Sabtu, 26 November 2022

CERPEN 2022

 Something Between Us


Hari ini terlihat mendung yang menggantung di langit, suasana menjadi suram, dan rintik hujan juga mulai berjatuhan. Dari kejauhan terlihat sesosok wanita dengan langkah yang tergesa-gesa dan sedikit kesulitan berjalan karena beberapa tas besar yang harus dia bawa di bahunya. Langkahnya mulai melemah saat dia mendapati beberapa orang berkerumun di depan sebuah pintu masuk sebuah rusun (Rumah Susun). Dia mulai berjalan dengan pelan dan mendekat kearah kerumunan orang-orang itu. Mata nya terbelak saat melihat seorang perempuan separuh baya yang terkulai lemah di antara pintu masuk sebuah hunian disana. Wanita yang sekujur tubuhnya basah karena air hujan itu mulai mendekati tubuh kaku wanita paruh baya itu seraya sambil menahan tangisnya. Dia duduk di depan tubuh yang terbujur kaku tidak bernyawa itu, banyak warga yang datang hanya untuk melihat saja, tanpa berkata apa-apa, tak banyak dari mereka saling menggunjing satu sama lainnya. Tidak beberapa lama kemudian datang ambulance dan beberapa tim medis yang mendekat kearah apartemen itu, polisi juga ikut berdatangan bersamaan dengan tim medis.

'Dengan nona Eveleen...?' tanya salah satu petugas polisi

'Iya...' jawab wanita dengan suara lirih 

'Kami mau meminta beberapa keterangan tentang kejadian ini...anda bisa ikut kami sebentar untuk membuat laporannya di kantor polisi nona...?' tanya petugas itu.

Wanita itu hanya menjawab dengan anggukan saja, lalu dia beranjak dari tempatnya dan mengikuti dua orang petugas yang berjalan beriringan dengannya. Sebelum Eveleen memasuki mobil patroli polisi, dia menoleh kearah ambulance yang sedang memasukkan tubuh kaku wanita paruh baya tadi, dan dia adalah ibu dari Eveleen. Eveleen Rusdianto, wanita berumur 25 tahun, dia tinggal bersama dengan ibunya di sebuah rumah susun. Sejak kecil dia hanya tinggal berdua dengan ibunya, setelah kakeknya meninggal dunia dia dan ibunya memutuskan menempati sebuah rumah susun di tengah kota. Rumah kakeknya dulu sudah di jual oleh ibunya, dan akhirnya mereka tinggal di rusun itu selama kurang lebih 15 tahun. Eveleen sendiri bekerja di sebuah kantor PH (Production House) atau agensi artis, yang pekerjaannya setiap hari menjadi manager seorang artis. Namun saat ini dia hanya menjabat sebagai asissten manager artis yang bernama Paula White. 

Hari itu Eveleen buru-buru untuk pulang ke rumahnya karena 15 menit yang lalu dia mendapat 15 panggilan tidak terjawab dari ibunya. Ibu Eveleen sendiri diketahui memiliki penyakit kanker paru-paru, dan sudah beberapa kali dirawat di rumah sakit. Karena mereka hanya tinggal berdua, jadi Eveleen terkadang harus merelakan di omelin oleh atasannya karena dia sering cuti untuk menemani sang ibu. Namun hari itu merupakan hari yang tidak akan pernah Eveleen lupakan, dia kehilangan satu-satunya keluarga yang dia miliki. Eveleen masih duduk dengan baju setengah basah, dan dia terus memegang handphone ibunya yang tadi dia ambil dari lantai tepat di samping jasad ibunya. Eveleen nampak sangat menyesali perbuatannya yang tidak mengangkat telfon dari ibunya tadi, dia merasa sangat bersalah di sisa akhir hayatnya sang ibu harus pergi tanpa sempat berpamitan dengannya. Tangisnya pecah saat itu juga, beberapa petugas yang ada di kantor polisi memaklumi sikap Eveleen yang seperti itu

Setelah memberikan pernyataan di kantor polisi, Eveleen menaiki taxi menuju rumah sakit tempat ibunya dirawat untuk diketahui penyebab kematiannya. Sesampainya disana, Eveleen berjalan dengan langkah gontai menuju kamar mayat, dia masih mengenakan pakaian yang basah akibat hujan. Dia bertemu dengan dokter yang memeriksa jenasah ibunya. Dan dari dokter, Eveleen tahu kalau ibunya meninggal karena sesak nafas dan kekurangan oksigen, sepertinya penyakit paru-paru ibunya kambuh, dan dia terjatuh di depan pintu saat mencoba mencari bantuan keluar rumah. Hati Eveleen sangat hancur mendengar pernyataan dokter itu, dia tidak kuat saat dia harus melihat ibunya yang sudah menutup mata untuk selamanya. Eveleen lalu berjalan menuju rootroff rumah sakit, dia berdiri sambil memandang lampu-lampu dari gedung seberang rumah sakit. Matanya masih berlinangan air mata, dia juga tidak menghiraukan udara dingin sehabis hujan yang menusuk kulit, ditambah lagi pakaian yang dia kenakan belum sepenuhnya kering. Lalu ada seorang laki-laki yang berdiri di samping Eveleen, dia memberikan selimut rumah sakit kepada Eveleen. Dan Eveleen memandang sekilas ke arah laki-laki yang mengenakan jas dokter itu.

Lelaki itu bernama Renjana, dia seorang dokter magang di rumah sakit itu, dia masih menyelsaikan tugas akhirnya di unuversitas kedokteran ternama disana. Renjana atau sering di panggil Ren sedari tadi melihat Eveleen, saat Eveleen baru memasuki rumah sakit sampai Eveleen ke kamar mayat dan berakhir di rootroff sekarang. Ren hanya takut kalau Eveleen melakukan hal yang bisa membuat dia kehilangan nyawanya, Sebenarnya baik Ren atau Eveleen ini adalah kali pertama mereka bertemu.

'Ini minumlah....' kata Ren sambil memberikan teh hangat untuk Eveleen

Eveleen hanya memandang gelas kertas berwana putih dengan logo rumah sakit yang ada di tangan Ren, dia sama sekali tidak bergeming. Ren lalu menarik tangan Eveleen dan menaruh gelas hangat itu di tangan mungilnya, sembari terus menatap Eveleen yang sedari tadi menatap kosong kedepan.

'Minumlah ini untuk menghangatkan tubuh kamu...' kata Ren lagi sambil merapikan selimut yang dia taruh di kedua bahu Eveleen 'Aku tinggal dulu ya...habiskan tehnya supaya badan kamu tetap hangat...' kata Ren sambil beranjak dari tempatnya berdiri.

Eveleen masih tidak bergeming, dia tetap berdiri sambil menatap kosong ke gedung seberang rumah sakit, hatinya sangat hancur saat ini. Ren berjalan menjauhi Eveleen, namun dia tidak benar-benar meninggalkan Eveleen disana, Ren masih mengamati Eveleen dari jarak aman. Tidak lama kemudian munculah sesosok pria dengan tubuh tinggi dan wajah yang masih bersisa ketampanannya saat muda dulu, dia berumur sekitar 50th. Dia berjalan dengan tergesa dan menghampiri Eveleen yang masih berdiri di tempat yang sama ketika dia baru menginjakan kakinya di rootroff.

'Ev.....apa yang terjadi sama ibu kamu...? bukankah aku sudah memberikan biaya pengobatan untuknya...kenapa ini bisa terjadi...' kata orang itu

Eveleen masih tidak bergeming, dia masih berdiri tegap menatap kedepan dengan pandangan kosong serta membelakangi pria paruh baya itu.

'Ev...' kata pria itu sambil membalikkan badan Eveleen dengan paksa dan membuat gelas teh dari Ren jatuh ke bawah.

Eveleen memandang lelaki separuh baya itu yang tampak marah kepadanya, dia terus menggenggam lengan Evellen. Hal itu membuat Ren ingin menolong Eveleen, namun langkahnya terhenti saat Eveleen berkata

'Ayah....' suara Eveleen sangat lirih

'Jangan panggil aku dengan sebutan itu...' jawab pria itu sembari melepas cengkraman tangannya

Ren terperanjat mendengar Eveleen memanggil pria itu dengan sebutan ayah, dan Ren juga kaget saat si pria itu membentak Eveleen.

'Ayah...apa aku bukan putrimu...??ibu sudah tidak ada, sekarang hanya ada ayah...' kata Eveleen diiringi dengan tangisan

'Ev...disini banyak mata dan juga telinga, kamu tidak boleh memanggilku dengan sebutan itu...selama ini itu perjanjian kita. Aku bahkan sudah memberikan pekerjaan untukmu, dan bukankah kau juga sudah berjanji untuk tidak memanggilku dengan sebutan itu....' jawab pria itu dengan nada sedikit emosi

'Sekali ini saja...aku mohon....aku benar-benar membutuhkan seseorang untuk bisa membuatku sedikit tenang, aku baru saja kehilangan ibu yang sangat aku sayangi jadi aku mohon...untuk kali ini saja...' pinta Eveleen dengan nada memelas

Namun sayangnya lelaki itu sama sekali tidak memperdulikan keadaan Eveleen yg benar-benar hancur saat itu. Pria yg sedari tadi mengenakan topi dan juga pakaian serba hitam itu membuka topinya dan meremas rambutnya dengan emosi saat melihat gadis di depannya yg tidak lain adalah putrinya itu. Lelaki itu bernama Arshid Gunawan, dia salah satu aktor senior di dunia perfilman. Namanya sudah tidak asing lagi, lelaki yg sedari tadi di depan Eveleen adalah seorang aktor senior yg banyak di hormati oleh para juniornya. 

'Ingat ya Ev... Kamu yg membuat perjanjian dahulu, kalau kamu tidak akan pernah menyebutku dengan sebutan itu. Kamu harus pegang janjimu atau kalau tidak aku akan membuat duniamu seperti neraka untukmu... ' kata Arshid sembari melangkah pergi meninggalkan Eveleen

'Duniaku sudah hancur saat anda dan ibuku memutuskan untuk melahirkan aku... ' jawab Eveleen dengan sia-sia air matanya

Langkah Arshid terhenti, dan dia berbalik memandang gadis yang sudah hancur itu. Tubuh Eveleen yg terlihat kurus serta wajah yang pucat karena kedinginan serta kesedihan di matanya membuat hati Arshid tercekat melihatnya. Namun dia juga tidak bisa membiarkan dirinya terlarut dengan suasana itu, karena sekecil apapun perilaku dia, dia akan di nilai oleh banyak orang. Maka itu seumur hidupnya dia harus menyembunyikan fakta kalau Eveleen adalah putri kandungnya. 

'Jika begitu, hancurkan saja dirimu... Namun jangan menarikku untuk hancur bersamamu... Karena aku bukan bagian dari dirimu... ' kata Arshid sambil berlalu pergi meninggalkan Eveleen sendirian. 

Eveleen tertunduk lemas, kedua kalinya saat ini sangat lemah dan tidak bisa lagi menopang tubuhnya untuk tetap tegar berdiri menghadapi semua ini. Ren yang sedari tadi mendengar semua pembicaraan Eveleen dan ayahnya menjadi sangat bersedih dengan apa yang terjadi pada gadis yang memiliki tubuh mungil itu. Ren juga paham kalau lelaki tadi adalah seorang aktor terkenal dan bahkan ibu Ren begitu mengidolakan nya, dia tidak habis pikir kalau ternyata aktor itu memiliki sisi gelap di dalam hidupnya. Tidak beberapa lama kemudian Eveleen pingsan, saat ini tubuhnya benar-benar tidak bisa dia andalkan untuk tetap terjaga. Renjana seketika mengangkat tubuh gadis yg terkulai lemah tidak berdaya itu. Renjana membawa nya ke ICU dan memberikan Eveleen infus untuk mengembalikan kesadarannya. Setelah beberapa lama Eveleen terlelap dari tidurnya, Renjana yang sedari tadi terus memperhatikan Eveleen membuat beberapa perawat mulai membicarakan mereke berdua. Dokter Renjana memang tidak pernah sepeduli ini dengan pasiennya, dia hanya bersikap sewajarnya untuk ukuran dokter pada umumnya, namun berbeda untuk kali ini dia begitu memperhatikan Eveleen dengan cukup intens.

'Gak biasanya Dokter Ren seperti ini sama pasien...' kata salah satu perawat di meja kerjanya

'Iya nih...apa pasien itu cantik..?' tanya salah satu dari mereka

'Kurang tau sih aku...soalnya gak lihat jelas wajahnya tadi...' sambung yang lain

Renjana mendekat kearah kerumunan beberapa perawat yang sedari tadi membicarakan dia dengan Eveleen, dia mengambil beberapa lembar kertas pasien dan mengoreksi diaknosa pasien di kertas tersebut.

'Kalian boleh bergosip, tetapi kerjaan harus tetap jalan ya....ini minggu terakhir aku di rumah sakit ini, jadi mohon kerja samanya ya...' kata Renjana sambil memandang satu persatu perawat yang bergosip tentangnya

Tidak ada yang berani menjawab kata-kata Renjana barusan, mereka hanya mengangguk pelan dengan wajah tidak enak karena Renjana tahu kalau mereka sedang menggosipkan dokter muda itu. Renjana berjalan meninggalkan para perawat tadi dan sekilas memandang kearah ranjang tempat Eveleen terlelap.

'Semoga kamu lekas sembuh Eveleen...' batin Renjana lalu beranjak pergi.

Seminggu setelah kejadian itu, Renjana membereskan beberapa barangnya di ruangan dokter dan ada beberapa rekan dokter lainnya yang ikut membantunya. Hari itu hari terakhir Renjana bertugas di rumah sakit itu, karena dia harus berangkat ke Canada untuk melanjutkan S2 nya. Sedikit background dari keluarga Renjana adalah, ayah Renjana adalah seorang pengusaha properti yang sangat berpengaruh di kota itu, ibunya seorang profesor ahli kimia, tepatnya di bidang obat. Kakak pertama Renjana memiliki sebuah perusahaan retail yang lumayan besar dan punya beberapa mini market, dan Renjana juga termasuk jadi dokter dengan predikat yang bagus di kalangan rekan dokter lainnya. Dia akan melanjutkan kuliah dokternya dan mungkin ddia akan bekerja di kantor cabang rumah sakit ini yang berada di Canada, sembari dia menyelesaikan kuliah S2 nya. Keadaan Renjana sangant berbanding terbalik dengan keadaan Eveleen, Eveleen yang hidup dalan ketidak beruntungan dan juga dia harus kehilangan satu-satunya orang yang penting dalam hidupnya, di tambah lagi ayah kandungnya yang tidak mau menerimanya sebagai keluarganya.

Sebelum pergi dari rumah sakit Renjana menyempatkan untuk melihat keadaan Eveleen, namun yang dia dapati ternyata Eveleen tidak pernah kembali lagi ke rumah sakit setelah malam itu. Saat Renjana meninggalkan Eveleen di malam itu, Eveleen tak lama kemudian terbangun dan langsung mengurus surat kematian ibunya dan mengeluarkan jasad ibunya dari rumah sakit dan keesokan harinya dia langsung memakamkan ibunya. Setelahnya dia tiak lagi ke rumah sakit lagi, padahal Renjana menyarankan agar Eveleen kembali lagi untuk memeriksakan kondisi tubuhnya, karena menurut diaknosis Renjana, Eveleen memiliki indikasi gizi yang buruk dan kurang nya zat besi, makanya dia ingin Eveleen kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut, takutnya ada penyakit lain yang belum dia ketahui. Namun seperti yang sudah di pastikan, kalau Eveleen tidak pernah kembali ke rumah sakit itu lagi. Renjana sempat meminta alamat Eveleen untuk membujuknya ke rumah sakit, namun sesampainya di rusun tempat Eveleen dan almarhumah ibunya tinggal, rumah itu sudah kosong. Karena Eveleen sudah meninggalkan rumah itu, dan sekarang di depan rumah itu terdapat tulisan kalau rumah itu di jual. Renjana merasa dia sudah berusaha untuk menemukan Eveleen, namun usahanya tidak membuahkan hasil, dan akhirnya dia memutuskan untuk tidak mencari Eveleen lagi, dan pergi ke Canada untuk study nya.

7 tahun berlalu, semenjak kejadian itu, Renjana masih di Canada untuk S2 nya serta sekarang dia juga bekerja di rumah sakit di Canada, dia juga berkeinginan untuk melanjutkan S3 nya di sana. Namun ibunnya menyuruhnya untuk kembali ke Indonesia dan kembali bekerja di rumah sakit sebelumnya. Hal itu di karenakan ayah Renjana yang mulai sakit-sakitan dan juga ibunya ingin Renjana segera menikah di usianya yang sudah memasuki 1/4 abad lebih itu. 

Hari itu suasana venue di tempat acara peluncuran film baru Paula White di penuhi oleh banyaknya pengemar Paula. Eveleen yang sedari tadi memperhatikan handphone nya tiba-tiba di tepuk bahunya oleh Paula.

'Ev....kamu serius banget...lihat apaan sii...??' seru Paula

'Oh...maaf aku lagi pantau roundown acara nih....' jawab Eveleen sambil menutup layar handphonenya

Paula tersenyum memandang managernya yang selalu tampak serius di setiap acara, bahkan Eveleen hampir tidak pernah mengajukan cuti libur. Kadang Paula heran dengan Eveleen yang sepertinya melarutkan dirinya dengan semua pekerjaan yang ada di kantor, bahkan sampai dia di nobatkan sebagai manager artis terbaik di setiap tahunnya. Eveleen benar-benar menenggelamkan dirinya dengan semua kerjaannya di kantor, dia sama sekali tidak memperhatikan dirinya sendiri.

'Ev....dua hari lagi ulang tahunmu kan...?' tanya Paula

'Ohhh iya kenapa emangnya kak Paula...?' tanya Eveleen sambil merapikan beberapa pakaian Paula yang tergantung di rak belakang Paula

'Aku mau kamu ambil cuti selama dua hari itu...terserah kamu mau ngapain tapi aku mau kamu take a rest your self....holidays or something gitu...aku gak mau kamu kerja dua hari kedepan....' kata Paula sambil meraih tangan Eveleen dan menggenggamnya.

Eveleen terhenyak mendengar pernyataan Paula yang menurutnya itu tidak mungkin, karena jadwal 2 hari kedepan sangatlah padat. Apa lagi setelah premier film baru Paula dia akan banyak acara off air setelahnya, dan mengambil cuti pada hari itu adalah hal yang tidak mungkin Eveleen lakukan.

'Immposible Kak....I have many things to do..premier ini kan big news banget buat kamu dan pasti akan banyak acara off air buat kamu untuk kedepannya. And it's to sally kalau aku cuti...' jawab Eveleen sambil melepas genggaman Paula dan berjalan menjauhi Paula

'Oh come on.....plisss....you can go Ev...I can tell another person to handle this, you must to take a rest...you're looks so tired Ev....' jawab Paula sambil terus menyakinkan Eveleen yang sedari tadi tetap tidak mau untuk mengambil cutinya.

'I'm sorry Kak Paula...but I must to stay with you...' tegas Eveleen

'Okay...kalau gitu aku yang bakalan mogok kerja....setelah premier ini aku bakal menghilang...I'm gone...' seru Paula sambil beranjak meninggalkan Eveleen

Eveleen yang melihatnya hanya tersenyum dan tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, karena dia tau Paula hanya menggertaknya saja. Paula walaupun lebih tua di bandingkan Eveleen namun sifat kekanak-kanakannya itu membuat Paula terlihat jauh lebih muda di bandingakan Eveleen. Semenjak ibunya meninggal, Eveleen tinggal bersama Paula White di apartemen Paula. Dan setelah Paula menikah barulah Eveleen pindah ke flat apartemen sendiri, dari uang tabungan dan juga uang tambahan dari Paula, Eveleen mampu membeli satu flat apartemen yang terbilang cukup bagus. Walaupun sudah menikah, namun Paula tetap dengan sikap manja dan kekanak-kanakan, dan itu membuat Eveleen harus 7/24 mengawasi gerak-gerik artisnya itu. Selama bertahun-tahun bersama, hanya Eveleen lah orang yang bisa Paula percaya, apalagi suami Paula sekarang yang memiliki pekerjaan sebagai seorang pengusaha yang sering sekali tugas keluar kota membuat Paula merasa kesepian, belum lagi skandal-skandal tentang orang ketiga karena suaminya sering keluar rumah dan masalah- masalah lainnya. Hal itu membuat Paula menyerahkan semua tampuk tanggung jawab kepada managernya yang tak lain Eveleen.

Setelah acara premier film baru Paula White, seperti biasa Eveleen menyiapkan makanan untuk bisa di makan Paula di dalam mobil. Namun alangkah terkejutnya Eveleen saat dia mendapati mobil kosong dan tas Paula tidak ada di dalam mobil. Eveleen yang panik langsung menelfon Paula, namun hasilnya nihil, karena Paula tidak bisa di hubungi. 

'Kak Paula.....please don't make me worry...' gumam Eveleen sambil terus menekan nomer telfon Paula

'Kak Eveleen...'teriak Rosa salah satu asisten make up Paula

'Iya kenapa Sa...?' tanya Eveleen gugup

'Ini aku nemuin post note buat kamu...kayaknya dari kak Paula...' kata Rosa sambil memberikan secarik kertas kepada Eveleen

"Hi Ev...pokoknya kamu harus cuti...kalau kamu terima tiket liburan ke Bali ini kamu berangkat...aku janji bakalan balik lagi dan melanjutkan scedulle seperti sebelumnya....with Love Paula" tulis Paula

Eveleen menghela nafas, dan dia mendapati ada tiket pesawat ke bali di balik kertas itu, lengkap dengan kode booking hotel di bali selama 3 hari 2 malam. Eveleen menggelengkan kepalanya, dan dia langsung menelfon atasannya dan mengajukan cuti saat itu juga, dan Eveleen juga langsung mengirimkan pesan lewat handphone nya kepada Paula kalau dia akan mengambil cutinya.

Keesokan harinya Eveleen membereskan beberapa barangnya di dalam apartemennya dan berangkat ke bandara sambil terus memantau kegiatan Paula lewat asisten managernya. Walaupun Paula sudah meminta dia untuk tidak mengurusnya lagi namun Eveleen tetap mengurus beberapa hal yang masih belum bisa di handle oleh asistennya. 

Setelah perjalanan beberapa jam, Eveleen sampai di Bali. Sekeluarnya dia dari bandara, tujuan pertama dia adalah pantai, karena dia sebenarnya ada janji dengan ibunya untuk pergi berlibur kepantai. Namun sebelum itu terjadi, san ibu sudah duludan meninggalkan dia untuk selama-lamanya. Eveleen cukup lama duduk di tepi pantai yang kala itu sudah mulai senja, dia menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Eveleen menutup matanya dan tanpa terasa dia meneteskan air matanya, sesibuk apapun dia selama bertahun-tahun ini, namun hatinya tidak bisa menahan kerinduan terhadap ibunya yang sudah pergi menginggalkan dia untuk selama-lamanya.

'Happy birthday Ev....' gumam Eveleen kemudian

Karena hari itu adalah hari ulang tahunnya, tidak beberapa lama kemudian handphone nya berbunyi, dan itu telfon dari Paula.

'Happy birthday Ev...aku ucapin sekarang ya, karena takut nanti malam gak sempet aku karena acaranya bisa sampai malam...' kata Paula dari seberang telfon

'Iya kak Paula...makasih ya...' jawab Eveleen diiringi senyuman

'Kamu dimana sekarang....?' tanya Paula

'Di kuta....lagi menatap langit dan pantai....' jawab Eveleen

'Good job....happy holidays my love....happy birthday and I hope you always happy....love ya...' lanjut Paula sembari menutup telfonnya.

Eveleen hanya tersenyum mendengar suara manja Paula yang selalu memanggilnya dengan sebutan My Love. Paula sudah seperti kakak sekaligus adik untuk Eveleen. Setelah puas memandang pantai dan juga langit senja itu, Eveleen melangkahkan kaki menyusuri pantai sampai ke hotel tempat dia menginap, yang jaraknya tidak jauh dari bibir pantai. Sesampainya di hotel, Eveleen langsung membersihkan dirinya danlalu dia menyantap makan malam di restoran hotel tersebut sambil terus mengerjakan proyek Paula dari laptopnya. Suasana malam yang semakin larut, membuat Eveleen berpindah dari restoran ke rootroff hotel sambil terus bergulat dengan laptopnya. Pukul menunjukkan jam 11 malam, namun suasana semakin ramai disana, lalu Eveleen melihat ada seorang laki-laki yang sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan yang lebih terlihat seperti ibunya di sana. Sayup-sayup Eveleen mendengar kalau wanita itu sedang memarahi lelaki yang berada di depannya tersebut.

'Udah gede tapi tetap di marahi sama mamanya....beruntung sekali dia masih bisa dengar omelan ibunya...' gumam Eveleen sembari meminum teh bunga chamomile di cangkir depannya.

Tak beberapa lama, perempuan tadi meninggalkan lelaki itu yang masih duduk membelakangi Eveleen. Perempuan dengan setelan baju dress yang terbilang cukup mahal karena Eveleen tahu beberapa merk band baju yang mahal, dan itu salah satu dari brand baju mahal yang di pakai oleh wanita itu. Eveleen bisa memastikan kalau wanita barusan bukanlah ibu-ibu biasa, pasti dia salah satu istri penjabat atau bahkan seorang penjabat. Belum selesai rasa keingintahuan Eveleen, dia lalu melihat lelaki yang sedari tadi memunggunginya. Lelaki itu berbalik dan berjalan mengikuti ke arah wanita tadi pergi, dan saat melewati Eveleen, lelaki itu menjatuhkan saputangan nya. Eveleen mengambil saputangan tersebut dan bergegas memanggil lelaki tadi dan menepuk bahu lelaki itu. 

Sesaat mata mereka saling bertukar pandang, dan lelaki itu adalah Renjana, lelaki yang 8 tahun lali dia temui di atap rumah sakit. Namun Eveleen tidak mengenali Renjana, karena saat itu dia dalam keadaaan tidak memungkinkan untuk mengingat seseorang. Namun berbeda dengan Renjana, dia mengingat dengan jelas siapa wanita yang sekarang seddang berdiri di depannya. Matanya menatap penuh dengan pertanyaan dan juga dengan senyum kelegaan, karena wanita yang dahulu dia cari sekarang ada di hadapannya.

'Ini milik anada terjatuh tadi disana...' kata Eveleen seraya menyerahkan saputangan berwarna merah maroon di kombinasi dengan corak hitam di pinggirannya.

Renjana masih menatap takjub dengan apa yang sekarang dia lihat, wanita dengan mata coklat yang terlihat sayu namun masih ayu untuk di pandang. Raut wajah Eveleen yang lebih terlihat dewasa dibandingkan dengan 8 tahun lalu serta rambut yang sekarang sudah tertata rapi dan tidak lagi basah akibat air hujan membuat Eveleen makin terlihat cantik di mata Renjana.

'Oh...iya terima kasih...' sahut Renjana sambil mengambil saputangannya dari tangan Eveleen 'Ini punya mamaku....' lanjutnya kemudian

'Oh begitu...baiklah kalau begitu, saya permisi...' kata Eveleen sambil beranjak meninggalkan Renjana

'Tunggu...' cegah Renjana

Eveleen menoleh kearah Renjana yang sekarang sedang berjalan mendekatinya, dan semakin dekat sampai hanya berjarak 10cm dari tubuh Eveleen. Dan hal itu membuat Eveleen sedikit memundurkan badannya dan memandang penuh curiga kepada Renjana.

'Namaku Renjana...' kata Renjana kemudian sambil mengadahkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Eveleen

Dengan menahan kecurigaan, Eveleen menjabat tangan Renjana diiringi senyum terpaksanya.

'Eveleen...' jawabnya kemudian

'Mungkin kamu gak ingat aku, tetapi kita pernah bertemu 8 tahun yang lalu...' Kata Renjana kemudian yang membuat mata Eveleen terbelak mendengarnya.

Renjana tersenyum senang dan wajahnya yang mirip dengan artis hongkong Jimmy Lin itu membuat Eveleen semakin bertanya-tanya.

'Senang bertemu denganmu lagi Ev...dan aku cukup bahagia karena tahu kalau kamu baik-baik saja...nice to see you again...' kata Renjana diiringi senyum terbaiknya yang membuat degup jangtung Eveleen meningkat drastis.

Setelah pertemuan malam itu, Eveleen dan Renjana berjanji untuk bertemu lagi di keesokan harinya di tempat yang sama seperti malam kemarin. Sekitar pukul 12 siang Eveleen duduk di sebuah kursi yang berada di restoran hotel tempat dia menginap. Dan beberapa menit kemudian terlihat Renjana yang berjalan mendekatinya dengan style cassual berwarna cokelat kombinasi putih. Renjana melemparkan senyum terbaiknya untuk Eveleen yang sedari tadi terus memandang kagum dengan penampilan Renjana hari itu.

'Hai...sorry tadi masih anter mama ke airport buat balik ke kerumah, jadi agak siang aku ketemu sama kamu...' kata Renjana sembari duduk di depan Eveleen yang masih terpaku dengan penampilan Renjana yang sederhana namun terlihat sangat mempesona.

'Oh..iya tidak apa-apa kok...' Jawab Eveleen sambil meminum air di depannya karena tenggorokannya terasa kering secara tiba-tiba

'Kamu udah pesan makan...?' tanya Renjana yang lalu di sahut oleh gelengan kepala Eveleen 

'Oke kalau gitu kita pesan makan dulu ya....nih...laddies first..' kata Renjana sambil memberikan buku menu ke Eveleen yang sedari tadi tidak melepaskan pandangannya pada Renjana

Setelah memesan beberapa makanan, mereka berdua menikmati makan siang kala itu dengan di temani sepoi-sepoi angin dari pantai serta alunan musik dari dalam restoran.

'Aku mau tanya sesuatu sama kamu...' kata Eveleen tiba-tiba sembari meletakkan sendok makannya

Renjana menatap Eveleen dan diapun menaruh alat makannya dan melipat kedua tangannya di meja makan seolah ingin mendengar dengan seksama pertanyaan Eveleen.

'Apa dulu aku meminta kamu untuk jadi model di agensiku...??' tanya Eveleen kemudian

Pertanyaan Eveleen itu membuat Renjana tersenyum menanggapinya, dia lalu mengusap bibirnya dengan tissue sebelum menjawab pertanyaan dari Eveleen. Renjana memandang kedua mata Eveleen yang tampak sangat penasaran dengan bagaimana mereka berdua bertemu dahulu, tepatnya 8 tahun yang lalu.

'Apa aku terlihat seperti model...?' tanya Renjana balik

'Hemmm...apa kamu gak punya cermin di rumah....???di sini banyak cermin, tentu siapaun yang melihatmu akan berfikir kalau kamu ini seorang model atau artis...' jawab Eveleen sembari memotong makanan di piring dan melahapnya kemudian

'Kamu benar-benar tidak mengingatku waktu itu...' gumam Renjana sembari menyandarkan tubuhnya ke kursi tempat dia duduk dan menyilangkan tangan nya sembari menatap Eveleen yang masih makan

'Hah...kamu bilang apa barusan..?' tanya Eveleen sambil memandang Renjana yang menjauh dari meja makan dan memilih bersandar di kursinya.

Renjana kembali melipat tangannya di meja dan memandang Eveleen dengan tatapan penuh kasih sayang, lalu dia mengambil tissue dan mengusap bibir Eveleen yang belepotan karena makanan yang dia makan.

'Aku gak akan jawab pertanyaan aku itu dengan mudah sampai kamu ingat aku dulu...' kata Renjana kemudian

Eveleen merasakan ledakan di jantungnya yang selama ini belum pernah dia rasakan, karena selama ini dia cukup di sibukan dengan pekerjaan dan dia sama sekali tidak pernah terlihat menjalin hubungan asmara. Karena luka masa kecilnya, trauma dengan kehidupa ibunya, serta perlakuan kasar ayahnya yang membuat Eveleen kesusahan untuk mempercayai seseorang apalagi laki-laki. Namun bukan berarti dia tidak pernah berpacaran sebelumnya, dia hanya memilih menyibukkan diri setelah kematian ibunya dan memilih untuk mengesampingkan percintaan. Namun Renjana datang seperti fatamorgana di tengah gurun pasir, Eveleen ingin mempercayai itu namun dia takut kalau dia mendekat fatamorgana itu akan menghilang.

1 bulan berlalu, hubungan Renjana dan Eveleen baik-baik saja, Eveleen juga sudah tahu kalau Renjana adalah seorang dokter di salah satu rumah sakit di kotanya. Baik Eveleen dan Renjana cukup intens untuk saling memberikan kabar satu sama lain, hubungan mereka ini terlihat seperti teman yang terlihat sangat dekat, tanpa status yang jelas, karena keduanya masih saling memendam rasa satu sama lain. Hal ini karena Eveleen yang masih belum tahu dimana mereka bertemu 8 tahun yang lalu, dan misteri apa yang membuat Renjana tidak mau bercerita bagaimana cara mereka berdua bertemu 8 tahun yang lalu.

'Sampai saat ini kamu belum tahu dimana kamu bertemu sama dokter itu...?' tanya Paula sambil membenarkan lipstiknya di depan cermin

'Iya kak...enatahlaah...sekeras apapun aku mengingat, tapi rasanya aku tidak bisa mengingatnya...' jawab Eveleen sedih

'Coba kamu cari di file foto-foto kamu, kali aja ada nyempil foto dokter Ren disana...' kata Paula lagi

Eveleen hanya membalas dengan gelengan, dan di ikuti dengan wajah cemberut Paula karena dia merasa Eveleen sudah berputus asa dengan perasaannya terhadap Renjana. Tidak lama kemudian, Paula mengeluh sakit perut dan parahnya harus di larikan di rumah sakit. Eveleen yang mendampinginya terlihat sangat ketakutan dan dia juga terlihat beberapa kali berusaha menghubungi suami Paula, namun nihilnya dia masih belum mendapatkan jawaban dari suami artinya itu. Setibanya di ruamh sakit, Paula langsung dilarikan ke ruang ICU dan mendapat perawatan intens disana. Tidak beberapa lama kemudian beberapa orang dari agensi datang untuk membantu Eveleen mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan Paula. Karena pastinya banyak media dan massa mengurumungi rumah sakit karena artis sekalas Paula yang mendadak sakit dan di rawat di ICU, ini merupakan berita besar untuk sebagian media masa. Makanya banya beberapa pengacara dari PH tempat Eveleen bekerja mendampingi Eveleen untuk memudahkan proses pemulihan Paula tanpa harus berhubungan dengan media secara langsung.

Paula sudah berada di kamar inap, dan ada beberapa saudara Paula yang datang, mereka menyuruh Eveleen untuk beristirahat sebentar supaya tidak kelelahan. Lalu Eveleen meninggalkan kamar Paula dan berpesan kepada salah satu assiten nya untuk mengabarinya jika terjadi sesuatu pada Paula. 

Eveleen berjalan mennyusuri koridor rumah sakit, dan dia tiba-tiba teringat dengan kejadian saat dia berjalan di sana dengan pakaian yang basah kuyup serta rasa sesak di dada karena kehilangan ibunya. Lalu kemudiaan Eveleen merasakan sesak di dadanya dan dia memutuskan untuk ke atap rumah sakit, hanya untuk mencari udara segar, karena rasa trauma akibat masuk rumah sakit masih bisa di rasakannya saat itu. Sesampainya di atap, Eveleen memandang lampu-lampu dari gedung seberang serta dari beberapa bintang di langit malam itu membuat dia kembali teringat kalau dia pernah berdiri disana sebelumnya, itu membuat Eveleen merasakan dejavu.

'Are you oke Ev....?' tanya Renjana sambil membawakan selimut rumah sakit dan menutup bahu Eveleen dengan selimut itu

Eveleen spontan memandang ke arah Renjana yang membuat wajah mereka bertemu dan hanya berjarak 2cm saja. Itu membuat Eveleen relfek menjauh dari tubuh Renjana, dan dengan sigap Renjana memegang pinggang Eveleen karena tubuh Eveleen hampir saja terjatuh karena kaget dan reflek menghindar yang Eveleen lakukan.

'It's oke I got you....' kata Renjana kemudian

Seketika Eveleen mulai menata kembali memori dia yang ada di kepalanya, memori dimana dia tidak mau mengingat saat-saat sedih itu. Ingatan dia akan 8 tahun lalu di atas gedung rumah sakit itu kembali Eveleen dapatkan, dia mulai mengingat kalau lelaki yang ada di depannya saat ini pernah ada di tempat ini juga 8 tahun yang lalu. Dan itu memang benar, Renjana pernah menemani Eveleen disana saat Eveleen dalam masa-masa sedihnya kala itu. Mata Eveleen mulai berair dan Renjana yang mengetahui nya lalu memeluk Eveleen dengan sangan hangat, lalu Eveleen menumpahkan air matanya di pelukan Renjana saat itu juga. Setelah Eveleen cukup tenang, Renjana memberikan secangkir teh hangat dan memberikannya ke tangan Eveleen sama seperti 8 tahun yang lalu.

"Aku pernah mendapatkan teh ini 8 tahun yang lalu...' kata Eveleen yang membuat Renjana terperanjat karena Renjana tidak menyangka kalau Eveleen sudah mengingat kejadian 8 tahun yang lalu.

'Kamu ingat itu Ev...?' tanya Renjana memastikan kepada Eveleen dan diikuti anggukan Eveleen

Renjana tersenyum dan merapikan selimut di punggung Eveleen serta membuat Eveleen sedikit merasakan kehangatan lewat sentuhan sederhana itu. 

'Maaf aku tidak mengenalimu dengan cepat....' kata Eveleen setelah meneguk teh hangat dari Renjana tadi

'Tidak apa-apa...aku tahu mungkin saat itu kamu tidak ingin mengingat kejadian itu, makanya kamu tidak mengingatku...' jawab Renjana kemudian

'Seharusnya aku tidak melupakanmu, karena kamu satu-satunya orang yang memperhatikan aku saat itu...' kata Eveleen sambil menatap kedua mata Renjana yang saat itu sedang memakai kacamata minusnya

'Kamu sudah jauh lebih baik lagi sekarang Ev di banding dahulu....aku terus mengikuti mu saat itu karena khawatir kamu akan ikut pergi bersama ibumu, makanya aku berusaha menemani mu walaupun hanya sebagai bayangan yang tidak kamu sadari...' kata Renjana kemudian

Eveleen tersenyum mendengar perkataan Renjana, dan itu membuat hatinya meleleh dibuatnya, hanya hal sederhana namun bisa menghangatkan gunung es di hati Eveleen. Fatamorgana yang selama ini dia lihat di dalam mata Renjana berubah menjadi tujuan akhir dari perjalanannya. Entah mengapa Eveleen merasa kalau dia bisa mempercayai lelaki yang saat ini sudah memenuhi hatinya.

'Terima kasih Ren...kamu menemaniku saat itu...dan hari ini juga....terima kasih kamu masih tetap menemani ku di sini....' kata Eveleen di sertai senyuman hangatnya, ini kali pertama Eveleen tersenyum hangat kepada Renjana.

Renjana membalasnya dengan senyuman juga dan di sertai anggukan kecil dari Renjana, Eveleen sedikit tenang saat melihatnya karena jujur sedari tadi dia khawatir dengan keadaan Paula serta banyaknya media yang meliput yang membuat Eveleen sesak nafas ditambah trauma akan kehilangan ibunya yang kambuh saat memasuki lorong rumah sakit membuat Eveleen semakin kacau. Namun Renjana datang dan membuat semua seolah kembali normal lagi, mungkin ini hanya suggesti dari fikiran Eveleen, akan tetapi saat ini hanya itu yang ingin Eveleen percayai untuk mengembalikan kesadarannya kembali.

'Aku bisa menemanimu seterusnya kalau kamu mau....' Kata Renjana lagi sambil memalingkan wajahnya dari Eveleen

'Apa...?? apa kamu bilang Ren...?' tanya Eveleen lagi

Renjana menghela nafas dan kembali menatap wanita yang membuat dia selalu tidak tenang dan ingin melindungi gadis mungil di depannya itu. Renjana mentap dalam kedalam mata Eveleen lalu dia tersenyum sambil berkata..

'Aku bisa menemanimu selamanya kalau kamu mau...' kata Renjana dengan jelas dan membuat Eveleen tersipu

'Menemaniku dimana....?' tanya Eveleen balik di sertai senyuman nakal

'Wherever you like...I can stay with you....' jawab Renjana mantap

Eveleen tersenyum dan memalingkan wajahnya, karena dia tidak ingin Renjana tahu kalau sekarang pipinya berubah sangat merah melebihi merahnya buah ceri. Lalu saat kembali menatap Renjana dia mendapati wajah Renjana yang terlihat sangat serius menatapnya.

'Aku serius Ev....' kata Renjana dengan mode serius nya

Lalu Eveleen memeluk Renjana dengan hangat dang berbisik di telinganya...

'I know....I will be with you as best I can....' bisik Eveleen

Renjana lalu memeluk Eveleen dengan sangat hangat dan dia melambungkan senyumannya, Renjana sangat tenang saat itu dia bisa mendapatkan wanita yang selama ini membuatnya selalu kepikiran dan ingin selalu berada di sampingnya. Malam itu Renjana dan Eveleen resmi berpacaran, mereka juga menyempatkan kencan di sela-sela penyembuhan Paula. 

Untuk Paula sendiri dia di diaknosis mengalami maag akut, karena jadwal yang sangat padat serta makan Paula yang tidak terkontrol. Padahal Eveleen sangat menjaga pola makan Paula, namun Paula yang bandel kadang tanpa sepengetahuan Eveleen melakukan cheatting day yang berlebihan sehingga membuat dia terkena maag. Namun kondisinya sudah berangsur-angsur membaik, dia juga semakin baik saat mengetahui manager kesayangannya sudah memiliki kekasih. 

Hari itu Renjana dan juga Eveleen berjani untuk makan malam bersama, dan Renjana sudah menyiapkan venue untuk melamar Eveleen, sekalian dia memberi tahu ibunya tentang hubungannya dengan Eveleen. Ibu Renjana tidak mempermasalahkan hal itu, dia justru sangat senang anaknya mendapatkan wanita yang dia sukai, sebenarnya waktu di bali itu sang ibu ingin menjodohkan Renjana dengan salah satu putri temannya, namun Renjana menolak dan membuat ibunya sedikit marah. Namun sekarang setelah Renjana menceritakan semua tentang Eveleen, sang ibu memahami anaknya dan menyerahkan semua keputusan kepada Renjana, karena Renjana sudah dewasa dan dia juga memilih untuk hidupnya kelak, makanya baik ayah dan ibunya tidak mempermasalahkan Eveleen dengan background nya, dia hanya ingin Renjana hidup bahagia dengan pilihannya sendiri. Hal yang jarang di temui saat ini, saat orang tua lebih mengutamakan piluhan anaknya daripada memaksakan kehendaknya.

Saat sampai di restoran yang sudah di pesan oleh Renjana, Eveleen di kejutkan dengan beberapa ornamen bunga kesukaannya serta lagu-lagu favorit dari Eveleen yang sudah terdengar menggema di area restoran. Renjana datang dengan senyuman menyambut Eveleen dan memeluk erat kekasihnya itu, dia seolah tidak memperhatikan keadaan sekitarnya dan beberapa orang ikut mengabadikan moment bahagia itu. 

'Ada apa ini...? bukannya kita hanya makan malam..?' tanya Eveleen disertai rasa curiga karena penyambutan tidak biasanya itu

Renjana melepas pelukannya, dan mulai bersimpuh di depan Eveleen. Dia mengeluarkan kotak berwarna coklat dan berisi sebuah cincin lengkap dengan mata berlian kecil, simpel namun berkelas, itulah penampakan sekilas cincin dari kotak mungil itu.

'Will you marry me Ev....?' tanya Renjana diikuti sorakkan beberapa pengunjung di restoran tersebut

Eveleen tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, dia juga tersipu dengan perlakuan kekasihnya itu, dia juga sedikit malu karena banyak dilihat oleh orang-orang. Namun di balik semua itu, dia sangat yakin dengan kekasihnya, makanya dengan cepat Eveleen menjawab lamaran Renjana.

'Yes...I will Ren...' jawab Eveleen

Renjana memasangkan cincin itu di jari manis Eveleen dan di sertai sorakan bahagia dan ucapan selamat dari semua pengunjung restoran. Beberapa orang juga mengabadikan moment-moment bahagia itu dan itu membuat suasana malam itu semakin terlihat bahagia. Eveleen dan juga Renjana duduk di meja yang sudah mereka pesan, sambil menikmati makan malam romantisnya Eveleen selalu mamandang cincin dari Renjana.

'Kamu suka cincinnya...?' tanya Renjana sambil memegang tangan Eveleen

'Emm...' jawab Eveleen dengan anggukan kecilnya

'Thanks God....besok mama sama papaku minta untuk makan malam sama kamu sekalian kita bahas tanggal pernikahan kita...' kata Renjana lagi

'Secepat ini...besok...???' kata Eveleen kaget

'Kenapa...? lebih cepat lebih baik Ev...mama juga penasaran sama kamu, dia ingin ketemu langsung sama kamu, bukan lewat telfon lagi...' kata Renjana lagi

Saat Eveleen dan juga Renjana masih menikmati makan malam mereka, tiba-tiba datang seorang perempuan paruh baya yang sekonyong-konyong langsung menyiram Eveleen dengan air. Eveleen tampak shock dengan kejadian itu, dan Renjana yaang melihatnya langsung menutupi tubuh Eveleen yang basah terkena siraman air dari perempuan tadi.

'Anda siapa...??apa yang anda lakukan...!' seru Renjana sambil memeluk tubuh Eveleen dengan erat

'Dasar kamu anak tidak tahu di untung...kamu hanya anak haram dari seorang artis saja kelakuanmu sok..' seru wanita tadi dengan telunjuk yang nemunjuk-nunjuk ke arah Eveleen

Beberapa pengunjung mulai memperhatikan kejadian tersebut, moment bahagia beberapa menit yang lalu langsung berubah drastis saat kedatangan wanita itu.

'Apa  maksud anda...?' tanya Eveleen dengan penuh tanda tanya

'Bukankah kemarin aku sudah bilang untuk sediakan uang pengobatan ayahmu, dan persiapkan dirimu untuk operasi transplantasi ginjal, kenapa kamu mengabaikan aku dan sekarang kamu malah enak-enakan makan di sini. Ingat...kamu bisa jadi seperti ini karena uang dari ayahmu, kamu seharusnya sekarang membayar semua uang yang telah ayahmu keluarkan untukmu... ' Jelas wanita yang memiliki rambut ikal sebahu itu dengan dandanan menor ala ibu-ibu yang ada di ibu kota lengkap dengan baju yang lumayan mencolok mata.

Eveleen terdiam...dia menatam wanita itu dengan tajam, lalu dia berjalan mendekati wanita itu dengan pandangan super dingin, seakan ingin menelan wanita itu utuh. Wanita yang tadi meninggikan suara serta mengacak pinggang di depan Eveleen mendadak berjalan mundur selangkah demi selangkah saat Eveleen mendekatinya.

'Anda yakin dia ayahku...?' bisik Eveleen di dekat wanita tersebut

Kejadian itu membuat beberapa pengunjung mengabadikan moment itu, Renjana juga terlihat sangat khawatir dengan Eveleen. Mata wanita itu mendadak terbelak mendengar pertanyaan wanita itu. Dengan spontan Eveleen mencabut beberpa helai rambutnya dan menyerahkan kepada wanita tersebut.

'Silahkan lakukan pemeriksaan DNA, jika memang aku adalah putrinya, biarkan aku memberikan seluruh ginjalku kepadanya....' kata Eveleen dengan suara yang lantang

Hal itu membuat Renjana memeluk kekasihnya itu dari belakang dan berusaha menenangkan Eveleen yang tubuhnya bergetar karena dia sedang berusaha menahan amarhnya. Wanita yang tadi memakinya mendadak jadi membisu saat Eveleen mencabut rambut dan memberikan kepadanya, dia tidak menyangka Eveleen melakukan hal tersebut.

'Dia bukan ayahku...walaupun dulu aku sempat berfikir dia ayahku, namun pada akhirnya aku tahu ayahku bukanlah dia....kalau anda masih menyangka aku putrinya silahkan melakukan pemeriksaan DNA, sekalian tunangan saya juga seorang dokter, anda bisa melakukan di rumah sakit tempat tunangan saya bekerja...' kata Eveleen kemudian

'Ev...tenanglah...' kata Renjana lirih

Wanita tadi tidak berkutik, dan banyak mata yang menyalahkan perbuatan wanita tersebut yang datang tiba-tiba tanpa memeriksa faktanya dahulu. Beberapa security restoran juga mendatangi tempat tersebut dan menyuruh beberapa pengunjung agar tenang dan kembali ke tempat duduk masing-masing, para security juga mengawal wanita separuh baya tadi untuk meninggalkan ruangan tersebut. Manager restoran juga ikut membantu Renjana membersihkan beberapa kekacauan di mejanya. Eveleen tampak terpukul itu duduk terpaku di kursinya, dan Renjana lalu memapahnya untuk keluar restoran dan masuk kedalam mobil. Manager restoran meminta maaf atas apa yang sedang terjaddi barusan, mereka juga tidak menyangka hal tersebut akan terjadi di restoran mereka. Namun Renjana tidak mempermasalahkannya, dia lebih mengkhawatirkan keadaan Eveleen, makanya Renjana memutuskan untuk membawa Eveleen pulang.

Di perjalanan, handohonne Eveleen terus berbunyi, ada beberapa panggilan dari Paula dan juga beberapa petinggi kantor PH nya. Handphone Renjana juga tidak kalah ramainya, banyak telfon dari ibunya serta kakaknya, kejadian di restoran itu cepat sekali terkuak, bahkan nama aktor yang menjadi ayah Eveleen pun ikut tersorot, itu membuat Eveleen semakin merasa hancur, saat dia mulai kembali mengatur keping-kepingan hidupnya yang mulai rapi, wanita tadi seperti angin yang dengan mudah menghanncurkannya lagi.

Sesampainya di apartemen Eveleen disana sudah di penuhi media masa, para wartawan mengerumuni lobi apartemen Eveleen. Identitas Eveleen yang seorang manager artis ternama membuat dia cepat sekali di kenali, makanya Eveleen tidak bisa memasuki apartemennya. Dengan segera Renjana membawa Eveleen ke apartemennya, yang jaraknya lumayan jauh dari apartemen Eveleen, dengan harapan mereka tidak di kejar oleh wartawan lagi. Sesampainya di apartemen Renjana, Eveleen duduk di salah satu kursi dekat jendela kaca bersar yang menghadap ke salah satu papan iklan di sebuah gedung samping apartemen. Di papan itu terpampang iklan dengan brand ambasadornya Paula White. Air mata mulai menjatuhi pipi Eveleen, dia merasa hidupnya susah sekali menemukan ketenangan. Setelah dia mendapatkan ketenangan dan cinta dari lelaki yang benar-benar dia sayangi, sekarang dia mendapati dirinya kkembali terseret arus kejam dunia lagi.

'Ev...ini minumlah dulu biar hangat badan kamu...terus ini ada baju aku siii, karena aku gak punya paju cewek jadi sementara kamu pakai bajuku dulu ya, biar bajumu ini aku keringkan...' kata Renjana sambil memberikan segelas madu hangat untuk Eveleen, dia khawatir Eveleen sakit karena badannya kedinginan.

Eveleen hanya memandang Renjana dan menghapus air mata di pipinya, Eveleen beranjak dari kursinya dan berjalan mendekati Renjana lalu mengambil gelas di tangan Renjana dan meminumnya sekaligus.

'Be carefull Ev...ini masih panas...' kata Renjana sambil memgang pipi Eveleen

'Apa kamu takut sama aku...?' tanya Eveleen dengan suara paraunya

'Apa maksud kamu...??'

'Aku bukan wanita yang biasa...aku bahkan bisa meminum air panas ini dengan mudah, aku juga bisa marah-marah dalam hitungan detik dan seketika berubah jadi bahagia juga...aku gak normal Ren...apa kamu gak takut sama aku...? apa keluarga kamu mau menerima aku yang seperti ini?? aku yakin orang tua mu akan melarangmu bersamaku setelah ini....' kata Eveleen panjang lebar.

Renjana menghela nafas dan membelai mesrah rambut kekasihnya itu, dia tahu saat ini Eveleen masih sangat terguncang dengan kejadian barusan, serta pemberitaan media yang simpang siur itu membuat keruh suasana.

'Kamu pikir aku juga pria yang normal Ev...?' kata Renjana kemudian

Kata-kata dari Renjana itu membuat Eveleen mengernyitkan dahinya, dia mulai tidak bisa menangkap apa yang ingin Renjana sampaikan.

'Setiap manusia punya sisi gelapnya masing-masing Ev...tidak ada namanya manusia yang sempurna di dunia ini, aku meminta kamu untuk bersamaku bukan karena kamu sempurna atau aku yang sempurna, tetapi karena aku butuh kamu untuk melengkapi aku yang tidak sempurna ini, untuk menjadi normal seseorang harus bersama dengan orang lain agar mereka bisa melengkapi satu sama lain.' jelas Renjana.

Eveleen menutup matanya dan air matanya mulai jatuh lagi, dan kali ini Renjana menghapusnya lalu mengecup kening Eveleen dan memeluknya kemudian.

'Lalu bagaimana dengan orang tuamu...??' tanya Eveleen

'Aku akan bicara dengan mereka besok, biar aku dulu yang menghadapinya, tapi aku pastikan aku tidak akan melepaskanmu Ev...' jelas Renjana menenangkan Eveleen

Malam itu adalah malam terberat untuk Eveleen, namun karena ada Renjana di sisinya dia sedikit lebih tenang dan bisa menghadapi kejadian hari ini. Keesokan paginya Renjana sedang menyiapan sarapan sambil terus berbicara dengan ibunya di telfon, Eveleen yang baru keluar dari kamar mandi langsung duduk di kursi meja makan dan mengamati Renjana yang sedari tadi mondar mandir sambil menyiapkan sarapan untuknya. Beberapa menit kemudian dia mematikan telfonnya dan menemani Eveleen makan di meja makan.

'Bagaimana dengan mama mu...?' tanya Eveleen di tengah-tengah sarapan mereka

Renjana menghentikan makannya dan melipat kedua tangannya di meja, dia juga membenarkan kacamatanya dan mulai memandang Eveleen dengan serius.

Minggu, 13 November 2022

CERPEN 2022

 Kakak


Pagi ini masih seperti biasanya, kebisingan di dapur pada pagi hari adalah hal yang lumrah di keluarga Myka. Myka adalah seorang wanita yang sudah menginjak kepala 3, di dalam kehidupannya dia selalu mengedepankan keluarganya. Dia putri pertama, cucu pertama dan juga keponakan pertama di keluarganya, tidak usah di tanya bagaimana beban dia sebagai penyandang kata 'Pertama'. Dia memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk semua harapan kedua orang tuanya, dia juga diharuskan memiliki sikap yang baik untuk menjadi contoh kedua adiknya. Myka sendiri sebenarnya tidak memilih untuk dilahirkan seperti ini, namun dia tidak memiliki keputusan akan hal itu, Tuhan sudah memberikan garis hidup Myka seperti itu. Myka memiliki dua adik, dan keduanya berjenis kelamin lelaki, Myka satu-satunya wanita di keluarganya. Adik pertama Myka bernama Miko dan yang kedua bernama Mono, Myka dan Miko berselisih 5 tahun, sedangkan dengan Mono selisih Myka 9 tahun. Jarak yang lumayan jauh, dan itu juga yang mempengaruhi ikatan persaudaraan mereka.

Myka dari kecil di tuntut untuk memnuhi harapan kedua orang tuanya, dengan cara, Myka harus bisa masuk sekolah yang kedua orang tuanya inginkan, Myka harus bersikap sesuai dengan yang orang tuanya mau, Myka juga di tuntut tidak boleh mengeluh dengan apapun yang kedua orang tuanya berikan kepadanya. Myka lulus dari sekolah yang kedua orang tuanya mau, dan saat ingin bekerjapun, Myka harus menuruti saran kedua orang tuanya, untuk bekerja di tempat yang sudah di sediakan oleh orang tuanya. Tidak cukup sampai di situ, Myka harus senantiasa memenuhi keinginan orang tuanya, seperti dapat gaji yang cukup, kehidupan yang baik sehingga bisa buat ajang gengsi ke teman-teman kedua orang tuanya, serta keluarga besar, dan masih banyak tuntutan lainnya seolah tidak pernah berakhir, dan ini nampak seperti kedua orang tua Myka tidak puas dengan semua yang telah Myka lalui.

Di usianya yang sudah kepala 3 ini, kedua orang tuanya menuntutnya untuk menikah, padahal dulu Myka waktu punya pacar, dia sama sekali tidak di perbolehkan. Setiap ada pria yang datang kerumah sebagai pacarnya, sikap kedua orang tuanya sangat dingin dan terkesan acuh tak acuh terhadap hubungan Myka dan pria tersebut. Namun sekarang saat Myka sudah lelah dan sangat sulit untuk membuka hari kepada pria lain, dia di tuntut untuk menikah. Begitulah kehidupan, manusia selalu tidak pernah puas dengan apa yang mereka dapatkan di dalam hidupnya, padahal semua hal yang terjadi kepadanya adalah anugrah dari Tuhan yang harusnya di syukuri.

'Myka...jangan ambil telurnya itu untuk adik kamu, kamu makan sama ini saja...' kata ibu Myka sambil menyodorkan lauk berupa tempe dan juga tahu yang sebenarnya sudah dari kemarin di goreng tetapi belum ada yang makan.

Sebagai seorang kakak terkadang Myka harus mengalah untuk makanan, dan sebenarnya bukan hanya makanan, Myka juga harus mengalah dalam banyak hal di hidupnya. Bahkan untuk mimpinya pun dia harus melepaskannya, dia harus tetap terlihat tegar dan baik-baik saja walaupun tubuhnya penuh luka yang hanya Myka sendiri yang tahu.

'Iya ma...Myka cuma mau geser tempat telurnya kok, bukan untuk makan telurnya...' jawab Myka sembari menahan sakit di hatinya dan tetap dengan senyuman.

Perlakuan orang tuanya ke Myka memang seperti itu dari dulu, jika Myka yang meminta sesuatu, butuh waktu panjang untuk mengabulkannya, namun jika untuk kedua adiknya hanya beberapa jam saja sudah bisa terwujud. Sebenarnya keluaga Myka bukan tergolong keluarga yang kaya raya, namun kedua orang tua Myka selalu berusaha memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Myka selalu berfikir kalau orang tuanya memperlakukan nya seperti itu karena orang tuanya paham, Myka anak yang sangat kuat dan dia bisa di andalkan, makanya semua tanggung jawab di serahkan pada Myka, sehingga kedua adiknya begitu di manja oleh kedua orang tuanya.

Myka sekarang hanya bekerja sebagai penjaga toko kelontong, dia sebenarnya dulu bekerja di kota besar sebagai akuntan, namun dia harus kembali kedesa untuk merawat ibunya yang jatuh sakit. Karena itu dia memutuskan untuk membuka toko dan bekerja sebagai pedagang dengan penghasilan yang tidak tetap sembari menjaga kedua orang tuanya. Namun hal itu adalah sebuah kegagalan besar di mata kedua orang tuanya, apalagi Myka belum kunjung menikah juga, dia bagaikan sebuah coretan hitam di keluarganya. Adik kedua Myka baru lulus kuliah dan sekarang bekerja jadi seorang freelance fotografer dan merintis bisnis percetakan bersama temannya, sedangkan adik keduanya masih kuliah, baru masuk kuliah.

'Kak..aku pinjem motor ya....' kata Miko

'Memangnya mobil kamu kenapa...?' tanya Myka

'Lagi gak ada bensin, belum punya uang aku, malu mau minta mama...udah pake sepeda kakak aja, lagian kakak gak kemana-mana kan...?' jelas Miko

'Iya gak apa-apa, memangnya kamu mau kemana sih...?' tanya Myka lagi

'Udahlah gak usah banyak nanya kak, cerewet banget sih...!!' seru Miko sambil menyambar kunci motor di meja dan berlalu begitu saja.

Myka yang mendengarnya hanya menghea nafas dan dia kembali mengerjakan pekerjaannya. Sedari dulu sikap Miko memang terlihat kasar, bukan hanya pada Myka saja namun pada kedua orang tuanya juga begitu, namun anehnya Miko paling disayang. Mungkin efek dari perhatian yang berlebihan itu membuat Miko bertindak seenaknya saja dan juga tidak pernah bersikap selayaknya adik kepada kakaknya.

'Kak..Mono lapar, mau pesen makanan di ojol ni....bagi uang dong...' kata Mono sambil menadahkan kedua tangannya di hadapan Myka.

'Mau pesen apa No..?' tanya Myka sambil membuka dompetnya

'Kayak biasanya aja kak...minta gocap ya....' kata Mono lagi

Myka tersenyum, lalu dia mengambil uang dari dalam dompetnya, dan itu merupakan lembar terakhir yang ada di dompetnya. Dia menyerahkan lembar lima puluh ribuan ke adiknya, dan tersenyum kepada adiknya yang sedari tadi menunggu dia menyerahkan uangnya. Mono memang sangat dekat dengan Myka, dibanding Miko, Mono lebih sayang ke Myka, namun karena masih sekolah dia sering meminta uang ke Myka, karena kalau ke ibunya dia akan kena omelan dulu sebelum dikasih uang. Walaupun uangnya menipis, tapi Myka yakin Allah masih memberikan dia rejeki dari pintu lainnya, dari hal yang tidak terduga.

'Myka...Myka...sekali aja kamu jadi orang jahat gitu gak bisa kah...?' kata Rulli sahabat Myka dari seberang telfon

'Kamu ini ngomong apa si Li...' sahut Myka sambil membereskan beberapa baju yang tersebar di penjuru rumah.

'Hah....udah kamu pergi aja dari rumah kenapa sih, nyari kerja di kota lagi gitu kayak dulu atau keluar negeri sekalian, kan kamu pengen jadi pelukis tuh...gambaran kamu juga bagus, nyoba nglamar jadi designer gitu gak bisa kah...?' kata Rulli

'Aku sudah lama gak gambar Li, tangan aku juga kaku, lagian biaya juga gak ada, gimana aku mau ke luar negeri lagi, keluar kota aja gak bisa hehehe...' jawab Myka sembari tertawa kecil

'Aku heran sama kedua orang tua kamu itu...masak semua kesuksesan harus dilihat dari materi sih...padahal kamu gak gila aja menghadapi keluarga kamu yang out of the box itu adalah kesuksesan yang besar lho...' kata Rulli lagi dengan sedikit geram

'Bukankah semua orang tua juga begitu Li...??? di dunia ini mana ada orang tua yang mau anaknya gak berhasil, gak sukses kan gak ada....tapi memang cara mereka beda-beda, cara pandang mereka juga beda, mungkin salah satunya orang tuanku yang memandang suksenya anaknya itu menikah dan punya uang banyak....begitu...' jawab Myka bijak

'Myka...apa kamu gak capek...?' tanya Rulli

Pertanyaan Rulli itu membuat Myka menghentikan aktivitasnya, dia tertunduk sambil terus memegang gagang telfon nya. Myka lalu berjalan mendekati jendela rumahnya yang langsung menghadap ke ladang belakang rumahnya. Disana dia melihat kedua orang tuanya sedang memanen singkong dan juga beberapa buah-buahan. Myka tersenyum simpul saat melihat senyum di wajah kedua orang tuanya, dia berkaca-kaca melihat kebahagiaan orang tuanya.

'Capek Li....namun aku berdoa semoga rasa capekku ini akan menjadi legaku di kemudian hari...' jawab Myka kemudian.

Myka sangat menyayangi keluarganya, dia berusaha memenuhi target kedua orang tuanya, namun kadang apa yang dia lakukan tidak terlihat. Sama seperti pepatah, kebaikan 1.000 akan kalah dengan 1 keburukan, begitulah yang dirasakan oleh Myka. Dia melakukan semua yang diperintahkan kedua orang tuanya, namun saat dia gagal, orang tuanya akan menyalahkannya dan seolah tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Myka, padahal secara tidak langsung apa yang menimpa Myka adalah hasil pemaksaan kedua orang tuanya. Namun sampai detik ini pun Myka tidak pernah menyalahkan kedua orang tuanya, karena Myka berfikir, dia seperti ini karena keputusannya. Dia bisa saja menolak perintah kedua orang tuanya, namun Myka memilih menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua, makanya dia memilih untuk menuruti semua perintah kedua orang tuanya. Namun untuk pasangan hidup, dai memang tidak mau menuruti kedua orang tuanya, itulah yang membuat kedua orang tuanya malah menyalahkan Myka sepanjang waktu karena dia belum kunjung menikah-menikah.

Hari itu Miko datang ke rumah dengan pacarnya, dan dia bilang kepada kedua orang tuanya kalau dia serius dengan pacarnya, dan dia ingin menikah dengan pacarnya itu. Sontak kedua orang tuanya kaget, mereka tidak menyangka Miko akan seberani itu. Myka yang mengetahui nya ikut bahagia karena adiknya bertanggung jawab dengan tidak hanya pacaran saja, namun langsung mau menikah, walaupun Myka juga tahu kalau kerjaan Miko belum stabil, dan pasti akan kesulitan untuk Miko nanti kalau dia sudah menikah. Namun Myka juga paham, kalau rejeki itu Allah yang mengatur, bagaimana rejekimu besok sudah di atur oleh Allah, maka untuk kalian janganlah khawatir akan hal itu. Dengan mudahnya kedua orang tua Myka menyetujui itu, mereka juga sudah mengatur acara pertemuan dengan kedua orang tua kekasih Miko. Acara lamaran berjalan dengan baik, dan Myka juga lega karena adiknya akan hidup mandiri dan dia fikir akan bisa membantunya di suatu saat nanti.

'Ma...miko butuh 25 juta nih buat belikan mahar...' kata Miko

'Iya nanti mama siapkan...' jawab ibu Myka dengan senang

'Oh iya nanti setelah nikah Miko tinggal disini ya ma, soalnya Miko masih belum stabil kerjaannya, lagian Nessa juga masih belum lulus kuliah, jadi sementara tinggal disini dulu ya ma...' kata Miko sambil terus menatap Handphone nya

'Iya gak apa-apa, mama tambah seneng ada yang nemenin...'

'Nessa itu kuliah apa sih Ko...??' tanya ayahnya

'Apoteker pa...' jawab Miko singkat

'Wah...bagus itu, kalau begitu, toko kakakmu itu jadikan apotek saja besok kalau Nessa udah lulus kuliah, itu toko soalnya sepi gak ada yang beli, kakakmu juga gak bisa di andalkan buat ngurus toko...' kata ayahnya lagi tanpa menghiraukan Myka yang sedari tadi melipat kartu undangan pernikahan bersama Mono

Myka hanya tersenyum getir mendengar kalimat yang terucap dari kedua orang tuanya itu, kata-kata mereka seperti belati yang terus menerus menyayat hatinya. Mono yang melihatnya, tiba-tiba memegang tangan Myka dan matanya memandang Myka seolah berkata 

'Kak...yang sabar ya...'

Myka membalas dengan senyuman, dan dia mengusap kepala adik terakhirnya itu. 

Hari-hari dilalui, dan tiba saatnya pernikahan Miko di gelar, semua tamu undangan memenuhi gedung yang di sewa oleh orang tua Myka. Kedua orang tua Myka juga terlihat sangat senang karena anak laki-laki kesayangan mereka menikah. Dan untuk Myka, dia disibukan dengan pertanyaan 'kapan nikah?' karena Miko sudah duluan menikah. Menurut mitos jawa kalau adik laki-laki melangkahi kakak perempuannya, maka kakak perempuannya akan sulit untuk menikah, alias akan jadi perawan tua seumur hidupnya. Myka terlihat sangat lelah dengan pertanyaan basa basi basi itu, namun dia tetap tersenyum, dia harus tetap jadi pilar yang kuat untuk keluarganya, dia harus jadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Setelah acara selesai, Miko dan istrinya tinggal di rumah Myka. Beban Myka bertambah, istri Miko tergolong anak yang manja, dia tidak pernah bisa bangun pagi untuk membantu di dapur, dia juga hanya bersantai sepanjang hari, mengetik untuk kuliahnya, berangkat kuliah diantar Miko pakai sepeda Myka, untuk pembelian bahan bakar tetap Myka. Mobil baru di pakai kalau papa nya sudah mengisi bensin nya. Begitulah kehidupan keluarga Myka, kedua orang tua Myka tidak pernah berkomentar, pekerjaan Miko juga masih tidak menemukan hilalnya, alias masih belum bisa di jadikan sebagai pekerjaan tetap. Pemasukan keuangan juga semakin menipis, karena kedua orang tuanya hanya petani biasa, dengan hasil panen yang tidak begitu banyak, sedangkan Myka hanya memiliki toko dengan pemasukkan yang tidak pasti di setiap harinya.

Keadaan semakin memburuk saat Nessa, istri Miko hamil, sebenarnya dari awal pernikahan Myka sudah tahu kalau Miko terburu-buru menikahi kekasihnya karena kekasihnya itu sedang mengandung, namun lagi-lagi tidak ada yang mempercayai perkataan Myka, karena Myka hanya dianggap noda di keluarganya, perkara dia tidak sukses dan belum menikah. 

'Apa aku suruh Nessa buat mengugurkan bayinya aja kak...?' kata Miko kepada Myka

'Astaugfirllah Ko...kamu gak boleh ngomong begitu, anak itu anugerah dari Allah...jangan ah...' kata Myka kaget

'Aku belum siap jadi ayah, kerjaan belum tetap juga aku, baiayanya pasti gede kak, aku gak sanggup...' kata Miko sedih

Myka memandang sedih adiknya, dia lalu duduk di samping Miko yang terlihat stress.

'Ko...mungkin Allah mau memberi kamu rejeki dari anak ini, makanya kamu jangan berfikiran untuk menghilangkan anak yang masih belum lahir ini...dosa besar Ko....' kata Myka menasehati adiknya

Akhirnya Miko mengurunkan niatnya untuk meminta Nessa mengugurkan bayi dalam kendungannya, Myka juga mengatakan kalau dia akan membantu Nessa untuk merawat bayinya nanti jika sudah lahir. Keputusan Myka itu dia buat untuk membantu meringankan beban adiknya, dia juga pelah-pelan membayar tunggakan uang kuliah Mono adik terakhirnya. Myka sangat memikirkan keluarganya, namun dia melupakan dirinya sendiri, dia lupa kalau dia juga sebenarnya butuh perhatian. 

Hari itu Myka berangkat kepasar seperti biasanya, namun di tingah perjalan dia terjatuh dan pingsan. Beberapa orang membantunya dan membawanya ke rumah sakit. Sesampainya di sana, Myka langsung di tangani oleh dokter yang ada di sana. Saat pihak rumah sakit menghubungi keluarganya, tidak ada satu pun yang menjawab telfon dari rumah sakit itu. Lalu saat pihak rumah sakit menghubungi Rulli, mereka bisa berbicara dengan Rulli dan langsung sesaat kemudian Rulli sudah berada di rumah sakit. Sampai sana, Rulli melihat Myka yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit, Rulli menghampiri tubuh sahabatnya yang tidak berdaya itu.

'Dokter, Myka sakit apa...?' tanya Rulli cemas

'Kami masih menunggu hasil dari lab, untuk sementara duagaan kami, nona Myka mengalami dehidrasi yang parah, makanya jatuh pingsan, dia juga mengalami stress yang membuat dia tidak bisa tidur nyenyak, jadi energinya habis, ini hanya dugaan kami, untuk lebih lanjutnya kami masih menunggu hasil lab nya.' jawab dokter disana

Rulli menggangguk pelan mendengar jawaban dari dokter itu, dan dia terus mencoba menghubungi orang tua Myka, namun belum ada balasan. Rulli juga menghubungi adik-adik Myka, namun tidak ada dari mereka yang menjawab panggilannya. Beberapa waktu kemudian, Myka perlahan mulai membuka matanya, ada beberapa suster yang siaga di samping Myka begitu pula dengan Rulli sahabatnya. 

'Aku dimana...?' tanya Myka lirih

'Di rumah sakit Myka....' jawab Rulli sambil mendekat kearah Myka yang terlihat mulai sadar.

Myka hanya menatap wajah cemas Rulli sembari memegang tangannya dengan erat, lalu dokter memasuki ruangan dengan membawa hasil dari lab. Rulli dan juga Myka mengarahkan pandangan kepada dokter yang baru saja memasuki ruang ICU itu, dokter itu membawa sebuah amplop hasil dari tes laboratorium Myka.

'Nona Myka...ini hasil laboratorium anda...' kata dokter sambil menyerahkan amplop itu dan Rulli yang menerimanya perwakilan dari Myka, karena Myka masih dalam kondisi yang lemah

Rulli membuka amplop itu dan membaca hasil dari laboratorium tersebut, namun karena Rulli bukan orang medis jadi dia tidak paham dengan isi dari hasil itu.

'Ini maksudnya bagaimana ya dok...? Myka sakit apa...?' tanya Rulli sedikit cemas, karena hasil yang dia bawa saat ini ada beberapa tulisan yang menggunakan tinta merah.

'Dengan berat hati kami mengatakan bahwa hasil lab ini menujukan kalau ada tumor di kepala anda, nona Myka...' jelas dokter tersebut

Mata Myka dan juga Rulli langsung terbelak mendengar kata-kata dari dokter tersebut, mereka berdua seolah tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

'Maksud dokter, Myka memiliki tumor di kepalanya...??' tanya Rulli tidak percaya

'Iya, menurut hasil tes yang kami lakukan, ukuran dari tumor itu sudah mencapai stadium 3, dan termasuk sudah sangat besar, dan resiko jika ingin mengangkatnya juga sangat besar. Tingkat keberhasilannya sangat rendah kurang dari 20%, jika dipaksa proses pengangkatan itu sangat sulit....' jelas dokter

Myka meneteskan air matanya, dia tidak percaya kalau hal ini terjadi kepadanya, sedangkan Rulli tertunduk lemas tak berdaya, dia tidak percaya sahabatnya akan mengalami hal yang sangat menyedihkan seperti ini.

'Saya harap, nona Myka bisa berunding dengan keluarga nona untuk melakukan kemoterapi secara teratur, memang tidak bisa menyembuhkan secara total juga, namun setidaknya bisa meredakan nyeri di kepala anda dan jika berjalan lancar, bisa menghambat proses pertumbuhan tumornya...' kata dokter

'Apa tidak ada jalan lain dokter...? dengan obat mungkin...??' tanya Rulli

'Untuk sementara hanya ini yang kami bisa anjurkan Nona, mengingat tubuh nona Myka juga mengalami penyakit diabetes, jadi kami juga tidak boleh sembarangan memberikan obat, takutnya akan berdampak pada bagian tubuh lainnya...'

'Myka memiliki diabetes...??' tanya Rulli tidak percaya

'Iya, menurut hasil lab menunjukkan kadar gula berlebih di darah nona Myka, juga ada beberapa masalah di ginjalnya, maka itu kami minta untuk nona Myka memeriksakan seluruh tubuh ke rumah sakit yang lebih besar, kami akan merecomendasikan beberapa rumah sakit yang bisa menangani ini...' jelas dokter itu.

Mendengar semua penjelasan dari dokter, Myka dan juga Rulli benar-benar terpukul terlebih lagi semua keluarga Myka tidak ada satupun yang bisa di hubungi. Myka masih dudul di ranjang rumah sakit, dan Rulli duduk di samping ranjangnya, dengan kondisi mereka berdua sangat lemas dan juga sembab di bagian mata. Baik Rulli ataupun Myka merasakan sedih dan juga shock atas apa yang terjadi. Hari itu Myka sebenarnya masih di haruskan menginap, namun Myka meminta untuk rawat jalan saja, karena dia tidak ingin keluarganya khawatir, dia juga harus pulang untuk menyediakan obat yang harus di minum ibunya. Rulli sebenarnya menawarkan untuk mengatur obat ibu Myka, namun Myka tetap bersikukuh untuk pulang ke rumah, dia juga ingin berbicara langsung dengan keluarganya prihal penyakit yang dia derita.

Akhirnya pihak rumah sakit membiarkan Myka pulang, walaupun prosesnya cukup alot, karena pihak rumah sakit tidak ingin Myka pulang untuk alasan kesehatannya. Namun apa boleh buat, Myka sangat bersikeras pulang, dan dia juga berjanji akan segera melakukan kemoterapi, maka itulah yang membuat rumah sakit akhirnya mengijinkan Myka pulang ke rumah. Rulli mengantarkan Myka pulang kerumah, di perjalanan mereka berdua saling terdiam satu sama lain, Myka tidak percaya dia akan mengalami hal seperti ini. Cerita yang klasik, yang sering di temui di drama-drama atau film, namun kali ini dia benar-benar mengalaminya sendiri, jika ini sebuah film, maka Myka adalah pemeran utamanya, dan kali ini tidak ada yang bisa menebak endingnya seperti apa...?

Sesampainya di rumah, Myka mendapati keluarganya sedang duduk di ruang tengah dan terlihat ibu dan ayah mertua Miko juga ada disana. Myka terheran dengan keadaan itu, saat Myka masuk, ibunya langsung menghampirinya dan marah-marah kepada Myka.

'Myka...kamu dari mana saja sih....' kata ibu nya dengan nada tinggi yang membuat Myka serta Rulli kaget

'Maaf ma...tadi Myka...'

'Kamu ini main saja sama Rulli....kamu gak tau kalu Nessa keguguran gara-gara terjatuh dari tangga...' jelas ibunya dengan nada marah saat ini

'Kami bukan main ma, kami...'kata Rulli terputus karena Myka memengang tangannya memberi tanda untuk Rulli tidak meneruskan kalimatnya

'Ini ni...makanya kalian susah nikah...habis main aja kerjaannya, samapi adiknya mengalami musibah tidak tahu...' lanjut ibunya sambil berlalu meninggalkan Rulli dan Myka yang mematung di depan pintu

Hati Myka sangat sakit sekali dengan perlakuan ibunya kepadanya, dia bahkan belum sempat bilang kalau dia sedang sakit dan tidak tahu kapan Allah akan memanggilnya untuk pulang, karena penyakit yang dia derita. Rulli sangat kesal mendengar kata-kata orang tua Myka, dia sangat ingin marah dan memarahi semua orang disana. 

'Kak, maaf tadi aku masih nyetir jadi pas kakak telfon aku gak bisa angkat, mama tadi larang angkat soalnya masih nyetir...' kata Mono yang mendekat ke arah Myka

'Iya gak apa-apa No...' jawab Myka dengan senyuman ke Mono

'Kakak pucat banget, kakak kecapekan ya...?' tanya Mono dan hanya Mono yang perhatian dengan wajah pucat Myka

'Iya kakak kecapekan, kalau begitu kakak istirahat dulu ya....' kata Myka sambil beranjak meninggalkan ruang tamu dengan berjalan beriringan bersama Rulli

Semua orang memandang Myka, apalagi kedua orang tuanya yang memandang sinis karena Myka meninggalkan ruangan itu tanpa memperdulikan kesedihan adik iparnya yang baru saja kehilangan bayinya. Namun saat itu Myka sudah tidak perduli, dia ingin menjadi egois untuk sekali dalam hidupnya, karena mungkin ini kali terakhir dia begitu. Rulli menemani Myka, dan setelah Myka minum obat, Rulli meninggalkan Myka di kamarnya dan berpamitan pulang dengan orang tua Myka. Rulli juga tidak bersimpati dengan kehilangannya bayi dari Miko dan Nessa, menurut Rulli keluarga Myka sudah keterlaluan terhadap Myka.

Pagi itu, Myka tetap bangun pagi dan menyiapkan semua kebutuhan keluarganya, walaupun dengan kondisi yang benar-benar lemah. Dia juga menyiapkan obat untuk ibunya, dia menyiapkan air hangat untuk mandi ayahnya, dia menyiapkan sarapan untuk semua anggota keluarganya, sama seperti hari biasanya. Dan hari itu Myka tidak mengatakan apapun tentang dirinya, dia menerima semua perkataan orang tuanya tentang dia, dan tentang semua prilaku dia yang tidak nampak saat Nessa mengalami kemalangan. Myka tetap terdiam, saat orang tuanya telus melontarkan kata-kata seperti belati yang menyayatnya secara bertubi-tubi, Myka tetap menahannya dengan baik. Saat semua orang kembali ke rutinitas, Myka mengalami kesakitan yang luar biasa, dan dia hanya menangis di kamarnya, sambil terus meminum obat pereda nyeri dan juga obat lainnya dari rumah sakit kemarin. Rulli yang khawatir, dia menelfon Myka setiap 2 jam sekali untuk memastikan sahabatnya itu tidak apa-apa.

1 bulan kemudian, Myka tetap kontrol kerumah sakit tanpa memberi tahu keluarganya, dia menggunakan sisa tabungannya untuk berobat, dan dia juga mendapatkan tambahan dari Rulli, walaupun Myka tidak mau namun Rulli bersikeras memberikan sebagian uangnya untuk pengobatan Myka. Hari itu Myka membungkus kado untuk Rulli, karena lusa sahabatnya itu berulang tahun, jadi Myka menyiapkan kadonya. Dan pada hari itu juga Myka menyiapkan semua perlengkapan keluarganya. Obat untuk ibunya yang sudah dia letakan di tempat obat lengkap dengan urutan hari dan juga tata cara meminumnya, dia menyiapkan semua baju ayahnya serta camilan yang sering ayahnya makan, dia menyiapkan sepedahnya untuk Miko dan juga Nessa, serta dia menyisipkan uang saku untuk Mono di jaket kesayangan Mono. Setelah semua orang sarapan, Myka membersihkan meja makan dan dia mendapati hidungnya mengeluarkan darah, spontan Myka mengusapnya dan kembali ke kamarnya.

Myka membaringkan diri di kamarnya, dia melihat langit-langit di kamarnya, dia ingat betul dia di usia 17 tahun nya sedang mengecat langit kamarnya bersama ayahnya. Kala itu sang ayah sangat bangga kepadanya karena dia berhasil masuk sekolah favorit yang diidamkan banyak orang. Sebagai hadiah, ibunya memberikan sepeda, dan ayahnya membantu merenovasi kamar Myka sesuai dengan keinginannya. Kini dia hanya merasa kesakitan yang sangat sakit, dari semua kenangan yang dia dapat, disaat terakhirnya dia hanya mengingat kenangan indah saat dia di manjakan oleh kedua orang tuanya. Telfon Myka berbunyi, namun tangannya sangat lemah untuk bisa mengangkatnya, Myka sempat melirik ke layar ponselnya, dan nama Rulli tertera disana. Dia ingat bagaimana dia pertama kali mengenal Rulli, gadis berambut ikal dan berkacamata bulat itu dulu terlihat sangat susah di dekati, namun ternyata dialah teman yang sampai akhir hayatnya selalu bersamanya.

Myka mengingat semua kejadian di kehidupannya, dia ingat setiap kebahagiaan yang dia dapatkan saat dia masih bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Dia ingat saat pertama kali menggendong Miko, pertama kali saat berjalan menggandeng Miko, lalu saat dia menyuapi Mono dan juga bermain bersama mereka. Myka sangat menyayangi kedua adiknya itu, dia sangat khawatir bagaimana jika dia meninggalkan adiknya, siapa yang akan membayar pesanan ojol Mono, dan siapa yang akan mencuci sepeda untuk bisa dibawa oleh Miko. Yang ada di pikirannya saat ini adalah bagaimana caranya dia bisa berpamitan kepada semua keluarganya, namun pada kenyataannya sekarang dia hanya berbaring sendirian di kamarnya. Samar-samar dia mendengar suara Rulli dari balik pintu kamarnya, dia melihat sahabatnya itu berlari menghampirinya yang sangat lemah, lalu diikuti Mono yang baru selesai mandi. Mono yang tidak tahu apa yang terjadi pada kakaknya terlihat sangat khawatir. Rulli menggengam tangan Myka dengan hangat, air matanya sudah membanjiri pipi tembemnya, Myka mengisyaratkan Rulli untuk membuka laci di kamarnya. Setelah Rulli membukanya, ternyata dia menemukan sebuah kado lengkap dengan kartu ucapannya. Rulli meneteskan airmatanya, dia sudah tidak tahan lagi dan akhirnya menangis di samping Myka, sahabatnya.

'Kakak kenapa....? kakak kenapa kak Rulli...?' tanya Mono cemas

Myka sudah tidak bisa bicara lagi, Mono yang melihat Myka mengeluarkan darah dari hidungnya sangat panik melihatnya. Mono berusaha menghentikan darah itu dengan mengusap memakai tisu, dan Mono mulai menitihkan air matanya. Myka membelai lembut pipi adiknya, Myka berkata dalam hati

'Maafkan kakak No...kakak harap kamu bisa lebih mandiri lagi, jadi anak yang berbakti untuk mama dan papa, lulus kuliah dengan baik dan jangan lupa makan yang teratur...' batin Myka

'Li...maafin aku...aku tidak bisa menemani kamu untuk berfoto di pernikahan kamu nanti, semoga kamu segera bertemu dengan orang yang tulus menyayangi dan mencintai kamu...' batin Myka

'Mama...papa maafkan Myka...mama jangan lupa minum obat ya...papa juga jangan terlalu banyak makan camilan....Miko jaga baik-baik Nessa, sayangi dia dan sayangi juga keluarga ini, maaf kakak pergi duluan, semoga kalian semua selalu bahagia...' batin Myka

Tak lama kemudian Myka menghembuskan nafas terakhirnya, Myka meninggal di pelukan adiknya, Mono. Kedua orang tua Myka baru tahu saat mereka kembali dari ladang, Myka pergi tanpa di temani oleh kedua orang tuanya. Wajah ibu Myka tampak pucat pasi begitu pula dengan ayahnya, mereka tidak menyangka dengan kepergian anaaknya yang mendadak seperti ini. Miko juga baru pulang setelah jasad Myka di mandikan, Miko yang selama ini selalu keras kepada kakaknya saat ini tertunduk sedih dan menangis di depan jasad kakaknya. Mono yang tak henti-hentinya menangis di samping jasad kakaknya, ibu Myka nampak sangat terpukul dengan kepergian putri satu-satunya. Memang semua akan nampak sangat berharga saat sudah pergi meninggalkan kita, begitu pula dengan Myka. Dia selama ini hanya bayangan di rumah ini, keberadaannya nampak tetapi tidak begitu di perhatikan, dia ada tetapi tidak terlihat sama seperti udara. Dan mulai saat ini Myka akan benar-benar menjadi tidak terlihat, dia akan benar-benar menjadi udara dan dia juga sudah tidak bisa merasakan sakit lagi.

'Selamat jalan Myka...kamu sudah tidak sakit lagi sekarang, kamu bisa istirahat sekarang Myka, kamu gak akan capek lagi sekarang...terima kasih sudah jadi sahaabat yang baik untuk aku, terima kasih sudah menjadi bagian dari kenangan yang sangat indah untukku. Kamu akan abadi di dalam ingatan aku Myka, walau kamu sudah tidak ada, namun semua semangat kamu dan juga ketegaran kamu selama ini akan jadi penguat aku saat aku terjatuh nanti...tunggu aku disana ya...walaupun aku tidak tahu kapan aku akan menyusulmu, namun aku pasti mencarimu disana nanti....sisakan tempat di sisi kamu untuk aku ya....' kata Rulli di sambing pusara yang bertuliskan nama Myka Rosalyn.

'Kakak.....terima kasih sudah jadi kakak yang baik buat Mono...maaf Mono belum sempat belikan kakak dompet baru, dompet kakak yang sudah usang, tapi kakak selalu gak mau beli karena uangnya buat pesen makan aku, maafkan Mono kak, dan terima kasih sudah kasih Mono uang saku untuk yang terakhir kali...' kata Mono sambil memegang uang dari saku jaketnya, uang yang Myka selipkan tadi pagi

'Kak Myka....maafkan Miko....Miko selama ini egois...Miko gak pernah tahu perasaan kakak, bahkan penyakit kakak pun Miko gak tahu, maafin Miko kak...terima kasih karena selama ini kakak jadi penyangga untuk kami berdua, kakak bukan wanita yang lemah, kakak lebih kuat di banding kita berdua. Maaf Miko belum sempat memeluk kakak, dan menggenggam tangan kakak seperti dulu saat kakak selalu menggandeng Miko kemanapun kakak pergi....maaf kak....' kata Miko dengan berlinang air mata.

Kedua orang tua Myka hanya duduk di samping pusara putrinya dengan berjuta kesedihan yang terlihat dari raut wajah mereka. Rulli lalu menghampiri mereka berdua dan memberikan satu kotak berwarna coklat kepada kedua orang tua Myka, serta amplop yang berisi laporan kesehatan Myka selama 1 bulan terakhir ini. Rulli juga menjelaskan alasan kenapa Myka tidak mengatakan penyakitnya. Saat kedua orang tua Myka membuka kotak itu, tangis ibunya pecah seketika yang membuat pelayat yang masih ada di pemakaman memandang kearah mereka. Di dalam kotak itu Myka meninggalkan sebuah catatan, tata cara ibunya meminum obat, Myka juga membelikan kotak obat khusus, yang sudah dia berikan contoh cara mengisinya agar mudah untuk di pakai ibunya, serta aturan meminum obatnya. Ibu Myka terkena penyakit diabetes, jadi harus rutin mengkonsumsi obat dan juga beberapa suntikan insulin. Dan disana Myka menjelaskan cara menggunakan barang-barang yang ada di kotak itu. Myka juga menyediakan camilan kesukaan ayahnya, yang dia bungkus dengan ukuran sekali makan, karena dia tidak mau ayahnya berlebihan mengkonsumsi camilan asin yang bisa membuat tekanan darah tinggi. Semua sudah dipersiapkan oleh Myka, Myka sudah menyiapkan sebuah perpisahan untuk keluarganya. Namun sebaik apapun Myka menyiapkan sebuah perpisahan, yang namanya perpisahan tetaplah menyedihkan.

Sekarang Myka sudah tidak menjadi beban keluarganya lagi, dia juga sudah bebas dari pertanyaan 'kapan nikah?', dia juga tidak menjadi samsak untuk amarah kedua orang tuanya. Myka sudah beristirahat selamanya dan tidak ada lagi yang menganggunya, Selamat jalan Myka, semoga kamu tenang disana.






'Orang yang membuatmu menangis adalah yang benar-benar kamu cintai, sementara orang yang membuatmu tertawa, hanyalah orang yang kamu suka. Akan tetapi ironisnya, tertawa dan menangis tidak bisa menjadi indikator sebuah kebahagian.' Myka Rosalyn


Sekian

Citra Kim


Kamis, 10 November 2022

CERPEN 2022

May, I Help You



'Hai everyone.....it's me, May here....' Kata Mayrene seorang influencer yang terkenal, dia memiliki blog dengan view yang fantastik.

Mayrene Salsabila merupakan seorang influencer yang memiliki followers jutaan, dia memiliki chanel youtube , blog dan juga media sosial lainnya dengan follower berjuta-juta. Mayrene atau yang sering di panggil May mempunyai fans yang sangat banyak, dia juga sering diundang di cara-acara televisi. May memiliki wajah yang cantik dengan dua lesung pipi di kedua pipinya, dia tergolong orang yang sangat ramah, entah itu di dalam frame kamera atau diluar frame kamera. Sikapnya yang seperti ini lah yang membuat May banyak memiliki teman dikalangan selebriti, dan juga memiliki fans yang sangat banyak. May juga kerap melakukan aksi sosial dengan menjadi donatur di beberapa panti asuhan dan juga panti jompo. Hasil berkaryanya memang sengaja May sisakan untuk kegiatan sosial di masyarakat, tak heran jika dia sangat diidolakan. May memang bukan aktris, bukan pemain film ataupun pemain drama di TV, namun namanya banyak di kenal oleh orang.

Sama seperti halnya sebuah bintang, May yang terlihat sangat bercahaya dan bersinar, juga memiliki sisi gelapnya. Bintang juga begitu kan? dia akan bersinar di gelapnya malam, bintang butuh kegelapan juga untuk tetap bisa terlihat bersinar. Manusia juga punya bayangan yang berwarna gelap di setiap langkahnya, begitu pula May. Dia memiliki trauma tersendiri, May paling tidak suka dengan hujan, karena dia memiliki trauma dengan hujan. Di saat May berumur 12 tahun dia pernah di culik dan hampir di perkosa, namun dia berhasil melarikan diri walaupun dia tertabrak mobil dan mengalami patah tulang cukup parah namun dia bisa di selamatkan, dan kejadian itu terjadi di kala hujan. Makanya jika hujan tiba, May memilih untuk mengurung diri di rumah, bahkan dulu waktu sekolah May juga memilih ijin jika hujan di pagi hari, atau jika tiba-tiba hujan di sekolah, dia memilih untuk menetap di UKS. Hal ini hanya beberapa orang saja yang tahu, selain keluarga May hanya sahabat May yang tahu keadaan trauma yang di alami May. May sendiri memiliki dua orang sahabat yang sedari kecil sudah berteman dengannya, ada Evlyn dan juga Alex. Mereka berdua yang senantiasa bersama May, bahkan Evelyn sekarang selain bekerja di perusahaan property dia juga merangkap jadi manager May, sedangkan Alex bertugas sebagai editor, fotografer dan juga orang yang mengurus semua kebutuhan syutting May termasuk yang memilih tim kru untuk keperluan vlog May di setiap harinya.

'Besok ada event nih di luar kota, kayaknya kita berdua harus berangkat duluan, entar Ev nyusul...' kata Alex sembari merapikan peralatan syuttingnya.

'Ev emangnya kenapa gak bisa ikut kita barengan Al..?' tanya May

'Gak bisa, dia masih ada meeting sama klien jadi dia nyuruh kita berdua duluan, lagian syutingnya 5 hari disana, Ev bisa datang ddi hari kedua kan... kita juga di hari pertama belum tentu langsung syutting, soalnya aku masih prepare tempat yang bagus, spot sama view nya yang mendukung buat konten kita...' kata Alex 

'Hemmm begitu...oke deh, besok bangunin aku ya...kamu tahu kan aku susah bangun pagi...' kata May sambil beranjak memasuki kamarnya

'Ellah kebiasaan....' jawab Alex sambil masih sibuk menata alat-alat syuttingnya

Keesokan harinya May dan juga Alex bersama kru berangkat ke kota yang sudah di tentukan untuk sebuah event. May kesana selain menghadiri event yang di selenggarakan dia juga akan mengambil beberapa gambar dan video untuk vlog di youtube nya. Sesampainya disana, suasana sudah siang hari dan matahari lumayan terik untuk hari itu. May dan kru menyempatkan diri untuk makan dan beristirahat di restoran yang sudah mereka booking sebelumnya. Saat sedang beristirahat, May memandang ke arah sebrang jalan, tepatnya di sebuah lampu merah. Disana berdiri seorang nenek-nenek yang membawa tas belanjaan, saat lampu hijau untuk pejalan kaki menyala, sang nenek berjalan menyebrangi jalan. Terlihat beberapa orang-orang membantu sang nenek, tapi nenek tersebut malah marah-marah dan tidak mau di bantu. Namun si nenek berjalan sangat lambat, bahkan lampu hijau tanda untuk pejalan kaki sudah mau berganti merah, tetapi sang nenek masih berusaha untuk berjalan. Akhirnya orang-orang yang awalnya mau membantu malah tidak menghiraukan si nenek karena dia tidak mau dibantu. Lalu tiba-tiba ada seorang pira yang mengenakan kaos putih di padu dengan celana jeans serta jaket denim yang senada dengan warna celananya berjalan beriringan dengan si nenek. Pria itu berjalan berdampingan dengan nenek sambil terus memperhatikan layar handphone nya, dan pria itu juga terlihat menggunakan earphone di telinganya, dia nampak seperti sedang bermain game.

'Gimana si tu cowok...kok malah gak bantu nenek eh malah asik main game...dasar anak-anak jaman sekarang...' gumam May sambari menyruput lemon tea di depan nya.

Pria tadi terus berjalan beriringan dengan nenek, dan dengan pose yang tetap fokus ke handphone nya, sampai di ujung jalan. Walaupun banyak mobil yang membunyikan klakson dan juga memaki pria tadi, tapi nampaknya pria tadi tak menggubrisnya dan dia berhasil menyebrang bersama si nenek. Sesampainya di ujung sebrang jalan, pria tadi mematikan handphone nya dan memasukannya ke saku, si nenek memandangnya lalu memegang lengan pria tadi sebelum si pria beranjak meninggalkan nenek.

'Terima kasih sudah menemani nenek menyebrang nak...ini...' kata nenek sambil memberikan dua buah jeruk dari tas belanjaannya.

'Iya nenek sama-sama, terima kasih jeruknya...' jawabnya sambil berjalan meninggalkan nenek tersebut dan membawa dua buah jeruk yang dia terima dari nenek.

Nenek tadi tersenyum kearah pria yang memiliki tinggi sekitar 180 cm dan juga memakai kacamata serta tas ransel berwarna hitam. May yang melihat kejadian itu sangat heran dibuatnya, sebenarnya apa yang nenek itu fikirkan dan apa yang sebenarnya pria itu lakukan, disaat orang normal akan membantu nenek itu berjalan di penyebrangan jalan, tapi yang dia lakukan malah menemani nenek berjalan pelan, walau di maki banyak orang namun dia tetap menemani nenek sampai di ujung jalan dan berhasil menyebrangkan nenek walau dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang lain lakukan. May masih melihat pria tadi yang lalu menghilang bersama dengan beberapa orang di jalan, mata May masih mencari keberadaan pria itu, namun dia gagal menemukannya.

'May...May...Mayrene...' kata Alex sambil menepuk bahu May

'Hah...' jawab May kaget dan menoleh kearah Alex

'kenapa si kamu...??' tanya Alex

'Ehh enggak kok gak apa-apa Al...kenapa kenapa...?' tanya May

'Ayo berangkat...kita harus take buat vlog nie...keburu sore...' ajak Alex

'Oh...oke...' jawab May sambari beranjak dari tempat duduknya.

May dan Alex serte kru nya beranjak dari restoran tempat mereka istirahat dan juga makan siang, mereka berangkat menuju tempat yang mereka jadikan syutting vlog untuk May. May memiliki chanel yang bercerita tentang kesehariannya, tentang olahraga yang dia lakukan tiap harinya, makanan yang dia masak dan makan setiap harinya, semua tentang Mayrene dia tampilkan di vlog nya, tanpa skrip atau naskah. Jadi selama ini May hanya merekam kebiasaan dia sehari-hari, namun dari hal itu banyak yang meminta May menjadi Brand Ambassadornya atau BA bahasa gaulnya, dari sanalah May mendapatkan ketenaran dan dikenal banyak orang. Walaupun sudah begitu dia tetap konsisten dengan konten yang dia buat, dia jarang memakai banyak drama, dia hanya menunjukan hal-hal biasa yang seperti banyak orang lakukan. Hal itu yang membuat banyak orang mem-follow nya karena kesederhanaan yang May punya dan juga cerita dari konten May yang seolah membuat banyak orang senang menontonnya.

May serta tim nya termasuk Alex sampai di sebuah danau yang dangat indah, disana ada beberapa bunga di tepi danaunya. Air danau yang jernih serta suasana yang sangat asri, membuat May menikmatinya. May duduk di tepi danau sambil mendengarkan musik di earphone nya, sedangkan kru dan Alex sibuk mencari tempat untuk meletakkan kamera serta menata set untuk syutting May. Tak lama kemudian ada seseorang yang menepuk bahu May. May membuka matanya dan menoleh kearah orang tersebut, May kira dia adalah Alex namun May sangat terkejut saat tahu siapa orang yang menepuk bahunya. Dia seorang pria yang tak lain adalah pria yang tadi May lihat saat dia berada di restoran, iya dia pria yang menyebrangkan nenek-nenek dengan cara tidak biasa.

'Maaf....jangan duduk disini...tempat ini berbahaya, karena tanahnya gembur jadi terkadang bisa longsor kebawah, lebih baik anda pindah ke sana saja...' katanya dengan nada yang lembut

Pria tadi juga menunjuk ke arah tempat yang tak jauh dari tempat May sekarang, sebuah tempat dengan pohon yang rindang dan juga terlihat asri.

'Oh...iya...terima kasih...' jawab May sembari berdiri dari tempatnya.

Namun May kurang beruntung, saat dia mau berdiri, kakinya malah terkilir karena dia sudah lama duduk di sana jadi kesemutan dan saat berdiri malah terkilir karena dia tidak hati-hati. Pria tadi dengan cepat menangkap tubuh May sebelum May terjatuh, dia juga memapah May ke temat teduh yang tadi dia tunjukkan ke May. Dia membantu May duduk di batang pohon yang sudah di tebang, dan membantu May meredakan nyeri di kakinya dengan sebuah kompres es yang dia keluarkan dari tas ranselnya.

'Ini akan bantu untuk mengurangi rasa sakit di kaki anda...' katanya dengan meletakkan kompres es di pereglangan kaki May.

'Terima kasih ya...maaf aku merepotkan kamu...' kata May sambil memandang pria yang ada di depannya

Pria itu tersenyum dan dia masih memandang pergelangan kaki May dan terus mengompresnya dengan es, berharap kalau rasa nyeri yang May rasakan menghilang.

'Iya, sama-sama....' jawabnya dengan senyumnya

Mereka salaing menatap satu sama lain, dan perlahan angin berhembus pelan, mengayunkan rambut May dan juga membuat beberapa helai daun kering jatuh di rerumputan. 

'May...' panggil Alex seraya datang menghampiri May yang terduduk di batang pohon.

'Al...' kata May terperanjat dan melihat sahabatnya dengan muka panik menghampirinya

'Kamu kenapa...?? kakinya kenapa? jatuh kamu..?' cerca Alex kepada May

'Woah..woah...relax Al...I'm oke...aku cuma kesleo tadi pas mau berdiri, tapi gak apa-apa kok...' jawab May menenangkan Alex

'Yakin kamu ini gak apa-apa...?' tanya Alex lagi menyakinkan

'Heem...' jawab May diiringi anggukan

'E...anda siapa ya...?' tanya Alex sambil mengalihkan pandangannya dari sosok pria yang berdiri disamping May

'Hem...saya Ryu...Ryuka...' katanya sambil mengarahkan tangan untuk berjabatan dengan Alex

'Oh...saya Alex....' Jawab Alex sambil menjabat tangan Ryuka 'Anda yang menolong May...?' tanya Alex

'Oh iya tadi saya kebetulan lewat dan tidak sengaja bertemu dengan nona ini dan menolongnya...' jelas Ryuka dengan suara lembut dan terkesan sangat bersahaja.

'Terima kasih ya Ryu...' kata Alex di sertai senyuman

'Iya sama-sama...kalau begitu saya permisi dulu ya....' kata Ryuka dengan mengambil langkah kecil untuk meninggalkan May, lalu May reflex menarik lengan Ryuka

'Ryu...' cegah May

Ryuka menoleh ke arah May dan memandang kedua mata May yang seolah memintanya untuk tetap berada disana bersama May.

'E...namaku May..Mayrene...' kata May

'Ryuka....' jawab Ryuka sambil menjabat tangan May

'Emmm......terima kasih ya Ryu...' kata May terbata-bata sambil melepas tangan Ryuka 'E...gini kan kamu udah nolong aku, bagaimana kalau nanti malam aku ajak kamu makan malam di sekitar sini...??gimana..? kebetulan aku menginap di hotel yang gak jauh dari sini, kalau kita ketemuan nanti bagaimana, sebagai ucapan terima kasih aku...' jelas May yang dengan nada cepat menjelaskan kepada Ryuka, dan hal itu membuat Alex tertawa geli melihatnya

'E...nanti malam aku tidak bisa keluar May...sorry aku ada shif malam soalnya...' jelas Ryuka

'Eh...kamu kerja dimana Ryu...? tanya Alex tiba-tiba masuk ke pembicaraan May dan Ryuka yang membuat May mengerutkan dahi dan memandang sahabatnya itu

'Oh...aku bekerja di rumah sakit itu...' kata Ryuka sambil menunjuk rumah sakit yang letaknya tidak jauh dari danau yang mereka datangi itu

'Rumah sakit...?? kamu dokter Ryu...?' tanya Alex dan May bersamaan

Ryuka tersenyum melihat dua orang yang baru mereka temui itu kaget dengan pekerjaan yang dia lakukan, Ryuka membenahi kacamatanya lalu menjawab dengan anggukan.

'Itu rumah sakit....'

'Jiwa....' jawab Ryuka kemudian

'Kamu...'

'Aku dokter psikater disana, sebenarnya aku sudah punya klinikku sendiri di pusat kota sana, cuma beberapa hari ini aku dimintai bantuan untuk membantu salah satu pasien disana, makanya aku sementara bekerja disana untuk membantu pasien tersebut...' jelas Ryuka

May dan Alex tercengang mendengar penjelasan Ryuka itu, mereka tidak menyangka ada dokter setampan Ryuka yang bekerja di rumah sakit jiwa di pinggiran kota seperti itu. Ryuka memiliki mata yang indah walaupun di balut frame kacamata, namun tidak menghilangkan pesona yang Ryuka miliki, bahkan dengan adanya kacamata dengan frame gold itu membuat Ryuka semakin menawan.

'Kalau begitu bagaimana dengan sarapan besok pagi...???' kata May masih bersikeras untuk makan bersama Ryuka

'Hemmm baiklah...besok aku tunggu di restoran dekat lampu merah sana ya...' kata Ryuka kemudian dia melambaikan tangan ke Alex dan May lalu meninggalkan mereka berdua

May membalas lambaian Ryuka dan terus menatap pria itu sampai menghilang bersama dengan beberapa kendaraan yang belalu lalang disana.

'Aduh...aduh...falling in love nih critanya....' ledek Alex sambil menggoyang-goyangkan bahu May

'Ihhh apaan sii kamu....' jawab May tersipu

'Eh...May...gimana kalau ternyata Ryuka bukan dokter, tapi dia juga salah satu pasien gila disana...gimana tuh...plot twist gak sihhh....' kata Alex diiring tertawa puas

'Ahhh apaan sii kamu....ngarang deh...gak ada pasien seganteng itu kali....' elak May

'ya kali...eh...ada psikopat yang ganteng juga lho jangan salah...ati-ati lho besok kamu May...' kata Alex menakuti May

'Ah...bodo amat....' kata May sambil beranjak dari tempat dudduknya

Alex akhirnya membantu May untuk kembali ke hotel, dan dengan terpaksa dia membatalkan syutting sore itu, selain belum bisa menentukan posisi yang tepat May juga mengalami cidera gara-gara kesleo. makanya kru dan juga Alex memutuskan untuk menunda pengambilan gambar dan mereka beristirahat di hotel, berharap besok bisa lebih baik lagi.

Keesokan harinya, May sudah berdandan dan siap breakfast dengan Ryuka, dia membalut tubuhnya dengan celana jeans high waist berwarna biru muda, lalu memakai sweater crop top berwarna coklat tua, serta tidak lupa sepatu kets dan tas kecil yang senada dengan sweaternya. Dia menggerai rambutnya yang sedari subuh di curling dengan alat pencatokan. Dia bermake up natural, dengan base berwarna coklat yang berkesan sederhana dan tak lupa lipstik dengan warna coral di padu dengan warna merah bata yang menambah kecantikan May. Dia berjalan dengan bahagia melewati beberapa pedagang kaki lima, dan beberapa restoran di kota itu, kaki nya yang kemarin sakit sekarang sudah tidak begitu terasa sakit lagi. Mungkin ini yang dikatakan cinta pada pandangan pertama, May terlihat bahagia saat dia sampai di restoran yang menjadi tempat dia dan Ryuka akan bertemu. Dengan tidak sabar May menunggu kedatangan Ryuka, dia terus membenahi bedak dan juga lipstik yang dia pakai sambil terus menatap ke cermin kecil yang sedari tadi dia pegang. Dia terus menyesal karena kemarin tidak meminta nomor Ryuka, dan dia juga tidak memberikan nomornya ke Ryuka.

Hampir satu jam May menunggu di restoran itu, dia hanya memesan satu gelas lemon tea saja dan dia merasa tidak enak karena sedari tadi belum memesan apa-apa lagi, dia masih menunggu Ryu datang. Tak lama kemudian May melihat Ryuka berjalan dari arah sebrang jalan, tepatnya dimana May pertama kali melihat Ryuka yang sedang menyebrangkan nenek-nenek kemarin. Ryuka masih mengenakan celana jeans yang kemarin dia pakai, namun kali ini dia memakai kaos putih yang dibalut kemeja oversize yang berwarna putuh juga. Ryuka masih membawa tas ransel nya dan sekarang di tangan kanannya ada paper bag berukuran sedang, dia juga tidak mengenakan kacamata hari ini, wajah Ryuka terlihat sangat segar walaupun sebenarnya dia baru saja menyelesaikan shif malamnya di rumah sakit. Senyum May mulai merekah, dia menatap ke arah Ryuka, dan Ryuka dari kejauhan sudah melihat sosok May segera dia melambaikan tangannya kepada May dan dibalas oleh May juga. Ryuka tersenyum ke arah May, dan itu membuat jantung May berdegup dengan kencang dan dia hampir sesak nafas di buatnya.

'Ganteng nya......' gumam May sambil terus menatap Ryuka dari kejauhan

Ryuka berjalan menyebrangi jalan dan dia sampai di depan May, Ryuka memberikan paper bag itu ke May dan ternyata isinya satu kotak kue macaron warna warni, dan itu membuat May tersenyum melihatnya.

'Sorry ya telat aku, tadi masih ada beberapa kerjaan tambahan soalnya, itu sebagai permintaan maaf aku ke kamu...' kata Ryuka sambil menunjuk paper bag di tangan May

'Gak apa-apa kok Ryu, Makasih ya...kamu beli dimana ini...?' tanya May sambil membuka paper bag itu

'Tadi ada suster di rumah sakit yang kasih karena dia ulang tahun, terus aku inget kamu....' kata Ryuka sambil duduk di depan May

'Hah...kenapa bisa inget aku....?' tanya May tersipu

'Oh..iya...coba kamu liat kue nya...' kata Ryuka

May melihat macaron yang ada di dalam paper bag yang di berikan Ryuka itu, dan dia mengerutkan dahinya lalu cemberut sambil memandang ke arah Ryuka.

'Aku bulet-bulet ya kayak macaron ini....??' tanya May dengan cemmberut

'Hah...hahahahaha...' tawa Ryuka membuat May tambah cemberut

'Ihhh kamu...' kata May dengan nada ngambek nya

'Enggak...maksudku cantik.....warna macaron ini kan cantik...warna pastel gitu...kemarin aku lihat kamu dengan pakaian warna pastel kamu makanya aku ingat kamu waktu dapat kue ini....' jawab Ryuka

'Apa...??aku kenapa...?' tanya May 

'Cantik....' jawab Ryuka sembari meminum air putih dari botol yang dia keluarkan dari tas nya.

May tersipu malu mendengar kata-kata Ryuka yang membuat denyut jantungnya semakin tidak karuan, mungkin kalau Ryuka memakai tetoskop saat itu dia akan tahu bagaimana berdegup kencangnya jantung May. Akhirnya May dan Ryuka sarapan di restoran itu, dan setelah sarapan mereka berdua memutuskan jalan-jalan di taman kota yang ada di kota itu. May dan Ryuka menghabiskan waktu bersama, lalu mereka memasuki sebuah taman bunga, disana banyak sekali bunga-bunga yang diawetkan, ada bunga kering ada juga yang masih hidup di pot-pot, tempatnya tidak begitu besar dan disana juga banyak pengunjung. Saat mereka berdua lagi asik berjalan-jalan sambil menikmati keindahan bunga, tiba-tiba hujan turun dengan lebat, Ryuka spontan menarik tangan May dan berteduh di salah satu kios makanan di sudut taman itu. Ryuka mencoba menutupi tubuh May supaya tidak terkena air hujan, dan May terlihat ketakutan, May mulai mengeluarkan keringat dingin dan juga badan May bergetar dengan hebat. Ryuka melihat gelagat aneh May, dia lalu membawa May ke tempat yang lebih sepi untuk menenangkan diri. Di sudut taman ada sebuah gazebo yang beratap dan tidak ada orang disana, Ryuka memapah May untuk berjalan kesana, namun kaki May terasa sangat lemas, dia hampir tidak bisa melangkahkan kakinya. Ryuka langsung menggendong May untuk bisa sampai disana. Sesampainya disana Ryuka berusaha menenangkan May, saat Ryuka berusaha membuat May tenang tiba-tiba terdengar suara petir yang menyambar, May berteriak dengan kencang lalu diiringi dengan air mata yang membasahi kedua pipinya. Ryuka berusaha tenang dan spontan memeluk May dan menepuk-nepuk pelan punggung May, serta berusaha terus memanggil nama May dengan perlahan.

'It's okay May...I'm here....It's okay....tenang...tarik nafas....tenang May....' kata Ryuka sembari menenangkan May dengan pelukan hangatnya.

May yang awalnya memeluk Ryuka dengan sangat kencang, kini perlahan melonggarkan cengkraman tangannya. Dia merasa tenang saat Ryuka memeluknya dengan hangat saat itu, dan hujanpun kini perlahan mulai berangsur reda, tinggal titik-titik gerimis yang masih membasahi tanah, dan suara gemerciknya membuat May lebih tenang kali ini. Ryuka mendengar handphone May terus berbunyi, namun May tidak mengindahkan suara telfon itu, dia masih larut dalam traumanya akibat hujan. Setelah mulai tenang, Ryuka melepas pelukannya dan dilihatnya muka berantakan May yang masih tersisa rasa ketakutan di wajahnya. Ryuka dengan perlahan menaruh kepala May ke pangkuannya dan membiarkan May terlelap di pangkuannya, lalu Ryuka mengambil Handphone May yang berbunyi dari tadi lalu membukanya menggunakan sidik jari May. May masih menutup matanya, dan Ryuka melihat nama Alex di layar handphone May, lalu dia mengangkat telfon itu.

'May...kamu dimana sekarang...kamu gak apa-apa kan...??aku sama Evelyn berkali-kali nelfon kamu tapi gak kamu angkat...sekarang hujan May kamu dimana...?' kata Alex dengan khawatir di sebrang telfon

'Alex...ini Ryu...May sedang bersamaku, dia baru saja aku tenangkan....' jawab Ryuka

'Ryu...Ryuka...kamu bersama May sekarang...?' tanya Alex sedikit lega

'Iya...kami sedang ada di taman kota, tadi kamu berjalan-jalan disini....lalu hujan dan aku membawa May berteduh du depan kios makanan...' jawab Ryuka menjelaskan kejadian yang mereka alami

'May tidak apa-apa Ryu...? apa dia baik-baik saja...?' 

'Tidak...dia sedang tidak baik-baik saja Al...sebentar lagi aku akan mengantar May kembali ke hotel, kamu tenang saja....' kata Ryuka lagi

'Baiklah, kami tunggu di hotel Ryu...terima kasih...' kata Alex kemudian mematikan hadphone nya

Ryuka memesan taxi online dan membawa May kembali pulang ke hotel, sesuai arahan dari Alex, dan sesampainya disana Ryuka menggendong May sampai di kamarnya. Di dalam kamar Alex dan juga Evelyn sudah dengan cemas menunggunya, setelah melihat keadaan May, mereka tambah panik, karena ini lebih parah dari sebelumnya. Ryuna menidurkan May di tempat tidurnya, lalu dia mengeluarkan peralatan infus dari dalam tas ranselnya, di memberikan cairan infus karena dirasa May kekurangan vitamin untuk tubuhnya. Ryuka juga mengkompres badan May yang demam, dia merawat May layaknya dia sedang berada di rumah sakit.

'Ryu, thank banget ya kamu ada di sini...aku agak tenang...' kata Alex sambil duduk di samping Ryuka yang masih merawat May

'May udah lama ada trauma ini...?' tanya Ryuka tiba-tiba

Sebagai seorang dokter psikiater tentunya Ryuka bisa tahu apa yang sedang terjadi dengan May, dan dia juga terlihat khawatir dengan keadaan May saat ini. Alex terdiam mendengar pertanyaan dari Ryu, dan dia ragu untuk memberi tahu Ryuka tentang May dan apa yang sebenarnya terjadi dengan May dan Hujan.

'Dia siapa...?' tanya Evelyn tiba-tiba yang membuat Alex dan Ryuka memandang kearah Evelyn yang datang membawakan tambahan selimut untuk May

'Oh...dia Ryuka...dia seorang dokter...dokter psikiater...' jawab Alex. 

'Oh...Evelyn...aku managernya May...' kata Evelyn seraya mengadahkan tangannya untuk berjabat tangan

'Ryuka...' jawab Ryuka sambil menjabat tangan Evelyn

'Kenapa aku baru tahu kalau May punya dokter psikater....kalian berdua merahasiakan ini dari aku ya...??' tanya Evelyn dengan nada sebal ke Alex, karena dia berfikir May dan Alex tidak memberi tahu tentang Ryuka ke padanya.

'Ah...ga gitu Ev...Ryu ini temen May...bukan dokter pribadi May....' jelas Alex

'Hah...kok aku baru tahu juga May punya temen psikiater...???' tanya Evelyn lagi

'Aduh...aduh...bukan gitu juga...sini sini aku jelasin....' jawab Alex sambil menarik Evelyn untuk keluar kamar dan menjelaskan apa yang terjadi pada May dan jua Ryuka.

Alex dan Evelyn meninggalkan Ryuka yang sedari tadi tidak pernah melepaskan pandangannya ke May, dia terlihat sangat khawatir pada May, dia berharap may bisa secepatnya siuman. Diluar kamar Alex menjelaskan kronologi May dan Ryuka berkenalan, serta Alex juga bilang kalau May sepertinya menyukai Ryuka dari pertama mereka bertemu. Dari sana Evelyn memahami apa yang sebenarnya terjadi, dan dia jadi tahu kalau May sedang falling in love dengan dokter tampan yang sedari tadi tidak beranjak dari sisi May. Ryuka berjalan keluar kamar May, dia mendapati Alex dan Evelyn sedang duduk di meja makan ruangan hotel tempat mereka menginap. Lalu Ryuka duduk di depan mereka berdua dan meminta meraka menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada May. Lalu Alex dan juga Evelyn menceritakan semua kejadian masa lalu May yang sangat buruk untuknya, traumanya terhadap hujan, dan ketakutannya saat berjalan sendirian membuat Ryuka sangat sedih, sebagai orang yang memahami betul tentang trauma dia bisa tahu kalau May berusaha sangat keras untuk menghadapi traumanya. Ryuka berencana untuk membantu May melewati rasa traumanya itu. Karena dia juga menyayangi May, dia juga jatuh cinta pada May saat mereka pertama mereka bertemu.

Keesokan harinya May mulai disibukkan dengan jadwal syutting untuk acara pembukaan brand kosmetik yang menjadikan dia brand ambassadornya, serta dia juga di sibukan dengan syutting untuk vlog nya. Beberapa kali di waktu senggangnya May berhubungan dengan Ryuka, walau hanya sekedar chat saja. Dan hari ini May harus kembali ke kotanya, dia menunggu Ryuka di depan hotelnya. Dia ditemani Alex dan juga Evelyn, tak beberapa lama kemudian Ryuka datang dengan mobilnya dan dia memakai kemeja garis berwarna biri dan juga celana hitam, Ryuka terlihat sangat rapi, dia juga mengenakan kacamata yang biasanya dia pakai.

'Ryu...' panggil May di sertai senyuman

'May...' jawab Ryuka sambil berjalan mendekati May, dan hal itu membuat kedua sahabat May menyingkir dan membiarkan May serta Ryuka berdua.

'Aku harus balik hari ini....'kata May sedih

'iya aku tahu kok...aku juga mau bali ke kota hari ini...' jawab Ryu diiringin senyuman di bibirnya

Mata May berbinar menatap Ryuka, dan dia sangat senang karena Ryuka akan tinggal di kota yang sama dengannya.

'Serius...??' tanya May senang

'Yeah...kan aku bilang ke kamu kalau aku ada klinik di kota, dan disini aku hanya sementara aja buat bantu dokter tanganin beberapa pasien disini....jadi sekarang aku harus balik lagi ke klinikku yang ada di sana...' jelas Ryuka

'Jadi kita bisa sering ketemu ya...' gumam May tersipu

'Apa...?' tanya Ryuka

'Oh...enggak...oke kalau begitu sampai ketemu disana Ryu....' kata May

'Kamu gak mau pulang bareng aku...??' tanya Ryuka lagi sambil menggenggam tangan May

'Ahhhh udahlah...pulang sana kalian berdua...biar kami pulang sendiri...yuk Al...' kata Evelyn sambil menarik tangan Alex masuk ke mobil Alex

'Oke...bye May..Ryu ketemu di sana ya....' kata Alex sembari melambaikan tangannya

Ryuka tersenyum dan membalas lambaian tangan Alex, Ryuka lalu menggandeng tangan May masuk ke dalam mobilnya, hari itu Ryuka dan May resmi mejadi sepasang kekasih. May terlihat sangat bahagia, disepanjang jalan, tangan Ryuka terus mengenggam tangan May, dia hanya menggunakan satu tangan untuk menyetir, karena mobil Ryuka matic jadi dia tidak perlu repot mengganti persneleng mobil. Sesampainya di rumah May, Ryuka masuk kerumah dan dikenalkan pada kedua orang tua May. Ayah dan ibu May sangat senang putrinya sudah memiliki seorang pasangan dan Ryuka seorang dokter pula, menambah lampu hijau untuknya terus bisa berhubungan dengan May.

Hari itu May ada jadwal berkencan dengan Ryuka, mereka berencana menonton film dan makan malam ala kencan pada umumnya. Ryuka juga sudah menyiapkan beberapa hadiah kecil untuk May, sebelum berangkat Ryuka juga tak lupa mengecek perkiraan cuaca hari itu, takutnya tiba-tiba hujan. Saat di dalam bioskop, Ryuka melihat dari arah pintu masuk beberapa orang membawa payung, dan itu menandakan kalau di luar sedang hujan.

'Sayang...kenapa...?' tanya May sambil menggandeng lengan Ryuka

'Oh.. tidak apa-apa...' jawab Ryuka sambil membenahi rambut kekasihnya itu

Ryuka memandang May yang mengenakan masker dan juga kacamata, suapaya fans nya tidak bisa mengenalinya. Ryuka mengerutkan dahinya dan memandang kekasihnya dengan wajah sedikit cemberut.

'Kenapa sih...?' tanya May yang menyadari perubahan wajah Ryuka

'Ini wajah cantik pacarku kemana ya...??kok aku gak bisa lihat...??' tanya Ryuka sambil mencubit pelan pipi May yang tertutup masker

'Ah...nanti di dalam bioskop juga aku lepas maskernya...' jawab May sambil memeluk pinggang Ryu, dan mereka berjalan memasuki bioskop

Saat film di putar, May membuka maskernya dan menyandarkan kepalanya di pundak Ryuka, mereka menikmati waktu kencan di gelapnya suasana bioskop. Sepulangnya dari bioskop, saat Ryuka dan May meninggalkan parkiran turun hujan yang sangat lebat. Seketika May menjadi panik, wajah bahagianya berubah menjadi pucat pasi, Ryuka yang menyadari keadaan kekasihnya itu langsung menancapkan gas mobilnya dan berusaha sampai rumah May. Namun di tengah perjalanan mereka terjebak kemacetan, Ryuka melihat May yang sudah dalam mode panik dengan tanda mengularkan keringat dingin serta badannya yang mulai bergetar seperti orang yang kedinginan. Ryuka memarkirkan mobilnya di tepi jalan untuk menghindari macet, dan dia juga mematikan AC mobilnya, lalu memeluk kekasihnya itu. Ryuka mencoba menenangkan May yang sedang berusaha melawan rasa traumanya terhadap hujan.

'Tenang sayang.....sayang coba liat aku...kamu yang tenang ya...coba fokus ke aku....' kata Ryuka mencoba menenangkan May 

May tidak menjawab, dia hanya menutup mata dan telinganya dan berusaha tidak mendengar suara hujan, tiba-tiba May berteriak dan menangis dengan keras. Ryuka yang melihatnya tetap berusaha tenang, ini seperti sedang menenangkan seorang anak kecil yang sedang tantrum atau marah. Kejadian yang dialami oleh May ini termasuk dalam PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). PTSD adalah bentuk gangguan kesehatan mental yang dialami seseorang setelah mengalami suatu kejadian yang menyebabkan trauma, seperti yang kecelakaan, bencana, kekerasan seksual, dan sebagainya. Jika kondisi korban semakin parah, maka kemungkinan mereka butuh bantuan perawatan psikologis yang lebih serius dan lama. 

Tak berapa lama kemudian, hujan mulai reda dan May sudah mulai tenang Ryuka melanjutkan perjalanan ke rumah May.

'Sayang berhenti sebentar...' kata May dengan lirih

Ryuka langsung meminggirkan mobilnya kembali di tepi jalan, karena May menyuruhnya untuk berhenti.

'Ada apa sayang...?' tanya Ryuka sambil membelai rambut May

'Maaf ya sayang aku....' kata May terhenti dan berusaha menguatkan hatinya

'Kenapa kamu meminta maaf...?' tanya Ryuka lalu memeluk hangat May

May menangis di pelukan Ryuka, pria yang sangat dia cintai, dia masih takut untuk mengungkapkan traumanya kepada Ryuka. Walau sebenarnya Ryuka sudah mengetahuinya dari kedua sahabatnya, namun selama ini Ryuka tidak pernah menyinggung masalah trauma May. Sebagai seorang psikiater Ryuka tahu betul kalau seorang pasien yang mengalami trauma tidak bisa di paksa untuk mengakui traumanya, harus ada pendekatan emosional dan juga pendalaman karakter untuk setiap individu yang mengalami trauma.

'Sayang...aku mau cerita tentang traumaku, yang sampai sekarang aku tidak bisa menyembuhkannya, walaupun aku sudah berobat ke beberapa psikiater namun aku belum menemukan titik terang dari masalahku. Aku takut jika aku cerita ke kamu, hubungan kita menjadi renggang, aku juga takut kalau kamu juga akan menganggap aku pasien kamu, bukan orang yang kamu cintai lagi....' kata May yang masih dengan isakan tangis

Ryuka tersenyum, lalu dia mengecup kening kekasihnya itu untuk menenangkan May, dia ingin mengatakan kalau apapun yang terjadi dengan May tidak akan mengurangi rasa cintanya kepada May.

'Sayang...aku memang menunggu kamu untuk bercerita ke aku, bukan karena aku menganggap kamu pasien, tapi aku ingin kamu percaya kepadaku, sehingga kalau kamu sudah percaya kamu akan mengatakan yang sebenarnya kepadaku dan hal itu tidak akan mengubah perasaan sayangku kepadamu...' jawab Ryuka

Mendengar pernyataan Ryuka, May jadi percaya diri dan dia menceritakan semua trauma masa kecilnya yang dia alami. Bagaimana dia menjadi korban penculikan, dia hampir di perkosa oleh salah satu penculik, namun di saat itu May bisa meloloskan diri walaupun dengan cara yang tidak biasa, dia juga sempat berlari telanjang kaki lalu tertabrak mobil yang sedang berlalu di sana. Dia mengalami cidera yang cukup parah, dan perlu recovery selama hampir 5 tahun. Kejadian yang May alami bertepatan dengan hujan yang sangat lebat di kala itu, dan hal itulah yang membuat May menjadi sangat trauma jika mendengar suara hujan, dia akan menggigil tanpa sebab saat hujan tiba. Keadaannya ini memang disembunyikan oleh orang-orang terdekat supaya tidak di salah gunakan oleh orang-orang yang jahat, apalagi May seakrang seorang influencer dan yang pasti memiliki fans dan juga haters. Dan jika hal ini sampai bocor akan menyebabkan May menjadi celaka, atau bisa melukai May sewaktu-waktu. Makanya baik May atau orang-orang terdekatnya berusaha untuk melindungi May dari rahasia trauma itu.

Setelah menceritakan itu kepada Ryuka, May merasa lega begitu pula dengan Ryuka. Ryuka sendiri berjanji kalau dia akan berusaha menyembuhkan May, dia juga bilang tidak sanggup melihat kekasihnya yang begitu tersiksa saat hujan tiba. Malam itu Ryuka mengantar May sampai rumahnya, orang tua May sempat khawatir karena tahu hujan sedang melanda, namun setelah Ryuka menjelaskan kejadian yang terjadi, kedua orang tua May merasan tenang. Mereka bisa tenang karena May sekarang memiliki Ryuka disampingnya, seseorang yang akan melindungi May tidak perduli apapun yang terjadi. Di saat itu juga Ryuka melamar May di depan orang tua May, dan Ryuka berjanji 1 minggu kemudian dia akan datang bersama orang tuanya untuk meminang May secara resmi. Hal ini merupakan kabar bahagia untuk May dan juga kedua orang tua May. Mereka sangat bahagia malam itu, May dan Ryuka selangkah lebih dekat lagi untuk bersama, dan Ryuka akan berusaha untuk membantu May sembuh dari trumanya.

Setelah malam itu May rajin konsultasi di kantor Ryuka, sekalian mereka kadang juga berkencan saat Ryuka selesai praktek. Seminggu kemudian Ryuka benar-benar membawa kedua orang tuanya untuk melamar May, dan acara lamaran itu di saksikan juga oleh kedua sahabat May, Alex dan juga Evelyn. Mereka turut bahagia dengan kebahagiaan May, baik Alex juga Evelyn sadar betul kalau Ryuka adalah sosok baik yang pas di sandingkan dengan sahabat mereka, yaitu May. Acara lamaran pun berjalan lancar, dan kalau semua berjalan baik, akhir tahun ini Ryuka dan juga May akan melangsungkan pernikahan mereka. Waktu yang singkat untuk mereka, namun inilah jodoh, tidak peduli berapa lama atau singkatnya kalian bertemu satu sama lain, jika Allah berkehendak kalian pasti akan tetap bersama.

Hari-hari dilalui dengan baik-baik saja, hingga pada suatu ketika saat May baru saja keluar dari konseling di kantor Ryuka dia berpapasan dengan seorang wanita. May tidak menyadari kalau wanita itu salah satu haters nya, wanita tadi menatap sinis ke May, yang kala itu May tidak menggunakan maskernya. Dengan sigap wanita itu merekam kejadian saat May sedang berbicara dengan bagian administrasi di meja depan tentang salinan hasil kontrol yang dia lakukan. Dan secara sengaja wanita itu melihat hasil laporan kesehatan May, dan dari sana dia mengetahui kalau May mengalami trauma dan juga May tidak bisa bertemu dengan hujan. Si wanita itu tersenyum sinis, dia sangat senang memiliki bahan untuk menghancurkan May. Begitulah manusia, kadang mereka tidak tahu kalau mereka sendiri sangat kejam kepada manusia lainnya, mereka hanya ingin merasakan kepuasan dengan cara menyakiti orang lainnya.

'Dokter Ryuka...tunangan anada menunggu di lobi...' kata salah satu perawat kepada Ryuka yang baru saja keluar dari ruangan prakteknya.

'Oh iya sus...terima kasih ya...' jawab Ryuka di sertai senyuman

'Ihh dokter mau kencan ya...' goda suster lagi

'Iya sekalian fitting baju buat akad...' jawab Ryuka lagi sambil merapikan kemejanya

'Sayang...' kata May seraya merangkul pinggang Ryuka

Ryuka tersenyum sambil menatap May dengan penuh kasih sayang, dia lalu menggenggam tangan May dan beranjak dari tempat itu. Kejadian itu tidak sengaja dilihat oleh haters May, dia juga sempat merekam kejadian barusan di kamera handphone nya.

'Eh suster...itu tunangan dokter ya...?' tanya wanita itu ke suster tepat setelah Ryuka dan May meninggalkan tempat itu

'Oh iya...itu Mayrene influencer terkenal, tunangannya dokter Ryuka...ihhh mereka serasi ya...' kata salah satu suster disana dan di ikuti anggukan beberapa suster lainnya yang tampak menyetujui hubungan dokter Ryuka dan May.

'Memang tadi dia habis konsul ya?? kok aku lihat dia keluar dari ruangan dokter...' kata wanita itu

Semua suster disana spontan langsung saling menatap satu sama lain, dan mereka seolah tidak ingin menanggapi lagi pertanyaan wanita itu. Lalu beberapa dari suster memilih untuk meninggalkan wanita itu, hanya tersisa satu orang suster saja.

'Eh suster...sakit apa sih wanita itu tadi....??' desak wanita itu

'Maaf ya bu...disini kita tidak boleh membocorkan data pasien, apalagi apa yang di alami oleh pasien, jadi maaf ya kami tidak bisa memberitahu anda...' jawab suster itu

'Ohhh jadi dia pasien disini...' katanya lagi lalu pergi meninggalkan suster itu yang masih tercengang dengan kejadian itu

Setelah kejadian itu, Ryuka disibukkan dengan beberapa pekerjaan dan juga ada pelatihan untuk dokter-dokter psikolog di luar kota. Ryuka juga di sibukkan mengurus kliniknya, namun dia selalu menyisakan waktu untuk kekasihnya itu. Hari itu May sedang ada syutting di salah satu mall, dan dia di temani Evelyn dan juga Alex, sedangkan Ryuka masih di luar kota untuk acara seminar pelatihannya. 

'Gimana acaranya sayang...?' tanya Ryuka dari sebrang telfon

'Sukses sayang...lancar acaranya dan banyak banget pengunjungnya aku jadi senang...' jawab may dengan senang

'Syukurlah kalau semua lancar, kamu habis ini langsung pulang kan...?' tanya Ryuka

'Iya sayang ini masih nunggu Alex, dia lagi ambil beberapa tripod kamera yang ketinggalan di ruang ganti, aku lagi sama Evelyn di mobil nih...' jawab May

'Tenang aja dokter Ryu...may aman sama aku....' kata Evelyn seraya mendekat ke telinga May

'Ihhh...kamu apaan sih Ev...' elak May dan Ryuka tertawa dari sebrang telfon

'Ya udah sayang, hati-hati ya...kalau sampai rumah nanti kabari ya...' kata Ryuka

'Iya sayang...seminar kamu gimana..?? kamu kapan pulang aku kangen...' kata May dengan manja

'Ini udah selesai, aku lagi di hotel, besok pagi aku balik kok, tunggu ya sabar...aku juga kangen sama kamu...' kata Ryuka mesra

'Aduh gak betah aku...aku keluar dulu ya beli minum...kamu nitip gak..?' tanya Evelyn

'Hahah...beliin jus dong...stroberry ya...' kata May ke Evelyn dan langsung Evelyn turun dari mobil dan berjalan menuju toserba yang ada di depan mobil yang mereka naiki

'Jangan pakai es ya sayang, nanti kamu flu...ini udah malam soalnya, hawanya dingin....' kata Ryuka

'Aduh...Ev udah keburu keluar, gak apa-apa sayang....kan ada kamu yang hangatin besok...' kata May manja

'Hemmmm....mulai nakalnya...' kata Ryuka gemas

May hanya tertawa kecil mendengar kekasihnya berkata seperti itu, May dan Ryuka masih melanjutkan obrolan mereka. Dapat beberapa menit kemudian, May dan Ryuka sudah selesai berbicara, namun Evelyn masih mengantri di kasir toserba, May bisa melihat jelas dari dalam mobil. Tiba-tiba ada yang mengetuk kaca mobil May, dan spontan May membuka kaca, dia pikir itu Alex, dan setelah di buka ada seseorang memakai masker dan langsung menyemprotkan cairan ke wajah May. Dengan semprotan itu May kaget dan mendadak kepalanya menjadi pusing, dia lalu pingsan. Setelahnya ada dua orang yang mengeluarkan tubuh May dari mobil dan membawanya dengan mobil lainnya. Evelyn yang kembali ke mobil bertepatan dengan Alex yang juga membuka pintu mobil. Namun mereka berdua tidak menemukan May, spontan mereka langsung panik. Evelyn langsung menhubungi Ryuka, karena Ryuka adalah orang terakhir yang berbicara lewat telfon bersama May. Dan Alex sedari tadi menghubungi handphone May, yang ternyata handphone May terjatuh di kolong mobil. Hal itu membuat mereka berdua bertambah panik, Ryuka yang mendengar kabar dari Evelyn juga ikutan panik. Ryuka langsung bergegas kluar hotel dan melakukan perjalan pulang untuk mencari May. Di perjalanan Ryuka juga tak henti-hentinya menghubungi Handphone May, namun Alex yang menerimanya bilang kalau handphone May terjatuh di kolong mobil. Ryuka tambah panik setelah mendengar hal itu, dia langsung melajukan mobilnya kencang.

Keesokan harinya mereka bertiga melapor kepolisi, orang tua May juga khawatir dan Ryuka berusaha menenangkan mereka, walaupun Ryuka sendiri juga tidak tenang. Ryuka kembali ke klinik dan mengubah jadwalnya, para suster juga ikut prihatin atas apa yang terjadi dengan May. Lalu salah satu suster mengingat kejadian seorang wanita yang menanyakan tentang May kemarin.

'Dokter, kemarin ada wanita yang aneh, dia menanyakan tentang May ke kami...' kata suster itu

'Oh iya dokter dia tanya-tanya tentang hubungan dokter dengan May...' tambah suster lainnya

'Benarkah...seperti apa orangnya...?' tanya Ryuka

'Dokter, coba periksa CCTV saja, mungkin wajahnya bisa terlihat, soalnya kemarin setelah dokter pergi dengan May, dia mendekati kami dan bertanya-tanya tentang May...' jawab salah satu suster

'Ahh...iya aku harus cek CCTV...' kata Ryuka sambil bergegas keruang kontrol dan melihat CCTV

Setelah di lihat, Ryukan menemukan wajah wanita itu, walaupun memakai kacamata hitam, namun ada suatu saat dari kamera lain dia melepas kacamatanya, dan hal itu membuat Ryuka sedikit tenang karena mungkin wanita itu menaruh dendam ke May, bisa fans beratnya atau malah haters nya.

'Maaf dokter, kemaren saya keceplosan bilang kalau May salah satu pasien disini...' kata salah satu suster dengan wajah bersalah.

'Ini bukan salah kamu, kamu juga gak mengenali wanita ini...tidak apa-apa, kalian urus klinik ini sementara dulu ya, tolong urus jadwal ku untuk hari ini ya...' kata Ryuka sambil bergegas pergi membawa hasil CCTV yang sudah dia amankan di flashdisk.

Ryuka bergeas kembali ke kantor polisi, dimana disana Alex dan juga Evelyn masih memberikan kesaksian mereka tentang penculikan May. Sesampainya di kantor polisi, Ryuka menunjukan bukti CCTV yang dia bawa, terlihat wanita itu juga melihat salinan laporan kesehatan May, dan itu membuat Ryuka semakin panik, dia takut terjadi sesuatu terhadap tunanagannya itu. Polisi langsung sigap menyelidiki wanita yang ada di rekaman CCTV yang di bawa Ryuka, dan tidak berapa lama kepolisian mendapatkan data wanita itu. Dan Ryuka juga membawa laporan kesehatan wanita itu, dia memiliki penyakit yang lumayan parah, dia berpotensi memiliki penyakit skizofernia. Skizofrenia adalah gangguan mental yang dapat memengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi. Penderita skizofrenia dapat mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan, penderita bisa saja melakukan hal extreme yang bisa menyelakakan diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Makanya penderita skizofernia ini terbilang sangat berbahaya, dan terkadang keberadaannya di tengah-tengah masyarakat tidak banyak diketahui oleh orang-orang.

Butuh waktu kurang lebih 8 jam akhirnya polisi menemukan keberadaan wanita itu dan langsung menggrebek tempat itu. Namun yang mereka dapatkan hanya rumah yang tidak berpenghuni, Ryuka, Alex dan juga Evelyn tertunduk lemas mendapati kenyataan mereka belum menemukan May. Di tempat lain tepatnmya di sebuah gudang tua, May duduk terikat dan wajahnya tampak sangat kemah tak berdaya. Traumanya atas penculikan seakan terulang lagi, dia berkeringat dingin dan juga mengalami pergolakan di batinnya. 

'Kamu siapa...? apa yang sebenarnya kamu inginkan...?' tanya May dengan nada lemah kepada wanita yang duduk di depannya.

Wanita itu hanya tertawa mendengar pertanyaan May, dia lalu beranjank dan mendekat ke wajah May yang sudah berantakan. May berusaha menenangkan hatinya, dia mengingat semua yang Ryuka ajarkan kepadanya saat dia mengalami keadaan yang dinamakan serangan panik.

'Wajah yang selalu di elu elukan di media sosial kini jadi jelek seperti ini...apa fans mu akan tetap menyukaimu kalau mereka tahu kamu hanyalah seorang yang punya penyakit jiwa....hahahahaha...' kata wanita itu terlihat puas

May tidak membalas apapun, dia hanya tertunduk lemah dan dia hanya berusaha bertahan, dan dia yakin sekarang Ryuka dan juga sahabat-sahabatnya pasti sedang berusaha menemukannya. Dia ingat Ryuka pernah berkata kepadanya.

'May...kamu sekarang tidak sendirian, ada aku, ada sahabat kamu dan yang paling penting ada kedua orang tua yang selalu bisa kamu miliki di sepanjang waktu. Apapun yang terjadi, kamu harus bisa mengingat ini, jangan pernah takut, kamu tidak di tinggalkan, kamu tidak sendiri, dan ingat aku akan selalu berusaha untuk tetap terus bersamamu...' kata Ryuka kala itu.

May sekarang bukan gadis yang berusia 12 tahun, dia sudah 29 tahun, dia sudah bisa berfikir dengan dewasa, dia bisa melawan rasa takutnya, karena dia memiliki rasa takut lain sekarang, dia takut tidak bisa bertemu dengan orang-orang yang menyayanginya. Tak lama kemudian, wanita itu mengambil handphone nya dan melakukan live instagram dengan background May di belakangnya, dia ingin menyebarkan berita kalau May mengalami sakit jiwa dan butuh perawatan. Wanita gila itu juga sudah mengganti baju May dengan baju yang compang camping, sedangkan dress yang May kenakan hari itu sudah bertengger di tubuh wanita gila itu, Evelyn yang mengetahui live instagram itu, bergegas memberi tahu Ryuka dan juga Alex. Pihak kepolisian masih melacak IP address yang wanita itu gunakan untuk live, Ryuka terpaku dengan plang nama yang sudah usang di belakang May, plang itu sudah terlihat berkarant namun masih ada sisa-sisa tulisan. Ryuka mencoba fokus dan dia berhasil mengingat nama plang itu, itu adalah nama gudang tua tempat May di sekap. Ryuka mencari alamat gudang itu dan setelah ketemu dia langsung berangkat kesana bersama tim kepolisian serta Alex dan Evelyn.

Di dalam perjalanan turun hujan yang sangat lebat, mereka bertiga mulai panik dengan kejadian itu, terlebih lagi Ryuka, dia sangat khawatir May kembali kabuh penyakitnya. Sesampainya disana, merek langsung mencoba masuk gudang yang di kunci dari dalam, siaran live juga berakhir tepat sebelum mereka sampai di gudang tersebut. Saat pintu terbuka mereka tidak menemukan keberadaan May dan juga wanita gila itu disana. Ryuka berjalan menuju pintu belakang yang terbuka, sesampainya di ujung pintu dia melihat May yang di seret paksa oleh seorang wanita ditengah guyuran air hujan. Ryuka berlari mendekat ke mereka, namun wanita itu berbalik dan mengancam akan melukai May jika Ryuka dan pihak kepolisian menghampiri nya. Wanita itu benar-benar sudah di luar kendali. Ryuka melihat May yang begitu berantakan dan mata May berbinar saat dia melihat keberadaan Ryuka di hadapannya. Dengan sisa tenaganya May menginjak kaki wanita itu dan menggigit lengan wanita yang mencekik nya itu dengan sekuat tenaga. Spontan wanita gila itu melepaskan tangannya dan kesempatan itu di gunakan May untuk berlari meninggalkan wanita itu dan dia berlari kearah Ryuka. Dengan cepat Ryuka langsung memeluk kekasihnya itu, dia membawa May menjauhi tempat itu. Sedangkan pihak kepolisian langsung mengamankan wanita gila itu.

'Sayang...sayang kamu gak apa-apa kan...??ada yang terluka....?' tanya Ryuka saat sudah berada di tempat yang aman.

May hanya menggelengkan kepalanya, yang ada di dalam fikirannya adalah dia bisa melihat Ryuka kekasihnya dan juga kedua sahabatnya. Terlihat Alex dan juga Evelyn yang sangat panik melihat keadaan May yang seperti itu. Ryuka menggendong May menuju ambulance yang sudah terparkir di depan gudang tua itu, dan petugas medis langsung memberikan pertolongan pertama kepada May. Sedangkan untuk wanita gila tadi, polisi sudah mengamankannya dan dia akan mendapatkan hukuman yang berat karena terjerat pasal berlapis, Selain penculikan, juga merusak nama baik dan masih banyak lagi yang pasti wanita itu tidak akan keluar penjara dengan mudah. Evelyn dan Alex pun juga sudah menyiapkan pengacara untuk mendakwah wanita itu seberat mungkin, karena apa yang di lakukan sudah sangat keterlaluan. Tidak banyak fans yang melihat live instagram itu menjadi geram dengan kelakuan wanita gila itu, alhasil semua media masa memberitakan tentang kejadian penculikan May, dan semua orang bersimpati dengan apa yang di alami May dan juga mengapresiasi tindakan May yang melawan penculik sehingga bisa lepas.

Disebuah acara, May dengan percaya diri mengakui semua trauma yang dia miliki, dan dia juga berterima kasih kepada orang-orang terdekatnya yang selalu menemani nya, menyayangi dan juga menjaga May dengan baik. Dia juga mengatakan akan tetap menjadi Mayrene yang seperti biasanya, dia akan tetap membuat konten yang baik untuk membantu beberapa orang yang mengalami hal sepertinya, karena sebenarnya banyak sekali manusia yang sedang tidak baik-baik saja. Mereka sedang memperjuangkan kebahagiaan mereka, mereka sedang mempertahankan kewarasan mereka menghadapi dunia yang semakin berubah di setiap waktunya. May juga sering mengajak Ryuka masuk ke vlog nya untuk memberikan nasehat bagi orang-orang yang sedang depresi untuk sedikit mengobati rasa depresinya. Nama Mayrene juga semakin dikenal, apalagi di tambah dengan Ryuka. Bahkan ada beberapa fans mereka yang menamai dirinya MayRyu stand, hal itu membuat klinik Ryuka juga menjadi banyak pengunjung. Ryuka bahkan merekrut beberapa dokter psikologi yang merupakan adik tingkatnya dulu di kuliah untuk membantunya di klinik. Chanel Mayrene juga sekarang berganti nama, awalnya dia menamai vlog nya di youtube dengan nama May Here, namun sekarang Mayrene menamai laman youtube nya dengan nama 'May, I help you' artinya May akan menolongmu, menelong menemukan alat make up yang bagus, menolong memberi saran untuk ber make up, menolong untuk memberi ulasan tempat makan yang enak, serta menolong mu saat kamu membutuhkan seseorang untuk bisa membantu menghilangkan depresimu. May juga kerap membagikan tips nya untuk melewati masa-masa PSTD yang terjadi pada dirinya untuk bisa di bagikan ke orang-orang yang membutuhkan.

Hari ini adalah hari pernikahan Mayrene dan Ryuka, mereka sudah menyelesaikan akad, dan akan memulai resepsi yang bertemakan pesta kebun. Para tamu undangan sudah memenuhi kebun yang di sewa oleh mereka berdua. Mereka melihat orang-orang yang mereka sayang saling berkumpul dan berbahagia, May sangat senang melihatnya, dia masih mengingat awal dia bertemu dengan Ryuka, dan bagaimana dia langsung jatuh cinta dengan pria yang menyebrangkan seorang nenek-nenek dengan cara yang tidak biasa. Saat sedang menikmati pesta, dan May saat itu posisi sedang berdansa dengan Ryuka, yang kini berstatus suaminya. Turunlah gerimis hujan, beberapa tamu undangan spontan berteduh di payung-payung yang sudah di sediakan oleh pihak acara. Namun May dan Ryuka tetap berdansa di tengah rintik hujan, May juga tidak terlihat ketakutan lagi, dia tersenyum memandang suaminya.

'Sayang...ingatlah...saat hujan ini....ini akan jadi memory terbaru kamu tentang hujan...dan aku harap kamu selamanya akan mengingat memori yang indah ini....' kata Ryuka sambil terus berdansa dengan May

'Iya...aku sudah tidak membenci hujan sekarang, justru aku akan merindukannya, karena jika hujan tiba, kamu akan berlari menghampiri ku sayang, dan akan memelukku, itu yang akan selalu aku ingat...' kata May di sertai senyuman di bibirnya

'May... Ryu...berteduh nak, nanti kalian sakit lagi...' teriak ibu May yang menyuruh anaknya berteduh

Namun May dan juga Ryuka tetap berdansa di tengah rintik hujan, dan itu membuat semua tamu undangan bahagia melihatnya. Mereka sudah melihat May sembuh dari traumanya, mereka melihat May sudah bisa berdamai dengan masa lalunya, Evelyn juga terlihat menitihkan air mata, sedangkan Alex mengambil gambar sahabatnya yang sekarang sudah berani berjalan di bawah guyuran hujan.

'Ayo Al....' tarik Evelyn dan membuat Alex terguyur air hujan sama seperti Evelyn

'Ahh...Ev...kameraku....' teriak Alex kesal karena kameranya basah terkena hujan

'Ih...bisa beli lagi...kapan lagi kita nemenin May ujan-ujanan...' ajak Evelyn lagi

Alex tersenyum dan berdansa bersama Evelyn mengikuti May dan juga Ryuka, hal itu lalu membuat para tamu undangan yang lainnya ikut berdansa di bawah rintik hujan bersama May dan Ryuka. Hal ini membuat May merasa sangat bahagia, dia bisa merasakan tetesan air hujan yang selama hampir 17 tahun dia hindari. Sekarang dia tidak takut basah lagi terkena hujan, karena ada seseorang yang bersamanya melewati hujan ini.

'I love you May...' kata Ryuka

'I love you too...' jawab May

Ryuka dan May resmi menjadi suami istri, Ryuka pun mencium mesra bibir May di tengah guyuran air hujan dan juga di tengah para tamu undangan yang ikut berdansa bersama mereka. Memori ini yang akan melekat di ingatan May sekarang, dan nanti sampai mereka menua bersama.




"Terkadang kita tidak perlu menunggu hujan untuk reda, kita juga tidak harus menunggu seseorang membawakan payung untuk kita. Sesekali kita bisa menerobos hujan itu dan merasakan betapa hangatnya tetesan air hujan itu. Jangan takut akan hujan, jangan takut untuk basah, karena walaupun basah, saat perjalanan pulang nanti baju kita akan kering dengan sendirinya. Jadi jangan takut akan hujan, berjalanlah walau itu sedang hujan, karena tujuanmu tidak menunggu hujan untuk reda, namun tujuanmu menunggu kamu sampai kesana." Ryuka



Sekian

Citra Kim