Sabtu, 26 November 2022

CERPEN 2022

 Something Between Us


Hari ini terlihat mendung yang menggantung di langit, suasana menjadi suram, dan rintik hujan juga mulai berjatuhan. Dari kejauhan terlihat sesosok wanita dengan langkah yang tergesa-gesa dan sedikit kesulitan berjalan karena beberapa tas besar yang harus dia bawa di bahunya. Langkahnya mulai melemah saat dia mendapati beberapa orang berkerumun di depan sebuah pintu masuk sebuah rusun (Rumah Susun). Dia mulai berjalan dengan pelan dan mendekat kearah kerumunan orang-orang itu. Mata nya terbelak saat melihat seorang perempuan separuh baya yang terkulai lemah di antara pintu masuk sebuah hunian disana. Wanita yang sekujur tubuhnya basah karena air hujan itu mulai mendekati tubuh kaku wanita paruh baya itu seraya sambil menahan tangisnya. Dia duduk di depan tubuh yang terbujur kaku tidak bernyawa itu, banyak warga yang datang hanya untuk melihat saja, tanpa berkata apa-apa, tak banyak dari mereka saling menggunjing satu sama lainnya. Tidak beberapa lama kemudian datang ambulance dan beberapa tim medis yang mendekat kearah apartemen itu, polisi juga ikut berdatangan bersamaan dengan tim medis.

'Dengan nona Eveleen...?' tanya salah satu petugas polisi

'Iya...' jawab wanita dengan suara lirih 

'Kami mau meminta beberapa keterangan tentang kejadian ini...anda bisa ikut kami sebentar untuk membuat laporannya di kantor polisi nona...?' tanya petugas itu.

Wanita itu hanya menjawab dengan anggukan saja, lalu dia beranjak dari tempatnya dan mengikuti dua orang petugas yang berjalan beriringan dengannya. Sebelum Eveleen memasuki mobil patroli polisi, dia menoleh kearah ambulance yang sedang memasukkan tubuh kaku wanita paruh baya tadi, dan dia adalah ibu dari Eveleen. Eveleen Rusdianto, wanita berumur 25 tahun, dia tinggal bersama dengan ibunya di sebuah rumah susun. Sejak kecil dia hanya tinggal berdua dengan ibunya, setelah kakeknya meninggal dunia dia dan ibunya memutuskan menempati sebuah rumah susun di tengah kota. Rumah kakeknya dulu sudah di jual oleh ibunya, dan akhirnya mereka tinggal di rusun itu selama kurang lebih 15 tahun. Eveleen sendiri bekerja di sebuah kantor PH (Production House) atau agensi artis, yang pekerjaannya setiap hari menjadi manager seorang artis. Namun saat ini dia hanya menjabat sebagai asissten manager artis yang bernama Paula White. 

Hari itu Eveleen buru-buru untuk pulang ke rumahnya karena 15 menit yang lalu dia mendapat 15 panggilan tidak terjawab dari ibunya. Ibu Eveleen sendiri diketahui memiliki penyakit kanker paru-paru, dan sudah beberapa kali dirawat di rumah sakit. Karena mereka hanya tinggal berdua, jadi Eveleen terkadang harus merelakan di omelin oleh atasannya karena dia sering cuti untuk menemani sang ibu. Namun hari itu merupakan hari yang tidak akan pernah Eveleen lupakan, dia kehilangan satu-satunya keluarga yang dia miliki. Eveleen masih duduk dengan baju setengah basah, dan dia terus memegang handphone ibunya yang tadi dia ambil dari lantai tepat di samping jasad ibunya. Eveleen nampak sangat menyesali perbuatannya yang tidak mengangkat telfon dari ibunya tadi, dia merasa sangat bersalah di sisa akhir hayatnya sang ibu harus pergi tanpa sempat berpamitan dengannya. Tangisnya pecah saat itu juga, beberapa petugas yang ada di kantor polisi memaklumi sikap Eveleen yang seperti itu

Setelah memberikan pernyataan di kantor polisi, Eveleen menaiki taxi menuju rumah sakit tempat ibunya dirawat untuk diketahui penyebab kematiannya. Sesampainya disana, Eveleen berjalan dengan langkah gontai menuju kamar mayat, dia masih mengenakan pakaian yang basah akibat hujan. Dia bertemu dengan dokter yang memeriksa jenasah ibunya. Dan dari dokter, Eveleen tahu kalau ibunya meninggal karena sesak nafas dan kekurangan oksigen, sepertinya penyakit paru-paru ibunya kambuh, dan dia terjatuh di depan pintu saat mencoba mencari bantuan keluar rumah. Hati Eveleen sangat hancur mendengar pernyataan dokter itu, dia tidak kuat saat dia harus melihat ibunya yang sudah menutup mata untuk selamanya. Eveleen lalu berjalan menuju rootroff rumah sakit, dia berdiri sambil memandang lampu-lampu dari gedung seberang rumah sakit. Matanya masih berlinangan air mata, dia juga tidak menghiraukan udara dingin sehabis hujan yang menusuk kulit, ditambah lagi pakaian yang dia kenakan belum sepenuhnya kering. Lalu ada seorang laki-laki yang berdiri di samping Eveleen, dia memberikan selimut rumah sakit kepada Eveleen. Dan Eveleen memandang sekilas ke arah laki-laki yang mengenakan jas dokter itu.

Lelaki itu bernama Renjana, dia seorang dokter magang di rumah sakit itu, dia masih menyelsaikan tugas akhirnya di unuversitas kedokteran ternama disana. Renjana atau sering di panggil Ren sedari tadi melihat Eveleen, saat Eveleen baru memasuki rumah sakit sampai Eveleen ke kamar mayat dan berakhir di rootroff sekarang. Ren hanya takut kalau Eveleen melakukan hal yang bisa membuat dia kehilangan nyawanya, Sebenarnya baik Ren atau Eveleen ini adalah kali pertama mereka bertemu.

'Ini minumlah....' kata Ren sambil memberikan teh hangat untuk Eveleen

Eveleen hanya memandang gelas kertas berwana putih dengan logo rumah sakit yang ada di tangan Ren, dia sama sekali tidak bergeming. Ren lalu menarik tangan Eveleen dan menaruh gelas hangat itu di tangan mungilnya, sembari terus menatap Eveleen yang sedari tadi menatap kosong kedepan.

'Minumlah ini untuk menghangatkan tubuh kamu...' kata Ren lagi sambil merapikan selimut yang dia taruh di kedua bahu Eveleen 'Aku tinggal dulu ya...habiskan tehnya supaya badan kamu tetap hangat...' kata Ren sambil beranjak dari tempatnya berdiri.

Eveleen masih tidak bergeming, dia tetap berdiri sambil menatap kosong ke gedung seberang rumah sakit, hatinya sangat hancur saat ini. Ren berjalan menjauhi Eveleen, namun dia tidak benar-benar meninggalkan Eveleen disana, Ren masih mengamati Eveleen dari jarak aman. Tidak lama kemudian munculah sesosok pria dengan tubuh tinggi dan wajah yang masih bersisa ketampanannya saat muda dulu, dia berumur sekitar 50th. Dia berjalan dengan tergesa dan menghampiri Eveleen yang masih berdiri di tempat yang sama ketika dia baru menginjakan kakinya di rootroff.

'Ev.....apa yang terjadi sama ibu kamu...? bukankah aku sudah memberikan biaya pengobatan untuknya...kenapa ini bisa terjadi...' kata orang itu

Eveleen masih tidak bergeming, dia masih berdiri tegap menatap kedepan dengan pandangan kosong serta membelakangi pria paruh baya itu.

'Ev...' kata pria itu sambil membalikkan badan Eveleen dengan paksa dan membuat gelas teh dari Ren jatuh ke bawah.

Eveleen memandang lelaki separuh baya itu yang tampak marah kepadanya, dia terus menggenggam lengan Evellen. Hal itu membuat Ren ingin menolong Eveleen, namun langkahnya terhenti saat Eveleen berkata

'Ayah....' suara Eveleen sangat lirih

'Jangan panggil aku dengan sebutan itu...' jawab pria itu sembari melepas cengkraman tangannya

Ren terperanjat mendengar Eveleen memanggil pria itu dengan sebutan ayah, dan Ren juga kaget saat si pria itu membentak Eveleen.

'Ayah...apa aku bukan putrimu...??ibu sudah tidak ada, sekarang hanya ada ayah...' kata Eveleen diiringi dengan tangisan

'Ev...disini banyak mata dan juga telinga, kamu tidak boleh memanggilku dengan sebutan itu...selama ini itu perjanjian kita. Aku bahkan sudah memberikan pekerjaan untukmu, dan bukankah kau juga sudah berjanji untuk tidak memanggilku dengan sebutan itu....' jawab pria itu dengan nada sedikit emosi

'Sekali ini saja...aku mohon....aku benar-benar membutuhkan seseorang untuk bisa membuatku sedikit tenang, aku baru saja kehilangan ibu yang sangat aku sayangi jadi aku mohon...untuk kali ini saja...' pinta Eveleen dengan nada memelas

Namun sayangnya lelaki itu sama sekali tidak memperdulikan keadaan Eveleen yg benar-benar hancur saat itu. Pria yg sedari tadi mengenakan topi dan juga pakaian serba hitam itu membuka topinya dan meremas rambutnya dengan emosi saat melihat gadis di depannya yg tidak lain adalah putrinya itu. Lelaki itu bernama Arshid Gunawan, dia salah satu aktor senior di dunia perfilman. Namanya sudah tidak asing lagi, lelaki yg sedari tadi di depan Eveleen adalah seorang aktor senior yg banyak di hormati oleh para juniornya. 

'Ingat ya Ev... Kamu yg membuat perjanjian dahulu, kalau kamu tidak akan pernah menyebutku dengan sebutan itu. Kamu harus pegang janjimu atau kalau tidak aku akan membuat duniamu seperti neraka untukmu... ' kata Arshid sembari melangkah pergi meninggalkan Eveleen

'Duniaku sudah hancur saat anda dan ibuku memutuskan untuk melahirkan aku... ' jawab Eveleen dengan sia-sia air matanya

Langkah Arshid terhenti, dan dia berbalik memandang gadis yang sudah hancur itu. Tubuh Eveleen yg terlihat kurus serta wajah yang pucat karena kedinginan serta kesedihan di matanya membuat hati Arshid tercekat melihatnya. Namun dia juga tidak bisa membiarkan dirinya terlarut dengan suasana itu, karena sekecil apapun perilaku dia, dia akan di nilai oleh banyak orang. Maka itu seumur hidupnya dia harus menyembunyikan fakta kalau Eveleen adalah putri kandungnya. 

'Jika begitu, hancurkan saja dirimu... Namun jangan menarikku untuk hancur bersamamu... Karena aku bukan bagian dari dirimu... ' kata Arshid sambil berlalu pergi meninggalkan Eveleen sendirian. 

Eveleen tertunduk lemas, kedua kalinya saat ini sangat lemah dan tidak bisa lagi menopang tubuhnya untuk tetap tegar berdiri menghadapi semua ini. Ren yang sedari tadi mendengar semua pembicaraan Eveleen dan ayahnya menjadi sangat bersedih dengan apa yang terjadi pada gadis yang memiliki tubuh mungil itu. Ren juga paham kalau lelaki tadi adalah seorang aktor terkenal dan bahkan ibu Ren begitu mengidolakan nya, dia tidak habis pikir kalau ternyata aktor itu memiliki sisi gelap di dalam hidupnya. Tidak beberapa lama kemudian Eveleen pingsan, saat ini tubuhnya benar-benar tidak bisa dia andalkan untuk tetap terjaga. Renjana seketika mengangkat tubuh gadis yg terkulai lemah tidak berdaya itu. Renjana membawa nya ke ICU dan memberikan Eveleen infus untuk mengembalikan kesadarannya. Setelah beberapa lama Eveleen terlelap dari tidurnya, Renjana yang sedari tadi terus memperhatikan Eveleen membuat beberapa perawat mulai membicarakan mereke berdua. Dokter Renjana memang tidak pernah sepeduli ini dengan pasiennya, dia hanya bersikap sewajarnya untuk ukuran dokter pada umumnya, namun berbeda untuk kali ini dia begitu memperhatikan Eveleen dengan cukup intens.

'Gak biasanya Dokter Ren seperti ini sama pasien...' kata salah satu perawat di meja kerjanya

'Iya nih...apa pasien itu cantik..?' tanya salah satu dari mereka

'Kurang tau sih aku...soalnya gak lihat jelas wajahnya tadi...' sambung yang lain

Renjana mendekat kearah kerumunan beberapa perawat yang sedari tadi membicarakan dia dengan Eveleen, dia mengambil beberapa lembar kertas pasien dan mengoreksi diaknosa pasien di kertas tersebut.

'Kalian boleh bergosip, tetapi kerjaan harus tetap jalan ya....ini minggu terakhir aku di rumah sakit ini, jadi mohon kerja samanya ya...' kata Renjana sambil memandang satu persatu perawat yang bergosip tentangnya

Tidak ada yang berani menjawab kata-kata Renjana barusan, mereka hanya mengangguk pelan dengan wajah tidak enak karena Renjana tahu kalau mereka sedang menggosipkan dokter muda itu. Renjana berjalan meninggalkan para perawat tadi dan sekilas memandang kearah ranjang tempat Eveleen terlelap.

'Semoga kamu lekas sembuh Eveleen...' batin Renjana lalu beranjak pergi.

Seminggu setelah kejadian itu, Renjana membereskan beberapa barangnya di ruangan dokter dan ada beberapa rekan dokter lainnya yang ikut membantunya. Hari itu hari terakhir Renjana bertugas di rumah sakit itu, karena dia harus berangkat ke Canada untuk melanjutkan S2 nya. Sedikit background dari keluarga Renjana adalah, ayah Renjana adalah seorang pengusaha properti yang sangat berpengaruh di kota itu, ibunya seorang profesor ahli kimia, tepatnya di bidang obat. Kakak pertama Renjana memiliki sebuah perusahaan retail yang lumayan besar dan punya beberapa mini market, dan Renjana juga termasuk jadi dokter dengan predikat yang bagus di kalangan rekan dokter lainnya. Dia akan melanjutkan kuliah dokternya dan mungkin ddia akan bekerja di kantor cabang rumah sakit ini yang berada di Canada, sembari dia menyelesaikan kuliah S2 nya. Keadaan Renjana sangant berbanding terbalik dengan keadaan Eveleen, Eveleen yang hidup dalan ketidak beruntungan dan juga dia harus kehilangan satu-satunya orang yang penting dalam hidupnya, di tambah lagi ayah kandungnya yang tidak mau menerimanya sebagai keluarganya.

Sebelum pergi dari rumah sakit Renjana menyempatkan untuk melihat keadaan Eveleen, namun yang dia dapati ternyata Eveleen tidak pernah kembali lagi ke rumah sakit setelah malam itu. Saat Renjana meninggalkan Eveleen di malam itu, Eveleen tak lama kemudian terbangun dan langsung mengurus surat kematian ibunya dan mengeluarkan jasad ibunya dari rumah sakit dan keesokan harinya dia langsung memakamkan ibunya. Setelahnya dia tiak lagi ke rumah sakit lagi, padahal Renjana menyarankan agar Eveleen kembali lagi untuk memeriksakan kondisi tubuhnya, karena menurut diaknosis Renjana, Eveleen memiliki indikasi gizi yang buruk dan kurang nya zat besi, makanya dia ingin Eveleen kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut, takutnya ada penyakit lain yang belum dia ketahui. Namun seperti yang sudah di pastikan, kalau Eveleen tidak pernah kembali ke rumah sakit itu lagi. Renjana sempat meminta alamat Eveleen untuk membujuknya ke rumah sakit, namun sesampainya di rusun tempat Eveleen dan almarhumah ibunya tinggal, rumah itu sudah kosong. Karena Eveleen sudah meninggalkan rumah itu, dan sekarang di depan rumah itu terdapat tulisan kalau rumah itu di jual. Renjana merasa dia sudah berusaha untuk menemukan Eveleen, namun usahanya tidak membuahkan hasil, dan akhirnya dia memutuskan untuk tidak mencari Eveleen lagi, dan pergi ke Canada untuk study nya.

7 tahun berlalu, semenjak kejadian itu, Renjana masih di Canada untuk S2 nya serta sekarang dia juga bekerja di rumah sakit di Canada, dia juga berkeinginan untuk melanjutkan S3 nya di sana. Namun ibunnya menyuruhnya untuk kembali ke Indonesia dan kembali bekerja di rumah sakit sebelumnya. Hal itu di karenakan ayah Renjana yang mulai sakit-sakitan dan juga ibunya ingin Renjana segera menikah di usianya yang sudah memasuki 1/4 abad lebih itu. 

Hari itu suasana venue di tempat acara peluncuran film baru Paula White di penuhi oleh banyaknya pengemar Paula. Eveleen yang sedari tadi memperhatikan handphone nya tiba-tiba di tepuk bahunya oleh Paula.

'Ev....kamu serius banget...lihat apaan sii...??' seru Paula

'Oh...maaf aku lagi pantau roundown acara nih....' jawab Eveleen sambil menutup layar handphonenya

Paula tersenyum memandang managernya yang selalu tampak serius di setiap acara, bahkan Eveleen hampir tidak pernah mengajukan cuti libur. Kadang Paula heran dengan Eveleen yang sepertinya melarutkan dirinya dengan semua pekerjaan yang ada di kantor, bahkan sampai dia di nobatkan sebagai manager artis terbaik di setiap tahunnya. Eveleen benar-benar menenggelamkan dirinya dengan semua kerjaannya di kantor, dia sama sekali tidak memperhatikan dirinya sendiri.

'Ev....dua hari lagi ulang tahunmu kan...?' tanya Paula

'Ohhh iya kenapa emangnya kak Paula...?' tanya Eveleen sambil merapikan beberapa pakaian Paula yang tergantung di rak belakang Paula

'Aku mau kamu ambil cuti selama dua hari itu...terserah kamu mau ngapain tapi aku mau kamu take a rest your self....holidays or something gitu...aku gak mau kamu kerja dua hari kedepan....' kata Paula sambil meraih tangan Eveleen dan menggenggamnya.

Eveleen terhenyak mendengar pernyataan Paula yang menurutnya itu tidak mungkin, karena jadwal 2 hari kedepan sangatlah padat. Apa lagi setelah premier film baru Paula dia akan banyak acara off air setelahnya, dan mengambil cuti pada hari itu adalah hal yang tidak mungkin Eveleen lakukan.

'Immposible Kak....I have many things to do..premier ini kan big news banget buat kamu dan pasti akan banyak acara off air buat kamu untuk kedepannya. And it's to sally kalau aku cuti...' jawab Eveleen sambil melepas genggaman Paula dan berjalan menjauhi Paula

'Oh come on.....plisss....you can go Ev...I can tell another person to handle this, you must to take a rest...you're looks so tired Ev....' jawab Paula sambil terus menyakinkan Eveleen yang sedari tadi tetap tidak mau untuk mengambil cutinya.

'I'm sorry Kak Paula...but I must to stay with you...' tegas Eveleen

'Okay...kalau gitu aku yang bakalan mogok kerja....setelah premier ini aku bakal menghilang...I'm gone...' seru Paula sambil beranjak meninggalkan Eveleen

Eveleen yang melihatnya hanya tersenyum dan tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, karena dia tau Paula hanya menggertaknya saja. Paula walaupun lebih tua di bandingkan Eveleen namun sifat kekanak-kanakannya itu membuat Paula terlihat jauh lebih muda di bandingakan Eveleen. Semenjak ibunya meninggal, Eveleen tinggal bersama Paula White di apartemen Paula. Dan setelah Paula menikah barulah Eveleen pindah ke flat apartemen sendiri, dari uang tabungan dan juga uang tambahan dari Paula, Eveleen mampu membeli satu flat apartemen yang terbilang cukup bagus. Walaupun sudah menikah, namun Paula tetap dengan sikap manja dan kekanak-kanakan, dan itu membuat Eveleen harus 7/24 mengawasi gerak-gerik artisnya itu. Selama bertahun-tahun bersama, hanya Eveleen lah orang yang bisa Paula percaya, apalagi suami Paula sekarang yang memiliki pekerjaan sebagai seorang pengusaha yang sering sekali tugas keluar kota membuat Paula merasa kesepian, belum lagi skandal-skandal tentang orang ketiga karena suaminya sering keluar rumah dan masalah- masalah lainnya. Hal itu membuat Paula menyerahkan semua tampuk tanggung jawab kepada managernya yang tak lain Eveleen.

Setelah acara premier film baru Paula White, seperti biasa Eveleen menyiapkan makanan untuk bisa di makan Paula di dalam mobil. Namun alangkah terkejutnya Eveleen saat dia mendapati mobil kosong dan tas Paula tidak ada di dalam mobil. Eveleen yang panik langsung menelfon Paula, namun hasilnya nihil, karena Paula tidak bisa di hubungi. 

'Kak Paula.....please don't make me worry...' gumam Eveleen sambil terus menekan nomer telfon Paula

'Kak Eveleen...'teriak Rosa salah satu asisten make up Paula

'Iya kenapa Sa...?' tanya Eveleen gugup

'Ini aku nemuin post note buat kamu...kayaknya dari kak Paula...' kata Rosa sambil memberikan secarik kertas kepada Eveleen

"Hi Ev...pokoknya kamu harus cuti...kalau kamu terima tiket liburan ke Bali ini kamu berangkat...aku janji bakalan balik lagi dan melanjutkan scedulle seperti sebelumnya....with Love Paula" tulis Paula

Eveleen menghela nafas, dan dia mendapati ada tiket pesawat ke bali di balik kertas itu, lengkap dengan kode booking hotel di bali selama 3 hari 2 malam. Eveleen menggelengkan kepalanya, dan dia langsung menelfon atasannya dan mengajukan cuti saat itu juga, dan Eveleen juga langsung mengirimkan pesan lewat handphone nya kepada Paula kalau dia akan mengambil cutinya.

Keesokan harinya Eveleen membereskan beberapa barangnya di dalam apartemennya dan berangkat ke bandara sambil terus memantau kegiatan Paula lewat asisten managernya. Walaupun Paula sudah meminta dia untuk tidak mengurusnya lagi namun Eveleen tetap mengurus beberapa hal yang masih belum bisa di handle oleh asistennya. 

Setelah perjalanan beberapa jam, Eveleen sampai di Bali. Sekeluarnya dia dari bandara, tujuan pertama dia adalah pantai, karena dia sebenarnya ada janji dengan ibunya untuk pergi berlibur kepantai. Namun sebelum itu terjadi, san ibu sudah duludan meninggalkan dia untuk selama-lamanya. Eveleen cukup lama duduk di tepi pantai yang kala itu sudah mulai senja, dia menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Eveleen menutup matanya dan tanpa terasa dia meneteskan air matanya, sesibuk apapun dia selama bertahun-tahun ini, namun hatinya tidak bisa menahan kerinduan terhadap ibunya yang sudah pergi menginggalkan dia untuk selama-lamanya.

'Happy birthday Ev....' gumam Eveleen kemudian

Karena hari itu adalah hari ulang tahunnya, tidak beberapa lama kemudian handphone nya berbunyi, dan itu telfon dari Paula.

'Happy birthday Ev...aku ucapin sekarang ya, karena takut nanti malam gak sempet aku karena acaranya bisa sampai malam...' kata Paula dari seberang telfon

'Iya kak Paula...makasih ya...' jawab Eveleen diiringi senyuman

'Kamu dimana sekarang....?' tanya Paula

'Di kuta....lagi menatap langit dan pantai....' jawab Eveleen

'Good job....happy holidays my love....happy birthday and I hope you always happy....love ya...' lanjut Paula sembari menutup telfonnya.

Eveleen hanya tersenyum mendengar suara manja Paula yang selalu memanggilnya dengan sebutan My Love. Paula sudah seperti kakak sekaligus adik untuk Eveleen. Setelah puas memandang pantai dan juga langit senja itu, Eveleen melangkahkan kaki menyusuri pantai sampai ke hotel tempat dia menginap, yang jaraknya tidak jauh dari bibir pantai. Sesampainya di hotel, Eveleen langsung membersihkan dirinya danlalu dia menyantap makan malam di restoran hotel tersebut sambil terus mengerjakan proyek Paula dari laptopnya. Suasana malam yang semakin larut, membuat Eveleen berpindah dari restoran ke rootroff hotel sambil terus bergulat dengan laptopnya. Pukul menunjukkan jam 11 malam, namun suasana semakin ramai disana, lalu Eveleen melihat ada seorang laki-laki yang sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan yang lebih terlihat seperti ibunya di sana. Sayup-sayup Eveleen mendengar kalau wanita itu sedang memarahi lelaki yang berada di depannya tersebut.

'Udah gede tapi tetap di marahi sama mamanya....beruntung sekali dia masih bisa dengar omelan ibunya...' gumam Eveleen sembari meminum teh bunga chamomile di cangkir depannya.

Tak beberapa lama, perempuan tadi meninggalkan lelaki itu yang masih duduk membelakangi Eveleen. Perempuan dengan setelan baju dress yang terbilang cukup mahal karena Eveleen tahu beberapa merk band baju yang mahal, dan itu salah satu dari brand baju mahal yang di pakai oleh wanita itu. Eveleen bisa memastikan kalau wanita barusan bukanlah ibu-ibu biasa, pasti dia salah satu istri penjabat atau bahkan seorang penjabat. Belum selesai rasa keingintahuan Eveleen, dia lalu melihat lelaki yang sedari tadi memunggunginya. Lelaki itu berbalik dan berjalan mengikuti ke arah wanita tadi pergi, dan saat melewati Eveleen, lelaki itu menjatuhkan saputangan nya. Eveleen mengambil saputangan tersebut dan bergegas memanggil lelaki tadi dan menepuk bahu lelaki itu. 

Sesaat mata mereka saling bertukar pandang, dan lelaki itu adalah Renjana, lelaki yang 8 tahun lali dia temui di atap rumah sakit. Namun Eveleen tidak mengenali Renjana, karena saat itu dia dalam keadaaan tidak memungkinkan untuk mengingat seseorang. Namun berbeda dengan Renjana, dia mengingat dengan jelas siapa wanita yang sekarang seddang berdiri di depannya. Matanya menatap penuh dengan pertanyaan dan juga dengan senyum kelegaan, karena wanita yang dahulu dia cari sekarang ada di hadapannya.

'Ini milik anada terjatuh tadi disana...' kata Eveleen seraya menyerahkan saputangan berwarna merah maroon di kombinasi dengan corak hitam di pinggirannya.

Renjana masih menatap takjub dengan apa yang sekarang dia lihat, wanita dengan mata coklat yang terlihat sayu namun masih ayu untuk di pandang. Raut wajah Eveleen yang lebih terlihat dewasa dibandingkan dengan 8 tahun lalu serta rambut yang sekarang sudah tertata rapi dan tidak lagi basah akibat air hujan membuat Eveleen makin terlihat cantik di mata Renjana.

'Oh...iya terima kasih...' sahut Renjana sambil mengambil saputangannya dari tangan Eveleen 'Ini punya mamaku....' lanjutnya kemudian

'Oh begitu...baiklah kalau begitu, saya permisi...' kata Eveleen sambil beranjak meninggalkan Renjana

'Tunggu...' cegah Renjana

Eveleen menoleh kearah Renjana yang sekarang sedang berjalan mendekatinya, dan semakin dekat sampai hanya berjarak 10cm dari tubuh Eveleen. Dan hal itu membuat Eveleen sedikit memundurkan badannya dan memandang penuh curiga kepada Renjana.

'Namaku Renjana...' kata Renjana kemudian sambil mengadahkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Eveleen

Dengan menahan kecurigaan, Eveleen menjabat tangan Renjana diiringi senyum terpaksanya.

'Eveleen...' jawabnya kemudian

'Mungkin kamu gak ingat aku, tetapi kita pernah bertemu 8 tahun yang lalu...' Kata Renjana kemudian yang membuat mata Eveleen terbelak mendengarnya.

Renjana tersenyum senang dan wajahnya yang mirip dengan artis hongkong Jimmy Lin itu membuat Eveleen semakin bertanya-tanya.

'Senang bertemu denganmu lagi Ev...dan aku cukup bahagia karena tahu kalau kamu baik-baik saja...nice to see you again...' kata Renjana diiringi senyum terbaiknya yang membuat degup jangtung Eveleen meningkat drastis.

Setelah pertemuan malam itu, Eveleen dan Renjana berjanji untuk bertemu lagi di keesokan harinya di tempat yang sama seperti malam kemarin. Sekitar pukul 12 siang Eveleen duduk di sebuah kursi yang berada di restoran hotel tempat dia menginap. Dan beberapa menit kemudian terlihat Renjana yang berjalan mendekatinya dengan style cassual berwarna cokelat kombinasi putih. Renjana melemparkan senyum terbaiknya untuk Eveleen yang sedari tadi terus memandang kagum dengan penampilan Renjana hari itu.

'Hai...sorry tadi masih anter mama ke airport buat balik ke kerumah, jadi agak siang aku ketemu sama kamu...' kata Renjana sembari duduk di depan Eveleen yang masih terpaku dengan penampilan Renjana yang sederhana namun terlihat sangat mempesona.

'Oh..iya tidak apa-apa kok...' Jawab Eveleen sambil meminum air di depannya karena tenggorokannya terasa kering secara tiba-tiba

'Kamu udah pesan makan...?' tanya Renjana yang lalu di sahut oleh gelengan kepala Eveleen 

'Oke kalau gitu kita pesan makan dulu ya....nih...laddies first..' kata Renjana sambil memberikan buku menu ke Eveleen yang sedari tadi tidak melepaskan pandangannya pada Renjana

Setelah memesan beberapa makanan, mereka berdua menikmati makan siang kala itu dengan di temani sepoi-sepoi angin dari pantai serta alunan musik dari dalam restoran.

'Aku mau tanya sesuatu sama kamu...' kata Eveleen tiba-tiba sembari meletakkan sendok makannya

Renjana menatap Eveleen dan diapun menaruh alat makannya dan melipat kedua tangannya di meja makan seolah ingin mendengar dengan seksama pertanyaan Eveleen.

'Apa dulu aku meminta kamu untuk jadi model di agensiku...??' tanya Eveleen kemudian

Pertanyaan Eveleen itu membuat Renjana tersenyum menanggapinya, dia lalu mengusap bibirnya dengan tissue sebelum menjawab pertanyaan dari Eveleen. Renjana memandang kedua mata Eveleen yang tampak sangat penasaran dengan bagaimana mereka berdua bertemu dahulu, tepatnya 8 tahun yang lalu.

'Apa aku terlihat seperti model...?' tanya Renjana balik

'Hemmm...apa kamu gak punya cermin di rumah....???di sini banyak cermin, tentu siapaun yang melihatmu akan berfikir kalau kamu ini seorang model atau artis...' jawab Eveleen sembari memotong makanan di piring dan melahapnya kemudian

'Kamu benar-benar tidak mengingatku waktu itu...' gumam Renjana sembari menyandarkan tubuhnya ke kursi tempat dia duduk dan menyilangkan tangan nya sembari menatap Eveleen yang masih makan

'Hah...kamu bilang apa barusan..?' tanya Eveleen sambil memandang Renjana yang menjauh dari meja makan dan memilih bersandar di kursinya.

Renjana kembali melipat tangannya di meja dan memandang Eveleen dengan tatapan penuh kasih sayang, lalu dia mengambil tissue dan mengusap bibir Eveleen yang belepotan karena makanan yang dia makan.

'Aku gak akan jawab pertanyaan aku itu dengan mudah sampai kamu ingat aku dulu...' kata Renjana kemudian

Eveleen merasakan ledakan di jantungnya yang selama ini belum pernah dia rasakan, karena selama ini dia cukup di sibukan dengan pekerjaan dan dia sama sekali tidak pernah terlihat menjalin hubungan asmara. Karena luka masa kecilnya, trauma dengan kehidupa ibunya, serta perlakuan kasar ayahnya yang membuat Eveleen kesusahan untuk mempercayai seseorang apalagi laki-laki. Namun bukan berarti dia tidak pernah berpacaran sebelumnya, dia hanya memilih menyibukkan diri setelah kematian ibunya dan memilih untuk mengesampingkan percintaan. Namun Renjana datang seperti fatamorgana di tengah gurun pasir, Eveleen ingin mempercayai itu namun dia takut kalau dia mendekat fatamorgana itu akan menghilang.

1 bulan berlalu, hubungan Renjana dan Eveleen baik-baik saja, Eveleen juga sudah tahu kalau Renjana adalah seorang dokter di salah satu rumah sakit di kotanya. Baik Eveleen dan Renjana cukup intens untuk saling memberikan kabar satu sama lain, hubungan mereka ini terlihat seperti teman yang terlihat sangat dekat, tanpa status yang jelas, karena keduanya masih saling memendam rasa satu sama lain. Hal ini karena Eveleen yang masih belum tahu dimana mereka bertemu 8 tahun yang lalu, dan misteri apa yang membuat Renjana tidak mau bercerita bagaimana cara mereka berdua bertemu 8 tahun yang lalu.

'Sampai saat ini kamu belum tahu dimana kamu bertemu sama dokter itu...?' tanya Paula sambil membenarkan lipstiknya di depan cermin

'Iya kak...enatahlaah...sekeras apapun aku mengingat, tapi rasanya aku tidak bisa mengingatnya...' jawab Eveleen sedih

'Coba kamu cari di file foto-foto kamu, kali aja ada nyempil foto dokter Ren disana...' kata Paula lagi

Eveleen hanya membalas dengan gelengan, dan di ikuti dengan wajah cemberut Paula karena dia merasa Eveleen sudah berputus asa dengan perasaannya terhadap Renjana. Tidak lama kemudian, Paula mengeluh sakit perut dan parahnya harus di larikan di rumah sakit. Eveleen yang mendampinginya terlihat sangat ketakutan dan dia juga terlihat beberapa kali berusaha menghubungi suami Paula, namun nihilnya dia masih belum mendapatkan jawaban dari suami artinya itu. Setibanya di ruamh sakit, Paula langsung dilarikan ke ruang ICU dan mendapat perawatan intens disana. Tidak beberapa lama kemudian beberapa orang dari agensi datang untuk membantu Eveleen mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan Paula. Karena pastinya banyak media dan massa mengurumungi rumah sakit karena artis sekalas Paula yang mendadak sakit dan di rawat di ICU, ini merupakan berita besar untuk sebagian media masa. Makanya banya beberapa pengacara dari PH tempat Eveleen bekerja mendampingi Eveleen untuk memudahkan proses pemulihan Paula tanpa harus berhubungan dengan media secara langsung.

Paula sudah berada di kamar inap, dan ada beberapa saudara Paula yang datang, mereka menyuruh Eveleen untuk beristirahat sebentar supaya tidak kelelahan. Lalu Eveleen meninggalkan kamar Paula dan berpesan kepada salah satu assiten nya untuk mengabarinya jika terjadi sesuatu pada Paula. 

Eveleen berjalan mennyusuri koridor rumah sakit, dan dia tiba-tiba teringat dengan kejadian saat dia berjalan di sana dengan pakaian yang basah kuyup serta rasa sesak di dada karena kehilangan ibunya. Lalu kemudiaan Eveleen merasakan sesak di dadanya dan dia memutuskan untuk ke atap rumah sakit, hanya untuk mencari udara segar, karena rasa trauma akibat masuk rumah sakit masih bisa di rasakannya saat itu. Sesampainya di atap, Eveleen memandang lampu-lampu dari gedung seberang serta dari beberapa bintang di langit malam itu membuat dia kembali teringat kalau dia pernah berdiri disana sebelumnya, itu membuat Eveleen merasakan dejavu.

'Are you oke Ev....?' tanya Renjana sambil membawakan selimut rumah sakit dan menutup bahu Eveleen dengan selimut itu

Eveleen spontan memandang ke arah Renjana yang membuat wajah mereka bertemu dan hanya berjarak 2cm saja. Itu membuat Eveleen relfek menjauh dari tubuh Renjana, dan dengan sigap Renjana memegang pinggang Eveleen karena tubuh Eveleen hampir saja terjatuh karena kaget dan reflek menghindar yang Eveleen lakukan.

'It's oke I got you....' kata Renjana kemudian

Seketika Eveleen mulai menata kembali memori dia yang ada di kepalanya, memori dimana dia tidak mau mengingat saat-saat sedih itu. Ingatan dia akan 8 tahun lalu di atas gedung rumah sakit itu kembali Eveleen dapatkan, dia mulai mengingat kalau lelaki yang ada di depannya saat ini pernah ada di tempat ini juga 8 tahun yang lalu. Dan itu memang benar, Renjana pernah menemani Eveleen disana saat Eveleen dalam masa-masa sedihnya kala itu. Mata Eveleen mulai berair dan Renjana yang mengetahui nya lalu memeluk Eveleen dengan sangan hangat, lalu Eveleen menumpahkan air matanya di pelukan Renjana saat itu juga. Setelah Eveleen cukup tenang, Renjana memberikan secangkir teh hangat dan memberikannya ke tangan Eveleen sama seperti 8 tahun yang lalu.

"Aku pernah mendapatkan teh ini 8 tahun yang lalu...' kata Eveleen yang membuat Renjana terperanjat karena Renjana tidak menyangka kalau Eveleen sudah mengingat kejadian 8 tahun yang lalu.

'Kamu ingat itu Ev...?' tanya Renjana memastikan kepada Eveleen dan diikuti anggukan Eveleen

Renjana tersenyum dan merapikan selimut di punggung Eveleen serta membuat Eveleen sedikit merasakan kehangatan lewat sentuhan sederhana itu. 

'Maaf aku tidak mengenalimu dengan cepat....' kata Eveleen setelah meneguk teh hangat dari Renjana tadi

'Tidak apa-apa...aku tahu mungkin saat itu kamu tidak ingin mengingat kejadian itu, makanya kamu tidak mengingatku...' jawab Renjana kemudian

'Seharusnya aku tidak melupakanmu, karena kamu satu-satunya orang yang memperhatikan aku saat itu...' kata Eveleen sambil menatap kedua mata Renjana yang saat itu sedang memakai kacamata minusnya

'Kamu sudah jauh lebih baik lagi sekarang Ev di banding dahulu....aku terus mengikuti mu saat itu karena khawatir kamu akan ikut pergi bersama ibumu, makanya aku berusaha menemani mu walaupun hanya sebagai bayangan yang tidak kamu sadari...' kata Renjana kemudian

Eveleen tersenyum mendengar perkataan Renjana, dan itu membuat hatinya meleleh dibuatnya, hanya hal sederhana namun bisa menghangatkan gunung es di hati Eveleen. Fatamorgana yang selama ini dia lihat di dalam mata Renjana berubah menjadi tujuan akhir dari perjalanannya. Entah mengapa Eveleen merasa kalau dia bisa mempercayai lelaki yang saat ini sudah memenuhi hatinya.

'Terima kasih Ren...kamu menemaniku saat itu...dan hari ini juga....terima kasih kamu masih tetap menemani ku di sini....' kata Eveleen di sertai senyuman hangatnya, ini kali pertama Eveleen tersenyum hangat kepada Renjana.

Renjana membalasnya dengan senyuman juga dan di sertai anggukan kecil dari Renjana, Eveleen sedikit tenang saat melihatnya karena jujur sedari tadi dia khawatir dengan keadaan Paula serta banyaknya media yang meliput yang membuat Eveleen sesak nafas ditambah trauma akan kehilangan ibunya yang kambuh saat memasuki lorong rumah sakit membuat Eveleen semakin kacau. Namun Renjana datang dan membuat semua seolah kembali normal lagi, mungkin ini hanya suggesti dari fikiran Eveleen, akan tetapi saat ini hanya itu yang ingin Eveleen percayai untuk mengembalikan kesadarannya kembali.

'Aku bisa menemanimu seterusnya kalau kamu mau....' Kata Renjana lagi sambil memalingkan wajahnya dari Eveleen

'Apa...?? apa kamu bilang Ren...?' tanya Eveleen lagi

Renjana menghela nafas dan kembali menatap wanita yang membuat dia selalu tidak tenang dan ingin melindungi gadis mungil di depannya itu. Renjana mentap dalam kedalam mata Eveleen lalu dia tersenyum sambil berkata..

'Aku bisa menemanimu selamanya kalau kamu mau...' kata Renjana dengan jelas dan membuat Eveleen tersipu

'Menemaniku dimana....?' tanya Eveleen balik di sertai senyuman nakal

'Wherever you like...I can stay with you....' jawab Renjana mantap

Eveleen tersenyum dan memalingkan wajahnya, karena dia tidak ingin Renjana tahu kalau sekarang pipinya berubah sangat merah melebihi merahnya buah ceri. Lalu saat kembali menatap Renjana dia mendapati wajah Renjana yang terlihat sangat serius menatapnya.

'Aku serius Ev....' kata Renjana dengan mode serius nya

Lalu Eveleen memeluk Renjana dengan hangat dang berbisik di telinganya...

'I know....I will be with you as best I can....' bisik Eveleen

Renjana lalu memeluk Eveleen dengan sangat hangat dan dia melambungkan senyumannya, Renjana sangat tenang saat itu dia bisa mendapatkan wanita yang selama ini membuatnya selalu kepikiran dan ingin selalu berada di sampingnya. Malam itu Renjana dan Eveleen resmi berpacaran, mereka juga menyempatkan kencan di sela-sela penyembuhan Paula. 

Untuk Paula sendiri dia di diaknosis mengalami maag akut, karena jadwal yang sangat padat serta makan Paula yang tidak terkontrol. Padahal Eveleen sangat menjaga pola makan Paula, namun Paula yang bandel kadang tanpa sepengetahuan Eveleen melakukan cheatting day yang berlebihan sehingga membuat dia terkena maag. Namun kondisinya sudah berangsur-angsur membaik, dia juga semakin baik saat mengetahui manager kesayangannya sudah memiliki kekasih. 

Hari itu Renjana dan juga Eveleen berjani untuk makan malam bersama, dan Renjana sudah menyiapkan venue untuk melamar Eveleen, sekalian dia memberi tahu ibunya tentang hubungannya dengan Eveleen. Ibu Renjana tidak mempermasalahkan hal itu, dia justru sangat senang anaknya mendapatkan wanita yang dia sukai, sebenarnya waktu di bali itu sang ibu ingin menjodohkan Renjana dengan salah satu putri temannya, namun Renjana menolak dan membuat ibunya sedikit marah. Namun sekarang setelah Renjana menceritakan semua tentang Eveleen, sang ibu memahami anaknya dan menyerahkan semua keputusan kepada Renjana, karena Renjana sudah dewasa dan dia juga memilih untuk hidupnya kelak, makanya baik ayah dan ibunya tidak mempermasalahkan Eveleen dengan background nya, dia hanya ingin Renjana hidup bahagia dengan pilihannya sendiri. Hal yang jarang di temui saat ini, saat orang tua lebih mengutamakan piluhan anaknya daripada memaksakan kehendaknya.

Saat sampai di restoran yang sudah di pesan oleh Renjana, Eveleen di kejutkan dengan beberapa ornamen bunga kesukaannya serta lagu-lagu favorit dari Eveleen yang sudah terdengar menggema di area restoran. Renjana datang dengan senyuman menyambut Eveleen dan memeluk erat kekasihnya itu, dia seolah tidak memperhatikan keadaan sekitarnya dan beberapa orang ikut mengabadikan moment bahagia itu. 

'Ada apa ini...? bukannya kita hanya makan malam..?' tanya Eveleen disertai rasa curiga karena penyambutan tidak biasanya itu

Renjana melepas pelukannya, dan mulai bersimpuh di depan Eveleen. Dia mengeluarkan kotak berwarna coklat dan berisi sebuah cincin lengkap dengan mata berlian kecil, simpel namun berkelas, itulah penampakan sekilas cincin dari kotak mungil itu.

'Will you marry me Ev....?' tanya Renjana diikuti sorakkan beberapa pengunjung di restoran tersebut

Eveleen tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, dia juga tersipu dengan perlakuan kekasihnya itu, dia juga sedikit malu karena banyak dilihat oleh orang-orang. Namun di balik semua itu, dia sangat yakin dengan kekasihnya, makanya dengan cepat Eveleen menjawab lamaran Renjana.

'Yes...I will Ren...' jawab Eveleen

Renjana memasangkan cincin itu di jari manis Eveleen dan di sertai sorakan bahagia dan ucapan selamat dari semua pengunjung restoran. Beberapa orang juga mengabadikan moment-moment bahagia itu dan itu membuat suasana malam itu semakin terlihat bahagia. Eveleen dan juga Renjana duduk di meja yang sudah mereka pesan, sambil menikmati makan malam romantisnya Eveleen selalu mamandang cincin dari Renjana.

'Kamu suka cincinnya...?' tanya Renjana sambil memegang tangan Eveleen

'Emm...' jawab Eveleen dengan anggukan kecilnya

'Thanks God....besok mama sama papaku minta untuk makan malam sama kamu sekalian kita bahas tanggal pernikahan kita...' kata Renjana lagi

'Secepat ini...besok...???' kata Eveleen kaget

'Kenapa...? lebih cepat lebih baik Ev...mama juga penasaran sama kamu, dia ingin ketemu langsung sama kamu, bukan lewat telfon lagi...' kata Renjana lagi

Saat Eveleen dan juga Renjana masih menikmati makan malam mereka, tiba-tiba datang seorang perempuan paruh baya yang sekonyong-konyong langsung menyiram Eveleen dengan air. Eveleen tampak shock dengan kejadian itu, dan Renjana yaang melihatnya langsung menutupi tubuh Eveleen yang basah terkena siraman air dari perempuan tadi.

'Anda siapa...??apa yang anda lakukan...!' seru Renjana sambil memeluk tubuh Eveleen dengan erat

'Dasar kamu anak tidak tahu di untung...kamu hanya anak haram dari seorang artis saja kelakuanmu sok..' seru wanita tadi dengan telunjuk yang nemunjuk-nunjuk ke arah Eveleen

Beberapa pengunjung mulai memperhatikan kejadian tersebut, moment bahagia beberapa menit yang lalu langsung berubah drastis saat kedatangan wanita itu.

'Apa  maksud anda...?' tanya Eveleen dengan penuh tanda tanya

'Bukankah kemarin aku sudah bilang untuk sediakan uang pengobatan ayahmu, dan persiapkan dirimu untuk operasi transplantasi ginjal, kenapa kamu mengabaikan aku dan sekarang kamu malah enak-enakan makan di sini. Ingat...kamu bisa jadi seperti ini karena uang dari ayahmu, kamu seharusnya sekarang membayar semua uang yang telah ayahmu keluarkan untukmu... ' Jelas wanita yang memiliki rambut ikal sebahu itu dengan dandanan menor ala ibu-ibu yang ada di ibu kota lengkap dengan baju yang lumayan mencolok mata.

Eveleen terdiam...dia menatam wanita itu dengan tajam, lalu dia berjalan mendekati wanita itu dengan pandangan super dingin, seakan ingin menelan wanita itu utuh. Wanita yang tadi meninggikan suara serta mengacak pinggang di depan Eveleen mendadak berjalan mundur selangkah demi selangkah saat Eveleen mendekatinya.

'Anda yakin dia ayahku...?' bisik Eveleen di dekat wanita tersebut

Kejadian itu membuat beberapa pengunjung mengabadikan moment itu, Renjana juga terlihat sangat khawatir dengan Eveleen. Mata wanita itu mendadak terbelak mendengar pertanyaan wanita itu. Dengan spontan Eveleen mencabut beberpa helai rambutnya dan menyerahkan kepada wanita tersebut.

'Silahkan lakukan pemeriksaan DNA, jika memang aku adalah putrinya, biarkan aku memberikan seluruh ginjalku kepadanya....' kata Eveleen dengan suara yang lantang

Hal itu membuat Renjana memeluk kekasihnya itu dari belakang dan berusaha menenangkan Eveleen yang tubuhnya bergetar karena dia sedang berusaha menahan amarhnya. Wanita yang tadi memakinya mendadak jadi membisu saat Eveleen mencabut rambut dan memberikan kepadanya, dia tidak menyangka Eveleen melakukan hal tersebut.

'Dia bukan ayahku...walaupun dulu aku sempat berfikir dia ayahku, namun pada akhirnya aku tahu ayahku bukanlah dia....kalau anda masih menyangka aku putrinya silahkan melakukan pemeriksaan DNA, sekalian tunangan saya juga seorang dokter, anda bisa melakukan di rumah sakit tempat tunangan saya bekerja...' kata Eveleen kemudian

'Ev...tenanglah...' kata Renjana lirih

Wanita tadi tidak berkutik, dan banyak mata yang menyalahkan perbuatan wanita tersebut yang datang tiba-tiba tanpa memeriksa faktanya dahulu. Beberapa security restoran juga mendatangi tempat tersebut dan menyuruh beberapa pengunjung agar tenang dan kembali ke tempat duduk masing-masing, para security juga mengawal wanita separuh baya tadi untuk meninggalkan ruangan tersebut. Manager restoran juga ikut membantu Renjana membersihkan beberapa kekacauan di mejanya. Eveleen tampak terpukul itu duduk terpaku di kursinya, dan Renjana lalu memapahnya untuk keluar restoran dan masuk kedalam mobil. Manager restoran meminta maaf atas apa yang sedang terjaddi barusan, mereka juga tidak menyangka hal tersebut akan terjadi di restoran mereka. Namun Renjana tidak mempermasalahkannya, dia lebih mengkhawatirkan keadaan Eveleen, makanya Renjana memutuskan untuk membawa Eveleen pulang.

Di perjalanan, handohonne Eveleen terus berbunyi, ada beberapa panggilan dari Paula dan juga beberapa petinggi kantor PH nya. Handphone Renjana juga tidak kalah ramainya, banyak telfon dari ibunya serta kakaknya, kejadian di restoran itu cepat sekali terkuak, bahkan nama aktor yang menjadi ayah Eveleen pun ikut tersorot, itu membuat Eveleen semakin merasa hancur, saat dia mulai kembali mengatur keping-kepingan hidupnya yang mulai rapi, wanita tadi seperti angin yang dengan mudah menghanncurkannya lagi.

Sesampainya di apartemen Eveleen disana sudah di penuhi media masa, para wartawan mengerumuni lobi apartemen Eveleen. Identitas Eveleen yang seorang manager artis ternama membuat dia cepat sekali di kenali, makanya Eveleen tidak bisa memasuki apartemennya. Dengan segera Renjana membawa Eveleen ke apartemennya, yang jaraknya lumayan jauh dari apartemen Eveleen, dengan harapan mereka tidak di kejar oleh wartawan lagi. Sesampainya di apartemen Renjana, Eveleen duduk di salah satu kursi dekat jendela kaca bersar yang menghadap ke salah satu papan iklan di sebuah gedung samping apartemen. Di papan itu terpampang iklan dengan brand ambasadornya Paula White. Air mata mulai menjatuhi pipi Eveleen, dia merasa hidupnya susah sekali menemukan ketenangan. Setelah dia mendapatkan ketenangan dan cinta dari lelaki yang benar-benar dia sayangi, sekarang dia mendapati dirinya kkembali terseret arus kejam dunia lagi.

'Ev...ini minumlah dulu biar hangat badan kamu...terus ini ada baju aku siii, karena aku gak punya paju cewek jadi sementara kamu pakai bajuku dulu ya, biar bajumu ini aku keringkan...' kata Renjana sambil memberikan segelas madu hangat untuk Eveleen, dia khawatir Eveleen sakit karena badannya kedinginan.

Eveleen hanya memandang Renjana dan menghapus air mata di pipinya, Eveleen beranjak dari kursinya dan berjalan mendekati Renjana lalu mengambil gelas di tangan Renjana dan meminumnya sekaligus.

'Be carefull Ev...ini masih panas...' kata Renjana sambil memgang pipi Eveleen

'Apa kamu takut sama aku...?' tanya Eveleen dengan suara paraunya

'Apa maksud kamu...??'

'Aku bukan wanita yang biasa...aku bahkan bisa meminum air panas ini dengan mudah, aku juga bisa marah-marah dalam hitungan detik dan seketika berubah jadi bahagia juga...aku gak normal Ren...apa kamu gak takut sama aku...? apa keluarga kamu mau menerima aku yang seperti ini?? aku yakin orang tua mu akan melarangmu bersamaku setelah ini....' kata Eveleen panjang lebar.

Renjana menghela nafas dan membelai mesrah rambut kekasihnya itu, dia tahu saat ini Eveleen masih sangat terguncang dengan kejadian barusan, serta pemberitaan media yang simpang siur itu membuat keruh suasana.

'Kamu pikir aku juga pria yang normal Ev...?' kata Renjana kemudian

Kata-kata dari Renjana itu membuat Eveleen mengernyitkan dahinya, dia mulai tidak bisa menangkap apa yang ingin Renjana sampaikan.

'Setiap manusia punya sisi gelapnya masing-masing Ev...tidak ada namanya manusia yang sempurna di dunia ini, aku meminta kamu untuk bersamaku bukan karena kamu sempurna atau aku yang sempurna, tetapi karena aku butuh kamu untuk melengkapi aku yang tidak sempurna ini, untuk menjadi normal seseorang harus bersama dengan orang lain agar mereka bisa melengkapi satu sama lain.' jelas Renjana.

Eveleen menutup matanya dan air matanya mulai jatuh lagi, dan kali ini Renjana menghapusnya lalu mengecup kening Eveleen dan memeluknya kemudian.

'Lalu bagaimana dengan orang tuamu...??' tanya Eveleen

'Aku akan bicara dengan mereka besok, biar aku dulu yang menghadapinya, tapi aku pastikan aku tidak akan melepaskanmu Ev...' jelas Renjana menenangkan Eveleen

Malam itu adalah malam terberat untuk Eveleen, namun karena ada Renjana di sisinya dia sedikit lebih tenang dan bisa menghadapi kejadian hari ini. Keesokan paginya Renjana sedang menyiapan sarapan sambil terus berbicara dengan ibunya di telfon, Eveleen yang baru keluar dari kamar mandi langsung duduk di kursi meja makan dan mengamati Renjana yang sedari tadi mondar mandir sambil menyiapkan sarapan untuknya. Beberapa menit kemudian dia mematikan telfonnya dan menemani Eveleen makan di meja makan.

'Bagaimana dengan mama mu...?' tanya Eveleen di tengah-tengah sarapan mereka

Renjana menghentikan makannya dan melipat kedua tangannya di meja, dia juga membenarkan kacamatanya dan mulai memandang Eveleen dengan serius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar