata Shafira

Kata-kata Shafira menyadarkan Jun kalau adiknya yang masih SMP itu tahu kalau dia memandam rasa pada Ayana. Dan Jun juga paham kalau Shafira tahu Jun menaruh hatinya kepada gadis yang selama hampir 15th ini menemaninya sebagai sahabatnya. Sesampainya di rumah, Jun kaget saat melihat Ayana sudah berdiri di teras rumahnya bersana Abinya.

'Ngapain disni...?' tanya Jun kepada Ayana tepat setelah keluar dari mobil

'Jun...Assalamualaikum dulu dong...' celetuk  Abinya

'Oh..Assalamualaikum bi...' kata Jun sambil mencium tangan abinya.

'Waalaikumsalam warohmatullah...' jawab abinya

'Ada apa Ay...?' tanya Jun kemudian mengalihkan pandangannya kepada Ayana

'Masa aku gak boleh main kesini siih...' jawab Ayana sambil berjalan menghampiri ibu Junior dan Shafira yang masih berdiri di depan mobil 'Assalamualaikum umi...' kata Ayana sambil mencium kedua pipi ibu Junior san juga tangannya.

'Waalaikumsalam Ay...' jawab ibu Junior dengan senyuman

'Hai kak...' sapa Shafira kemudian

'Hai....' kata Ayana sambil memeluk adik Junior.

'Tumbenan kamu gak telfon aku kalau mau kesini...? ada apa sihh...?' desak Jun sambil menghampiri Ayana

'Idih...emang kalau aku telfon kamu bakal sediain karpet merah gitu disini...?' kata Ayana menggoda Jun

'Serius nanya malah gini jawabannya...' kata Jun kecewa

'Umi....Ayana mau minta bantuan umi...' kata Ayana sambil bergelayut di lengan ibu Junior.

'Ada apa sih Ay....? ngomong aja sama Umi, Insa Allah umi bantu Ay...' jawab ibu Junior

'Ayana mau belajar masak umi...sekalian mau pesen katering 15 kotak buat hari selasa besok bisa kan umi..?' jelas Ayana

'Hahaha...awas umi...hancur dapur umi kalau Ay masak disini...' kata Junior di ikuti ketawa kerasnya

'Ih...apaan si kamu Jun dasar...awas ya...' kata Ayana sambil memukul bahu Junior

'Ow...bisa-bisa Ay...umi siapin buat selasa ya, terus kamu kapan mulai belajar masaknya, nanti umi tuntun sampek bisa...' kata ibu Junior

'Makasih Umi.....besok sore ya umi aku mulai masak, sehabis pulang kerja...' kata Ayana

'Iya baiklah....umi tunggu ya...' kata ibu Junior

'Ay..kenapa gak minta ajarin umi kamu...kan si umi juga bisa masak...' tanya Junior

'Ih...kamu ini..ya gak apa-apa lah...umi ku sibuk ama santri-santrinya, lagian enakan masakan umi kamu ketimbang umi aku....' jawab Ayana sambil terus menggandeng tangan ibu Junior

'Eh Ay...awas ya...aku sama Abi baru aja benahin dapur, kalau sampai dapur berantakan kamu ntar aku culik terus aku jadiin tukang yah...' ancam Junior

'Umi...Jun jahat banget....' kata Ayana sambil memeluk ibu Junior

'Jun...udah ah...masa bertengkar terus kayak anak kecil...' kata ibu Junior sambil mengelus punggung Ayana 'Udah Ay...yuk masuk dulu, tadi umi beli beberapa buah anggur kesukaan kamu, ayuk kita makan di dalam..' ajak ibu Junior

'Allhamdullilah..kebetulan Ayana laper umi....hehehehe..' kata Ayana

'Yey... kalau makanan aja cepet...' kata Jun sambil masuk rumah bersama Shafira dan diikuti Ayana, ibunya dan abinya juga

'Eh..iya Ay..tadi umi ketemu sama temen kamu namanya Aisha.....' kata Ibu junior sambil menaruh kantong belanjaan di meja makan

'Oh...ketemu di mana umi...?' tanya Ayana

'Tadi di super market sana, sama Jun dan Shafira juga....cantik ya si Aisha itu....' jelas ibu Junior

'Iya umi...dari dulu emang cantik si Aisha umi...' jawab Ayana

'Aisha kira-kira sudah menikah atau belum ya Ay...?' tanya ibu Junior

Ayana tiba-tiba menghentikan pekerjaannya yang sedari tadi membantu ibu Junior mengeluarkan buah-buahan dari kantong plastik. Dia tercengang mendengar pertanyaan dari ibu Junior, dan seketika hatinya terasa menyentuh sesuatu yang sangat panas, sehingga membuatnya terasa tersengat panas. Ayana memandang ibu Junior dan tersenyum getir setelah mata mereka berdua bertemu.

'Ay belum tau umi...nanti coba Ay tanya ke Aisha ya umi...' jawab Ayana

'Iya...coba kamu tanyakan ya...umi lihat sepertinya Jun dan Aisha saling terterik satu sama lain, kalau semisal Aisha belum menikah, umi berencana mau ta'aruf gitu seperti kamu dan Saka...' lanjut ibu Junior

'Iya umi...nanti Ay cari tahu dulu...' jawab Ayana sembari memalingkan wajahnya dan kembali fokus membantu mengeluarkan buah dari kantong plastik.

Sepulangnya dari rumah Jun, Ayana terus kepikiran dengan pertanyaan ibu Junior, dai juga berkali-kali meyakinkan dirinya sendiri kalau Jun hanya sahabatnya dan sekarang pria yang akan mendampinginya adalah Saka bukan Junior. Namun apa daya, walaupun mulut bisa mengularkan ratusan ribu kebohongan, namun hati tetap dengan satu kejujuran.

Hari itu Ayana menghampiri Jun di kantornya, dia mengajak Jun pulang bareng karena dia mau mulai les memasak di rumah Jun. Setelah belanja Jun dan Ayana bergegas pulang ke rumah, di hari itu cuaca mendung dan gerimis mulai membasahi perjalanan mereka untuk pulang. Di sepanjang perjalanan Ayana dan Jun mengobrol seperti biasanya, mereka juga saling bercanda sambil memakan ice cream seperti biasa mereka lakukan sebelumnya. Baik Ayana dan juga Jun mereka nampak sangat nyaman satu sama lain dan juga mereka tidak perlu menjadi orang lain saat bersama seperti ini. Mereka sebenarnya tidak sadar jika mereka saling membutuhkan satu sama lain, saling menguatkan dan salaing menyayangi satu sama lain,

Ini sudah 1 mingguan Ayana belajar memasak di rumah Jun, dan selama itu Jun selalu menganggu Ayana dan umi nya di dapur kala sedang memasak. Ayana kadang sebel karena sikap Jun, namun dia juga suka karena Jun adalah orang yang sangat jujur dalam menilai makanan, jadi Ayana tidak sungkan untuk menyuruh Jun mencicipi makanannya. Hari itu Ayana belajar membuat semur ayam, dan kebetulan itu menu kesukaan Jun, dari awal memasak Jun sudah mengultimatum Ayana kalau sampai gagal Jun gak mau antar dia pulang hari itu.

'Awas ya kalau gak enak...pulang jalan kaki kamu...' kata Jun mengancam

'Ihh tega banget si kamu... kan aku cewek, kalau di culik gimana, walaupun cuma beda satu gang tapi kan jauh juga jalan ini juga udah malam emang tega kamu...' cerocos Ayana sambil terus mengaduk bumbu semur dan ayamnya.

'Udah jadi belum...?' tanya Jun gak sabar

'Ih...sabar napa...bumbunya belum meresap nih...' kata Ayana sambil memperhatikan Jun yang sedari tadi sudah siap dengan piringnya dan sendok di tangannya

'Umi...liat...' kata Shafira sambil menggandeng ibu Junior mendekat kearah dapur dan melihat Jun serta Ayana dari belakang

'Kenapa Fir...??' tanya ibunya bingung

'Ini jawaban Shafira kemaren....' lanjut Shafira sambil menunjuk ke arah Jun dan Ayana

Ibu Junior mengerutkan dahinya pertanda kalau dia tidak mengerti dengan perkataan putrinya itu, dia juga melihat kearah Junior dan juga Ayana yang terus aja bertengkar kecil karena semur ayam yang belum matang juga.

'Umi gak merasakan sesuatu saat melihat Kakak sama kak Ay..?' tanya Shafira 'Umi...kak Ayana adalah cinta pertama kakak...dari dulu kakak sayangnya cuma sama kak Ay...' bisik Shafira

'Hah...' kata ibu Junior seolah tidak percaya

Namun setelah melihat mata mereka berdua yang salaing memandang, ibu Junior bisa mengetahui kalau Ayana lah yang selama ini mengisi hati Jun putra nya itu. 

Malam itu Jun mengantarkan Ayana pulang ke rumahnya menggunakan motor, karena jarak rumahnya dengan rumah Ayana cukup dekat, sebenarnya jalan kaki juga bisa. Ayana membawa hasil masakannnya yang sudah di approve oleh Jun beserta keluarganya.

'Hebat nih....seminggu doang udah bisa masak...mau masakain Saka ni kayaknya....' celetuk Jun sambil mengendarai sepeda motornya.

Ayana terdiam saat mendengar kata-kata Junior barusan, dan dia terus memandang bungkus makanan yang ada di pangkuannya saat ini. Dan dia juga memandang punggung Jun yang sedari tadi bicara kepadanya.

'Ay...kamu denger enggak siii...??' tanya Jun sambil menoleh ke arah Ayana.

'Hah...apaann...?' kata Ayana pura-pura tidak mendengar pertanyaan Jun, padahal dia jelas mendengarnya

'Aduhhh besok beli jilbab yang agak tipisan ya....biar kalau di ajak ngomong tukang ojek denger...' jelas Jun dengan nada sedikit marah.

'Apaan sii kamu...?' jawab Ayana sambil memukul punggung Jun

'Kamu besok kalu masak jangan kebanyakan micin yah....garemnya juga di takar yg bener...kecap juga ama itu...'

'Ihhhh cerewet deh kamu...umi kamu aja gak secerewet kamu...' potong Ayana sambil memasukkan coklat batangan ke mulut Junior

'Ahhh' elak Jun sambil menurunkan penyangga sepeda nya 'Gigiku coklat tau...' elak Jun sambil menarik kembali coklat yang di kasih Ayana dari mulutnya

'Makanya jangan cerewet tau....' kata Ayana sambil berjalan menuju teras rumahnya dan diikuti oleh Jun

'Lah...aku ini mau kasih masukan buat kamu biar kamu bisa jadi master chef gitu...hahaha' kata Jun sambil memakan sisa coklat tadi

'Ihhh...apaan sii...? siapa tadi yang habis dua piring coba...enak kan tapi masakan aku...' kata Ayana bangga

'Eh...aku cuma laper tadi jadi...'

'Ay...' kata Saka dari depan pintu rumah Ayana

Jun dan Juga Ayana sponta menoleh kearah pintu masuk rumah, dan disana sudah ada Abi dan Umi Ayana, serta Saka yang berdiri tidak jauh dari posisi orang tua Ayana.

'Mas Saka...' kata Ayana sedikit kaget dengan kedatangan Saka

'Udah selesai kursus masaknya...?' tanya abi Ayana

'Udah abi....' jawab Ayana sambil mencium punggung tangan abinya dan juga umi nya

'Assalamualaikum abi..umi...' kata Jun saraya mencium tangan kedua orang tua Ayana

'Kak Saka...' lanjut Jun sambil menjabat tangan Saka

'Eh Jun...' jawab Saka sambil terus memperhatikan Jun, dan Saka terlihat tidak suka karena Jun dan Ayana pulang bersama

'Waalaikumsalam...' jawab kedua orang tua Ayana bersamaan

Sejak kejadian itu Jun jadi jarang menemui Ayana, ibu Ayana pun dengan khusus meminta pengertian keluarga Jun karena Ayana sedikit menjaga jarak kepada Jun. Ibu Jun yang mengerti akan maksud orang tua Ayana hanya bisa meng iya kan semua permintaan ibu Ayana, walau sebenarnya dia tahu putranya akan sangat terluka akan hal itu. Jun akan berangkat futsal hari itu, dan dia berhendi di toko untuk membeli minuman. Tak sengaja dia bertemu dengan Aisha, dan Aisha meminta tolong Jun untuk mengantarnya ke panti asuhan yang letaknya tidak jauh dari lapangan futsal yang akan Jun datangi, dan Jun dengan senang hati mengantarkannya, karena dia berfikir kalau Aisha adalah teman dari sahabat bainya sekaligus wanita yang dia sayangi. Sesampainya di panti asuhan, Jun dan Aisha melihat Saka dan juga Ayana yang berada di panti asuhan itu. Ternyata ayah Saka adalah pemilik panti asuhan itu, Ayana kaget saat meilhat Jun dan Aisha datang berdua, dan Jun juga membantu Aisha membawa beberapa bahan makanan untuk anak-anak di panti.

Mata mereka saliang menatap, namun Jun langsung mangalihkan pandangan dan menyapa Saka seperti biasanya, dia tidak ingin terlibat dengan hubungan Ayana dan Saka. Setelah menaruh bahan makanan milik Aisha, Jun berpamitan untuk lanjut ke lapangan futsal, karena dia sedang di tunggu oelh teman-temannya. Setelah kepargian Jun, Ayana membantu Aisha menyiapkan makanan untuk anak-anak panti asuhan. Aisha memperhatikan sikap berbeda dari Ayana dan juga Jun, mereka terlihat sedang tidak baik-baik saja, apalagi saat Jun pergi tadi terlihat Ayana terus memandang Jun sampai dia masuk kedalam mobilnya.

'Ay...' panggil Aisha

'Iya Ais...kenapa..?' tanya Ayana sambil terus merapikan bahan makanan yang baru di keluarkan dari kardus

'Kamu tahu gak di dunia ini ada tiga hal yang tidak bisa di sembunyikan....' kata Aisha tiba-tiba

'Apa emangnya...??' tanya Ayana lagi sambil tersenyum menanggapi kata-kata temannya itu

'Yang pertama itu batuk, lalu kemiskinan dan yang terakhir adalah cinta...' jawab Aisha

Ayana spontan terpaku mendengar kata-kata dari Aisha, dia paham betul jika saat ini temannya itu sedang menyindirnya. Namun sesaat kemudian Ayana kembali menormalkan keadannnya, dan berbalik memandang temannya itu.

'Lalu...?' kata Ayana sambil menyandarkan tubuhnya di tembok dekat meja makan dan memandang Aisha

'Kamu tidak bisa menyembunyikan ketiganya Ay...jangan di sembunyikan...ungkapkan saja, husnuzon sama Allah Ay... percaya sama jalan yang dia tunjukkan sama hati kamu...masalah endingnya nanti seperti apa biar Allah yang atur, tapi kita dan terlebih kamu hanya bisa berusaha sebaik mungkin...' kata Aisha

Ayana mengerutkan dahi menandakan tidak mengerti dengan perkataan Aisha itu, lalu Aisha tersenyum dam berjalan mendekat ke Ayana, lalu dia berbisik di telinga Ayana.

'Jun pria yang baik...coba sholat istiqarah Ay...minta sama Allah jalan mana yang harus kamu pilih...' kata Aisha kemudian

Mata Ayana terbelak mendengar kata-kata Aisha, Ayana seolah tidak ingin mempercayai kata-kata Aisha, namun hatinya bergejolak mendengar kata-kata Aisha. Mengelak pun rasanya tidak bisa Ayana lakukan, dia hanya bisa tersenyum kecut mendengar nasehat dari temannya itu. Ternyata percakapan mereka di dengar oleh Saka, dan sepulangnya dari panti Saka mengajak Ayana makan di sebuah restoran.

'Ay...gimana perasaan kamu hari ini...?' tanya Saka sambil menyiapkan alat makan dan me lap nya dengan tisu.

'Allhamdulliah senang mas...makasih ya udah di ajak ke panti...dan jalan-jalan juga....' jawab Ayana dengan senyuman

'Allhamdulillah...aku seneng kalau kamu seneng...' jawab Saka tenang

'Wah...semur ayam....' seru Ayana saat pramusaji restoran memberikan satu porsi semur ayan di hadapan Ayana

'Kamu suka makanan ini ya....?' tanya Saka

'Bukan aku, tapi Jun...Jun suka banget sama semur ayam....dia kalau umi masak semur ayam, nasi satu panci pun habis...hehehehe...' kata Ayana sambil tertawa

Dan itu membuat muka Saka seketika jadi masam, dia memandang getir kearah semur ayam, dan Ayana yang tidak sadar akan hal itu, dia terus berbicara tentang Jun sambil mengambil beberapa potong ayam dari kuah kental semur ayam di depannya.

"Ay....aku mau melamar kamu minggu depan, sepertinya perkenalan kita sudah cukup...' kata Saka tiba-tiba

Ayana spntan langsung menghentikan makannya, dan dia menatap Saka dengan pandangan tidak kaget seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan Saka.

'Kita sudah lama kenal, kamu juga dulu adik kelas aku dan kamu juga dulu menyukaiku sampai sekarang, itu di buktikan dengan kamu yang tidak pernah menjalin hubungan dengan pria manapun, berarti kamu menungguku Ay...makanya aku datang dan sekarang aku mau memintamu untuk selamanya menemaniku..' jelas Saka

Ayana meletakkan alat makannya, dan dia menatap kedua mata Saka seolah ingin memahami apa yang sedang pria yang dulu dia kagumi itu fikirkan. Dahulu dia selalu mengagumi Saka, karena kepintarannya, kesolehannya, kebaikannya dan juga segala macam nilai positif di dalam diri Saka, tanpa dia sadari kalau Saka hanyalah manusia biasa yang juga memiliki nilai negatif dalam dirinya.

'Mas Saka....apa benar kita sudah saling mengenal....?' tanya Ayana sambil menatap mata Saka, dan kali ini Ayana sama sekali tidak deg deg an atau grogi seperti saat dia duduk di bangku SMA dulu, mendengar nama Saka saja tubuhnya sudah bergetar.

Saka balik memandang Ayana dengan pandangan sayu, seolah tidak percaya kata-kata seperti itu kepadanya.

'Aku memang adik kelas mas Saka dulu, dan dulu kamu juga tidak pernah ajak aku mengobrol, kamu hanya menyapa aku ketika aku bersama Jun, dan itupun juga bisa dihitung menggunakan jari...memahami seseorang memang butuh waktu jangka panjang mas, tidak bisa dua atau tiga hari saja. Mas jangan terburu-buru menilai aku dan juga menilai perasaan mas terhadapku, bagaimana jika kita berdua salaing shalat istiqarah untuk meminta ke pada Allah atas semua permasalahan ini, apakah jalan yang harus kita tempuh. Selama belum menemukan kepastian, ada baiknya kita menjaga jarak dulu mas...untuk menghindari fitnah. ' jelas Ayana

Pernyataan Ayana itu membuat hati Saka sakit mendengarnya, dia tidak percaya gadis yang dia suka memberikan pernyataan yang membuat dirinya sakit. Dia hanya terdiam dan meng iyakan perkataan Ayana, kejadian itu benar-benar membuat Saka sedih dan juga malu atas pernyataan cemburunya yang malah membuat dia kehilangan Ayana.

3 bulan berlalu, dan Saka semakin menghilang, orang tua Ayana pun menanyakan prihal berkurangnya frekuensi kedatangan Saka ke rumah, Ayana juga terlihat jarang bertemu dengan Jun. Junior sendiri di tugaskan keluar kota selama 6 bulan, hal itu yang membuat Ayana dan Jun tidak bisa bertemu pasca pertemuan mereka di panti asuhan itu. Kerinduan Ayana terlihat dari dia yang sering bermain ke rumah Jun, walaupun dia tahu Jun tidak ada disana, itu dia lakukan hanya untuk melampiaskan rasa rindunya ke Jun.

'Kak Ay...kakak kangen ya sama kakak...?' tanya Shafira yang membuat Ayana kikuk dibuatnya

'Ihhh kamu ini ngomong apa sih...' elak Ayana tersipu malu

'Hemmmm kakak juga kangen tuh sama kak Ay...tiap malam nanyain ke umi, Ayana udah sampai mana masaknya mi...?? hah...emang kalau cinta itu susah mau di tutupi kayak gimanapun....' kata Shafira sambil berlalu meninggalkan Ayana dengan segudang rasa senang yang bercampur dengan malu karena bocil Shafira tahu tentang apa yang dia rasakan.

Hari ini Jun sudah menyelesaikan kerjanya di luar kota, dan dia balik lagi ke kota yang sama dengan Ayana. Dengan bahagia, Ayana berjalan ke rumah Junior sambil membawa semur ayam kesukaan Jun, dia sudah memantapkan hatinya ke Junior, setelah dia mendapatkan jawaban dari sholat istiqarahnya. Sesampainya disana dia melihat Abi Junior memakai pakaian formal batik dan juga celana panjang berwarna hitam, dia tampak rapi sekali.

'Assalamualaikum Bi...' kata Ayana sambil mencium tangan abi Jun

'Waalaikusalam warohamtullahi wabarokatuh....' jawab Abi Jun

 'Abi mau kemana....?' tanya Ayana heran

'Ay...hari ini umi gak bisa ajari kamu masak yah.....hari ini abi sama umi mau antar Jun...' jawab abinya 

'Mau antar kemana Abi...?' tanya Ayana lagi

'Jun mau ta'aruf sama wanita pilihannya...ini umi lagi siap-siap...maaf ya Ay...hari ini kamu pulang dulu ya, besok umi pasti ajari kamu masak lagi....' kata Abi Jun.

Dan kata-kata abi Junior itu membuat hati Ayana sakit, dia menahan tangisnya dan dia menutupi sedihnya dengan senyumannya.

'Wah...bagitu abi...iya baiklah, Ay balik dulu ya Abi...ini, nitip buat Jun, tadi Ay masak buat dia...' kata Ayana

'Iya Ay...nanti abi sampaikan...'

'Ay pulang dulu ya bi...Assalamualaikum abi...' kata Ayana sambil menahan getaran suaranya

'Waalaikusalam warohamtullahi wabarokatuh....' jawab Abinya.

Ayana meninggalkan rumah Jun dengan semua kesedihan di hatinya, tak terasa air matanya mulai mengalir dan membasahi kedua pipinya. Sesampainya di rumah, Ayana langsung memasuki kamarnya dan berusaha menenangkan dirinya, dia berusaha tidak menangis lagi karena tidak ingin membuat orang tuannya khawatir. 30 menit kemudian, Ayana yang sedang menenangkan diri dengan merebahkan dirinya di tempat tidurnya dipanggil oleh umi nya. Ayana membuka pintu kamarnya, setelah dia membersihkan wajahnya dan membuat dia seolah-olah tidak apa-apa.

'Ada apa umi...?' tanya Ayana

'Ay...ada yang mau ta'aruf sama kamu, katanya kalau bisa langsung di khitbah....' kata uminya

Ayana mengerutkan dahinya, dan di dalam hatinya bergejolak karena dia sedang bersedih atas kejadian yang dia alami barusan, dan kegagalan dia dengan Saka juga, ini ada seseorang yang malah mau langsung melamarnya. Ayana keluar kamar dengan muka masamnya, berharap lelaki itu akan mengurunkan niatnya untuk melamarnya, karena jujur Ayana masih belum mau berkomitmen setelah apa yang dia lalui.

'Asslamualaikum Ay...' kata Jun dengan lembut.

Mata Ayana terbelak melihat Jun sekeluarga sudah duduk manis di ruang tamu rumahnya, abi dan umi Ayana pun terlihat tersenyum sumringah memandang Ayana yang masih shock dengan apa yang dia lihat saat ini.

'Wa..Waalaikumsalam...' jawab Ayana dengan terbata-bata

'Aku sekeluarga kesini mau melamar kamu Ay...apa kamu menerima lamaran aku...?' tanya Jun sambil berdiri dan berjalan mendekati Ayana

Ayana memundurkan langkahnya dan terus menatap heran ke arah Jun, dan Jun juga menghentikan langkahnya.

'Kamu....maksudnya...??' tanya Ayana masih dengan keadaan shock

'Aku mau meminta kamu buat jadi istri aku Ay...ini abi sama umi datang kesini mau melamar kamu...' jelas Jun

'Atas dasar apa kamu tiba-tiba mau melamar aku...?' tanya Ayana lagi

'Allah...karena Allah yang memberikan petunjuk kepadaku, dan karena dari dulu hati aku sudah memilih kamu Ay...' jawab Jun

Ayana tersipu mendengar penjelasan dari Jun yang membuat jantungnya semakin berdegup kencang.

'Oke...aku paham....tapi...sebentar...aku tenangin hati dulu ya...' kata Ayana sambil duduk di kursi depan umi dan abi Junior

'Oke...nih minum...' lanjut Jun sambil menyodorkan teh hangat untuk Ayana

Ayana memngambil teh dari tangan Jun dan meminumnya, dia mencoba menenangkan hatinya dan sebenarnya dia juga sudah menyiapkan jawaban dari lamaran Jun itu.

'Jadi gimana...? aku di terima tidak...?' tanya Jun sambil jongkok tepat di depan Ayana

'Dengan satu syarat...' kata Ayana sembari menaruh gelas tehnya di meja

'Apa...?' tanya Jun lagi sambil menatap mesra ke mata Ayana

'Kamu janji gak akan protes keasinan lagi kalau aku masak semur ayam...oke...' kata Ayana lalu diikuti tawa semua orang yang ada di ruangan itu

'Iya ya aku janji....' kata Jun dengan senyuman

'Janji ya...' kata Ayana sembari mengikat kelingking Jun dengan kelingkingnya

'Allhamdullilah....' kata semua orang di ruangan itu

Seminggu kemudian mereka akhirnya menikah, 15 tahun saling mengenal dan menjadikan mereka pasangan seumur hidup, insa Allah. Jun menggandeng Ayana yang sekarang sudah berstatus istrinya, mereka berjalan di pesisir pantai untuk bulan madunya. Mereka juga saling berpelukan sambil menatap matahari yang mulai tenggelam, Jun dengan mensra mengecup kening Ayana dan merekapun saling tersenyum lega dan juga bersiap menghadapi hidup mereka kedepannya yang pasti masih penuh misi yang harus di selesaikan setelah misi pertama untuk menemukan jodoh, dan sekarang misi untuk tetap menjaga jodoh itu sampai maut memisahkan.







Pernikahan yang sukses itu bukan saat aku menjalani hidup damai bersamamu istriku, melainkan saat aku tidak bisa hidup dengan damai tanpa mu. Junior La Ammar Bahsyir.



Sekian

Citrakim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar