Minggu, 16 Oktober 2022

Cerpen 2022

 Cerpen 2022, part 2



Malaikat Putih tak Bersayap

Mungkin dunia ini masih banyak tingkat rasisme diantara manusia-manusianya, dan memang hal tersebut di anggap lumrah oleh sebagian orang. Tidak berbeda dengan cerita kali ini, seseorang yang selalu di pandang sebelah mata karena kekurangannya, dan kebanyakan orang lainnya tidak mau memperhatikan dan menghormatinya sebagai sesama manusia lainnya. 

Deviano Cassano, seorang siswa kelas dua SMA negeri di kotanya, dia bersekolah di SMA yang bisa di bilang elite di kotanya, karena kedua orang tuanya yang masih ada keturunan Italy itu termasuk golongan pengusaha sukses di kota itu. Deviano yang akrab di panggil Dev merupakan anak kedua dari pasangan Indo-Italy, kakak Dev sudah bekerja di salah satu firma hukum di kota itu, kakak Dev merupakan pengacara yang lumayan terkenal. Jarak umurnya dengan kakaknya cukup jauh sekitar 10 tahun, namun itu tidak membatasi kedekatan dia dengan kakak perempuannya itu.

Walaupun Dev anak orang kaya, namun dia tidak luput dari pembullyan di sekolahnya, hampir tiap hari dia menjadi bahan siksaan beberapa temannya di kelas. Shane salah satunya, dia merupakan ketua kelas di kelas Dev, akan tetapi Shan bukanlah ketua kelas yang baik, dia terpilih menjadi ketua karena jujur semua murid di kelas itu takut padanya.

'Hey...bule...ngapain lo di sini, sana balik ke negara lo...gak guna banget jadi orang...sakit mata tau liat lo...' kata Shane sambil memukul bagian belakang kepala Dev menggunakan buku tulis.

Hal seperti itu sudah sering terjadi, dan hampir setiap hari Dev mendapatkan bully an secara fisik maupun verbal. Dev hanya diam dan dia kembali ketempat duduknya, dia berusaha tenang dan tidak membuat kegaduhan apapun dikelas. Dia selalu merasa kehadirannya di kelas selalu tidak terlihat oleh teman-temannya dikelas, dia selalu merasa dirinya transparan dimanapun dia berada.

'Kamu apaan sih Shane....??' tegur Lolly teman sekelas Dev

Lollita Vanessa, dia satu-satunya teman yang sadar akan keberadaan Dev, dan Lolly lah yang selama ini selalu berada di samping Dev.

'Aduh...Lolly sayang....kamu jangan marah-marah dong...masih pagi ini...' kata Shane seraya merangkul bahu Lolly

'Apaan sih sayang-sayang....??' elak Lolly sambil melepas pelukan dari Shane dan berjalan mendekati Dev

Lolly adalah seorang model, ibu Lolly merupakan salah satu artis terkenal di Indonesia, jadi Lolly merupakan salah satu gadis dengan paras yang sangat cantik, mirip ibunya. Dia juga sangat terkenal di sekolah, tidak jarang para lelaki terpikat dengan parasnya yang cantik. Tidak terkecuali Shane, dan Dev pastinya, namun Lolly sama sekali tidak peduli dengan Shane, kalau dengan Dev, Lolly sangat loyal dan baik.

'Kamu gak apa-apa Dev..? tanya Lolly sambil memegang bahu Dev.

'Gak apa-apa kok Li...' jawab Dev dengan malu-malu dan sembari membenarkan kacamatanya.

'Udah jangan di dengerin omongan Shane ya...dia lagi kumat tuh...' timpal Lolly lagi

Shane yang melihatnya menjadi sangat murka dengan kedekatan mereka berdua, mata Shane tidak berhenti menatap Dev dengan penuh amarah. Jam istirahat sudah berdering, Dev berjalan di pinggir lorong sekolahnya, yang saat itu di penuhi anak-anak yang sedang beristirahat, ada yang ngobrol di depan kelas, ada yang memainkan beberapa alat musik seperti gitar di teras kelas dan masih banyak lagi. Dev hanya merasa dia berjalan di ruang yang hampa, dimana tidak ada satupun orang yang perhatian dengannya, menyapa atau hanya sekedar melihatnya. Langkahnya terhenti di sebuah mading sekolah, disana ada pengumuman lomba karya ilmiah tingkat sekolah SMA. Dev yang memang menyukai hal-hal berbau ilmiah itu tergerak hatinya dan dia ingin mendaftar ke acara itu. Dia ingin menghasilkan sesuatu sebelum dia meninggalkan sekolah ini, setidaknya masa SMA dia bisa di lalui sama seperti anak pada umumnya.

Dev berjalan menuju ruang duru untuk mendaftar karya ilmiah, langkahnya terhenti di depan ruang guru, saat dia melihat Damora, salah satu siswi pintar disekolahnya yang merupakan saingan Dev juga di pelajaran juga mendaftar ke acara karya ilmiah itu. Dev sempat menciut nyalinya karena melihat Damora atau yang sering disapa Mora itu. Namun Dev berusaha tenang dan kembali melangkahkan kakinya mendekati meja pendaftaran, sebelumnya dia berpapasan dengan Mora, dan Mora menatap dengan tatapan intimidasi kepada Dev. 

'Yakin mau lawan gue..??' kata Mora dengan tatapan intimidasinya.

Dev hanya terdiam, dan dia kembali berjalan kearah meja pendaftaran, dan disana sudah apa Pak Yudha selaku guru Biologi di sekolahnya sekaligus salah satu panitia lomba karya ilmiah.

'Kamu mau daftar juga Dev...?' tanya pak Yudha sambil memperhatikan Dev yang terlihat ragu-ragu untuk datang ke mejanya

'Iya pak...' jawab Dev dengan nada pelan

'Iya udah ini...isi formulirnya dulu ya....' kata pak Yudha sambil memberikan selembak kertas formulir untuk diisi Dev

Dev berjalan maju dan duduk di depan pak Yudha, dia mengisi formulir yang diberikan oleh gurunya itu dengan tenang. Pak Yuhda melihat sekelilingnya, dimana banyak para guru yang bergumam meremehkan Deviano, dan pak Yudha hanya bisa menghela nafas panjangnya.

'Dev...ini satu bulan ya waktu kamu buat karya ilmiah ini...tanggal 15 bulan depan harus siap presentasi ya..dan jangan lupa contoh dari karya kamu di bawa juga, bisa dalam bentuk gambar atau video, atau hasilnya kamu bawa sekalian ya...proses buatnya juga harus di sertakan video ya...' kata Pak Yudha menjelaskan tata cara karya ilmiah itu.

'Iya pak saya paham...saya akan selesaikan sebelum tengat waktunya pak, terima kasih pak..' jawab Dev sembari memberikan formulir yang sudah dia isi lengkap

'Semangat ya Dev...jangan dengarkan orang lain berbicara tentang kamu...bapak yakin kamu bisa...' kata pak Yudha menyemangati Dev.

'Iya pak terima kasih...' jawab Dev di sertai senyuman di bibirnya

Dev berjalan meninggalkan ruang guru, dan dari belakang tiba-tiba Lolly menghampirinya sambil membawa sebotol minuman teh kesukaan Dev.

'Dev...kamu ikutan lomba karya ilmiah ya...??' tanya Lolly sambil memberikan minuman ke Dev

'Iya Li...; jawab Dev sembari mengambil minuman dari tangan gadis yang sebenarnya dia suka itu

'Wah...semangat ya Dev...Ray juga ikutan sih...walaupun aku tau dia gak sepinter kamu hahahaha...' kata Lolly sambil tertawa kecil di samping Dev yang sedari tadi berusaha menjaga pandangannya kepada gadis yang diam-diam dia kagumi itu.

Rayan, atau Ray sapaan akrabnya, dia adalah kekasih Lolly. Ray dan Lolly berbeda kelas, dan Ray terkenal dengan ketampanannya, namun untuk masalah pelajaran dia biasa saja. Ray juga salah satu kapten tin voly di sekolah Lolly dan juga Dev, Ray terkenal ramah juga baik, walaupun sebenarnya Ray juga kurang sreg jika harus berteman dengan Dev, Rayan hanya bersikap sewajarnya saja saat bersama Dev dan berulang kali juga Ray menyarankan Lolly untuk tidak begitu dekat dengan Dev.

'Beib...' panggil Ray tiba-tida sudah berada di depan Dev dan Lolly

'Hai....' sapa Lolly sumringah melihat kekasihnya.

'Yuk ke kantin...buruan mau bel masuk soalnya...' ajak Ray tanpa mengindahkan Dev sedikitpun.

'Oke oke....' kata Lolly sambil beranjak meninggalkan Dev 'Duluan ya Dev...sampai ketemu di kelas..' kata Lolly sembari mengkaitkan tangannya ke lengan Rayan

Ray hanya memandang biasa ke arah Dev dan pergi melenggang bersama Lolly, Dev hanya melihat dengan pandangan getir kearah mereka berdua. Dev merasa dirinya sungguh tidak berarti apa-apa disini, dia hanya bisa meratapi nasib dan juga terus mengeluh dengan Tuhan atas apa yang terjadi pada dirinya. 

Tak terasa kurang 10 hari lagi lomba karya ilmiah itu dimulai, semua peserta pada sibuk menyelesaikan tugas lomba mereka masing-masing. Dev terlihat masih duduk di salah satu kursi dalam perpustakaan. Dia masih membaca beberapa buku dan terus mengetik di laptop kecilnya sambil terus fokus untuk menyelesaikan karya ilmiahnya. Pandangannya sedikit teralihkan saat Lolly duduk di depannya dengan wajah murungnya, Dev memiringkan laptopnya dan mencoba memahami apa yang sedang terjadi dengan teman satu-satunya ini.

'Kamu kenapa Li...?' tanya Dev pelan karena sedang di dalam perpustakaan.

'Ray cuekin aku...dia sibuk banget bikin karya ilmiah...sampai-sampai dia lupa kalau ada janji nonton sama aku, mana aku udah beli tiket lagi...sebel...' gerutu Lolly yang suaranya membuat seisi perpustakaan memandangnya.

'Settttt...' kata salah satu penjaga perpustakaan sambil mengacungkan jari telunjuk di depan bibirnya.

Dev yang paham akan isyarat itu, langsung menutup laptopnya dan mengajak Lolly untuk keliar dari perpustakaan. Mereka berdua berjalan menuju kantin sekolah dan duduk di salah satu bangku disana, Lolly melanjutkan cerita dan Dev mendengarkan dengan seksama sambil memandang wajah cantik Lolly yang selalu membuatnya tenang. Pada akhirnya Dev memutuskan menemani Lolly menonton, karena Dev merasa kasihan dengan Lolly yang uring-uringkan perkara Ray sibuk dengan karya ilmiah. Walaupun sebenarnya Dev juga belum 100% menyelesaikan karya ilmiahnya, namun dia berfikir kapan lagi bisa nonton bersama gadis yang sangat dia sayangi itu.

Sore itu Dev dan Lolly berjanji bertemu di bioskop, Dev sudah datang duluan dan dia juga sudah menyiapkan popcorn, karena tiket ada di Lolly. Namun alangkah terkejutnya Dev saat melihat Lolly berja;an ke arahnya dengan bergandengan mesra bersama Rayan.

'Dev......' sapa Lolly sambil melambaikan tangannya

Muka Rayan yang terlihat cuek membuat Dev menjadi sungkan berada di tengah-tengah mereka berdua, Dev berusaha tersenyum menahan kekecewaannya.

'Dev...Rayan ternyata bisa nemenin nonton aku....tapi tenang aja...aku udah beliin tiket juga buat kamu kok...sorry ya gak kabari lebih awal, soalnya Ray mendadak siii...' kata Lolly menjelaskan situasi saat ini

'Oh..iya gak apa-apa kok Li...' jawab Dev getir

'Kamu udah beli popcorn Dev..??' tanya Lolly sambil fokus melihat popcorn di tangan Dev

'Iya...ini rasa kesukaan kamu...' jawab Dev sembari memberikan sekotak popcorn kepada Lolly

'Ihhh thak you Dev....yuk masuk....' ajak Lolly sambil membawa popcorn dari Dev

Mereka bertiga memasuki bioskop beriringan, dan Dev masih merasa tidak enak dengan keadaan ini, tapi disisi lain dia juga tidak ingin kehilangan moment bersama Lolly, walaupun Lolly saat ini bersama Rayan kekasihnya. Di dalam bioskop Dev duduk terpisah cukup jauh dengan Lolly dan Ray, dan disana rasa kecewa Dev semakin bertambah. Setelah film usai, Dev ke toilet bersama Ray, disna Ray mengajak Dev berbicara empat mata.

'Aku tahu kamu suka sama Lolly, dan sebenernya aku juga gak peduli juga karena aku tahu Lolly gak bakalan suka sama kamu...dia sebenarnya hanya kasihan saja sama kamu yang gak punya teman dan berjiwa lemah...' kata Rayan mengintimidasi Dev

Dev hanya terdiam mendengar kata-kata Rayan, yang sangat menyakiti hatinya, Rayan tidak berkata apa-apa pun hati Dev sudah sakit dengan cukup melihat Lolly bersamanya. 

'Jadi aku ingetin lagi ke kamu, kalau Lolly punya aku dan sampai kapanpun akan tetap begitu, kamu jika di beri kebaikan Lolly dan perhatian Lolly jangan ngelunjak ya Dev...kamu cukup diam saja dan jadilah transparan seperti biasanya, mengerti...' kata Ray sambil berlalu meninggalkan Dev

Dev terpaku mendengar kata-kata Rayan barusan, dia sungguh sangat sakit hati dengan apa yang Rayan katakan barusan. Setelah keluar dari toilet Dev melihat Rayan dan Lolly yang sudah menunggunya, Rayan berdiri di samping Lolly sambil merangkul bahu gadis cantik bermata coklat itu.

'Yuk Dev kita makan dulu...' ajak Lolly

Mata Ray dan Dev bertemu, dan Rayan melalui matanya seolah menyuruh Dev untuk tidak mengikuti mereka lagi. Dev yang paham akan hal itu pun langsung tersenyum kepada Lolly dan menolak dengan sopan ajakan Lolly.

'Sorry Li...aku kayaknya gak bisa ikutan, aku ada janji sama kakakku buat nyari buku di toko buku...maaf ya..mungkin nect time lah kita makan bareng...' kata Dev dengan sopan

'Ohhh begitu...kamu mau ketemuan sama Kak Nayla ya...?' tanya Lolly

'Iya...kakak mau otw kesini...maaf ya...makasih hari ini aku udah di ajak nonton...' kata Dev lagi

'Oke deh kalau gitu...salam ke kak Nayla ya...see you on school....' kata Lolly kemudian sambil berjalan meninggalkan Dev yang masih terpaku melihat Ray dan Lolly bejrajalan mejauhi nya.

Hati Dev sangat sedih sekali hari itu, dia merasa apa yang dia lakukan sia-sia selama ini, nampaknya Tuhan tidak pernah menyayanginya, hidupnya yang selalu merana, dia tidak bisa mendapatkan apa yang dia mau seperti anak-anak pada umumnya. Semenjak kecil dia selalu berbeda dengan anak pada umumnya, walaupun orang tua kaya akan tetapi hidup Dev tidaklah sebahagia anak-anak orang kaya pada umumnya.

Pagi itu Dev berangkat ke sekolah bersama kakaknya, Nayla. Di tengah perjalanan dia melihat Ray yang baru saya mengalami kecelakaan. Dia melihat motor sport Ray yang hancur bagian depannya, dan dia juga melihat Ray yang menahan sakit di bagian kakinya. Dev spontan meminta kakaknya untuk menepi dan dia turun dari mobil kakaknya. Dev membawa Rayan ke rumah sakit dan menemani nya di dalam rumah sakit, sampai kak Nayla pun memintakan ijin mereka berdua ke sekolah, dan pihak sekolahpun mengijinkannya.

Dev menemani Ray yang harus menjalani operasi di kakinya, akibat kecelakaan itu Ray mengalami patah tulang di bagian kaki. Dan untungnya masih bisa di selamatkan karena Dev bergegas membawanya ke rumah sakit. Setelah operasi Rayan masih belum sadarkan diri, karena kepala dia juga terluka namun tidaklah parah. Dev menemani Rayan di ruang ICu rumah sakit, sampai keluarga Rayan datang ke rumah sakit bersama Lolly, kekasih Rayan.

Lolly terlihat sangat cemas melihat keadaan Rayan yang terbaring lemah dengan gips di kaki dan juga perban di area kepalanya. Lolly tak hentinya menangis sambil memeluk ibu Rayan yang juga menangis bersama Lolly. Dev berusaha menenangkan Lolly, dan ibu Rayan berkali-kali mengucap terima kasih ke Dev atas bantuannya membawa Rayan ke rumah sakit. Tak beberapa lama kemudian Rayan terbangun, dan dia melihat kearah sekelilingnya, dia juga melihat Dev yang berdiri tidak jauh dari dia berbaring. Rayan saat ini sudah di kamar biasa bukan di ICU lagi, dia sudah 8 jam tidak sadarkan diri pasca operasi kaki yang dia alami. Rayan melihat kearah Dev, wajahnya menunjukan sara bersalah karena kemarin sudah mengintimidasi Dev dengan kata-kata nya. Dev tersenyum lega melihat Rayan yang sudah sadarkan diri, setelahnya Dev meninggalkan kammar Rayan dan berjalan pergi.

Hari ini lomba karya ilmiah di mulai, semua peserta mengumpulkan materi dan juga satu per satu mulai mempresentasikan riset yang mereka kerjakan sema kurang lebih 1 bulan itu. Mora terlihat panik, karena laptopnya susah dibuka, dan data semua ada di sana. Mora merupakan salah satu saingan dari Dev, Dev melihat Mora kebingungan dan tidak ada satupun yang menolongnya. Dev mendekat kearah Mora.

'Kenapa Ra laptopnya..?' tanya Dev

Mora beranjak menatam tajam ke arah Dev, dia mengerutkan keningnya melihat laki-laki yang sangat dia benci itu berada di sampingnya.

'Ngapain lo nanya-nanya...' bentak Mora

Dev terhenyak mendengar bentak an Mora, namun dia berusaha tetap tenang dan mendekat lagi ke arah Mora yang masih bergelut dengan laptopnya.

'Sini aku bantu Ra...kalau kamu mau...' kata Dev lagi

'Kamu mau ngerusak karya ilmiahku ya....sok sok an banget siii...' jawab Mora dengan nada tinggi 'Seneng kan kamu sekarang kalau aku gak bisa tampil kedepan...?' kata Mora lagi dengan emosi.

Dev menghela nafas, dan dia masih berdiri disana, dia tidak bergeming sekalipun walaupun Mora sudah mengusirnya.

Pada akhirnya Mora menyerah, dan dia tertunduk lemas, karena sebentar lagi namanya di panggil sesuai urutan pendaftaran karya ilmiah. Mora menagis sejadinya mendapati laptopnya tidak bisa di gunakan dan dia tidak punya cadangan di tempat lain untuk karya ilmiahnya. Dev berjalan mendekati laptop Mora dan mencoba memperbaikinya, Dev juga berusaha mengembalikan file karya ilmiah Mora yang terkena virus dari leptopnya. Beberapa menit kemudian dia berhasil mengembalikan keadaan laptop Mora, Mora mulai tersenyum sumringah melihat Dev yang berhasil mengembalikan laptopnya kembali semula. Dia juga berterimakasih kepada Dev, dan dia merasa bersalah sudah membentaknya tadi. Mora bersiap ke atas panggung untuk mempresentasikan karya ilmiahnya. Dev melihatnya dari bawah panggung, dan tanpa dia sadari Dev tersenyum melihat Mora berhasil membawakan presentasi karya ilmiahnya dengan baik.

Inilah Dev, dia sangat baik, walau tersakiti dan tidak pernah dianggap namun dia selalu baik kepada siapapun. Dev mungkin membeci dirinya sendiri karena berbeda dengan yang lainnya, namun dia sama sekali tidak pernah membenci orang disekitarnya, Dev sendiri berhasil membawakan presentasinya dengan baik dan keluar sebagai juara ke tiga, dan Dev juga cukup puas dengan hasil itu. Mora muncul sebagai pemenang pertama, karena memang dia sangat pintar dan juga karay ilmiah yang dia teliti sangat bagus, makanya dia keluar sebagai pemenang, walaupun sifat tempernya yang sangat tidak menyenangkan tapi Mora pada dasarnya gadis yang pintar.

'Thank you Dev...sorry ya tadi udah bentak kamu...' kata Mora sambil menjabat tangan Dev setelah turun dari podium untuk menerima hadiah

'Iya Ra gak apa-apa kok...selamat ya Ra...karya ilmiah kamu bagus...' kata Dev sambil mengacungkan ibu jarinya 

Mora tersenyum melihatnya, dan merekapun akhirnya berbaikan. Semenjak kejadian itu Mora tidak pernah sinis lagi terhadap Dev, dan terkadang mereka terlihat memecahkan soal pelajaran bersama. Sedikit demi sedikit doa Dev terjawab, dia mulai memiliki teman di sekolahnya. Rayan juga sudah berangsunr membaik, dan sekarang Ray lebih memperhatikan Dev, dia juga sering menyapa Dev sekarang, sikap Rayan juga sudah berubah tidak sedingin dulu lagi terhadap Dev.

Sekarang tinggal Shane, dia tetap membully Dev da tetap memperlakukan Dev seperti mahkluk tak kasat mata yang seenak jidatnya di bully. Hari itu Dev berangkat sekolah seperti biasanya, namun tiba-tiba Shane menyirapnya dengan tinta cumi-cumi yang membuat seragam dan badan Dev bagian atas menghitam dan bau.

'Nah...gini kan jadi keliatan...dasar albino....' kata Shane sambil berlalu meninggalkan Dev yang sekujur tubuhnya di penuhi tinta cumi.

Rayan melihat kejadian itu langsung membawa Dev ke kamar mandi dan menolongnya, Rayan juga memberikan seragamnya yang ada di loker sekolah untuk Dev. Mereka berdua lalu duduk di koridor sekolah, karena mereka berdua sudah terlambat mau masuk kelas, pasti mereka di suruh keluar sama guru di kelas.

'Makasih ya Ray...' kata Dev dengan senyuman

Rayan memandang iba dengan Dev, dan dia juga geram dengan sikap Shane yang keterlaluan itu, sitiap hari selalu mencari gara-gara dengan Dev.

'Kenapa kamu diam aja sih Dev...kenapa gak lapor gitu ke guru atau kepolisi sekalian kan kakak kamu pengacara...?' kata Rayan geram.

'Percuma Ray...' jawab Dev sembari mengusap rambutnya yang masih bsah dengan handuk kecil milik Rayan 'Aku gak mau bikin keluargaku khawatir, dan aku juga gak mau memperpanjang masalah, jadi diam saja sudah cukup, karena ini tidak lama kok,,,kan bentar lagi aku lulus dan gak perlu lagi menghadapi Shane...' jawab Dev kemudian

Rayan hanya menatap iba ke arah Dev yang mungkin Rayan merasa kalau Dev sudah menyerah dengan hidupnya. Rayan dan Dev masuk kekelas sesaat setelah pergantian jam dimulai, mereka masuk kek kelas masing-masing. Siang itu Rayan, Lolly, Dev dan juga Mora berencana mau makan di restoran milik mamanya Mora, karena hari itu Mora berulang tahun. Rayan, Lolly dan Dev semobil, hari itu Lolly yang menyetir, karena kaki Rayan masih dalam masa penyembuhan jadi dia tidak bisa menyetir mobil, Rayan duduk di jok belakang sedangkan Dev di depan bersama Lolly di bagian kemudi. Mora sudah duluan pulang karena dia akan mempersiapkan segala hal. Sesampainya disana, mereka bertiga disambut hangat oleh ibu Mora dan juga Mora pastinya. Beberapa detik ibu Mora sedikit kaget dengan penampakan Dev, Dev memang meiliki kelainan pigmen kulit, sedari kecil dia albino. Kulitnya berwarna putih, bahkan rambut dan alis juga berwarna putih, itulah kenapa dia selalu berbeda dengan anak-anak lainnya, dia tidak pernah bisa diterima baik karena kelainan warna kulitnya itu.

Setelah merayakan ulang tahun Mora, mereka bertiga berpamitan pulang kepada Mora beserta keluarga Mora. Sebelum pulang Dev mampir ke mini market depan restoran ibunya Mora untuk membeli beberapa barang. Disana dia bertemu dengan Shane yang waktu itu juga berada di mini market tersebut. Melihat Dev, Shane langsung membully nya, dengan menjegal Dev sampai terjatuh, lalu dia tertawa puas. Dev tidak membalas, dan dia lalu beranjak meninggalkan Shane...

'Dasar freak...albino babi...' kata Shane kasar

Dev berjalan keluar mini market sambil menahan rasa sakit di dadanya, di seberang jalan dia melihat Ray dan Lolly sedang berpelukan mesra sambil mengobrol dengan Mora. Hati Dev bertambah sakit, dia masih berharap bisa mendapatkan sedikit cinta dari Lolly, namun dia juga sadar kalau Rayan lebih pantas untuk Lolly. Saat Dev ingin menyabrang, dia melihat adik Shane yang turun dari mobil dan berlari ke bahu jalan untuk menganbil mainannya yang terjatuh. Adik Shane masih duduk di bangku SMP dan kala itu Shane sedang bersama adiknya, dia tidak tahu adiknya keluar mobil dan berlari kearah jalan raya, karena Shane masih berada di mini market. 

Dan dari arah berlawanan ada sebuah truk pasir yang melaju cukup kencang, spontan Dev berteriak dan berlari menyelamatkan adik Shane. Tubuh Dev terplanting jauh, yang membuat Rayan, Lolly dan juga Mora berteriak histeris melihatnya. Shane yang keluar dari mini market juga kaget melihat kejadian yang terjaddi di depan mata, apalagi itu menimpa adiknya. Rayan berlari dengan pincang kearah tubuh Dev yang berlumur darah. Tubuh putih itu sekarang berubah menjadi merah, Lolly sibuk menelfon ambulance dan beberapa orang berusaha membantu Ray membopong Dev. Adik Shane selamat, dan masih berada di bahu jalan, Shane terpaku melihaat kejadian itu, dia melihat sendiri kalau orang yang selama ini dia bully menyerahkan nyawanya untuk menyelamatkan adiknya. Padahal bisa saja Dev tidak menghiraukan hal itu dan memilih membiarkan adik Shane tertabrak truk, namum Dev tidak seperti itu, dia sungguh berhati malaikat.

Tubuh sekarat Dev dilarikan ke rumah sakit, namun beberapa jam kemudian Dev menghembuskan nafas terakhirnya. Semua teman-temannya menagis mendengar kabar itu, termasuk Shane yang benar-benar akan merasa bersalah di seumur hidupnya karena dia belum sempat meminta maaf kepada Dev. Dev berpulang dengan tenang, walaupun keluarganya sangat ter[ukul dengan kejadian ini, apalagi kak Nayla yang sangat menyayangi adiknya itu. Setelah pemakaman, Rayan masih berada di makam Dev bersama Lolly, Mora dan juga Shane...

'Kamu sudah tenang sekarang Dev...gak ada yang mengganggu kamu lagi, gak ada tatapan orang yang sinis ke kamu, mungkin ini yang kamu katakan ke aku kemarin. Kamu bilang kamu akan lulus sebentar lagi dan kamu juga sudah tidak akan merasakan sakit hati...semoga kamu bahagia disana Dev...terima kasih sudah menjadi teman yang baik buat kami, kami janjji akan selalu mengingat kamu dan mendoakan kamu...' kata Rayan sembari membelai nisan Dev

'Dev, maafkan aku...aku benar-benar minta maaf...' kata Shane sambil bersimpuh di makam Dev.

Deviano Cassao, sudah pergi dengan tenang, hatinya yang tulus menjadikan dia seputih kulitnya, walaupun dia berbeda dari manusia pada umumnya, namun Dev tetaplah mahkluk Tuhan dengan kesempurnaan versinya. Sekarang dia benar-benar malaikat dengan sayap putihnya, dia terbang membawa perbedaannya dan meningkalkan segala kebaikannya untuk dikenang setiap orang yang mengenalnya. Seorang albino juga manusia, mereka juga memiliki perasaan, warna kulit saja yang berbeda namun mereka tetap sama seperti kita semua yang bisa terluka, menangis dan juga bahagia. Selamat jalan Deviano Cassano, semoga kebaikanmu akan menjadi pemberat amalmu di akherat.




'Selamat tinggal duniaku, aku akan terbang sekarang dengan sayapku, dulu aku tidak bersayap namun sekarang aku sudah memiliki sayap. Aku akan menuju dunia keabadian, dimana tidak ada perbedaan dan juga pendiskriminasian disana, sampai jumpa...' Deviano Cassano.




Sekian~~~

CitraKim19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar