Minggu, 13 November 2022

CERPEN 2022

 Kakak


Pagi ini masih seperti biasanya, kebisingan di dapur pada pagi hari adalah hal yang lumrah di keluarga Myka. Myka adalah seorang wanita yang sudah menginjak kepala 3, di dalam kehidupannya dia selalu mengedepankan keluarganya. Dia putri pertama, cucu pertama dan juga keponakan pertama di keluarganya, tidak usah di tanya bagaimana beban dia sebagai penyandang kata 'Pertama'. Dia memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk semua harapan kedua orang tuanya, dia juga diharuskan memiliki sikap yang baik untuk menjadi contoh kedua adiknya. Myka sendiri sebenarnya tidak memilih untuk dilahirkan seperti ini, namun dia tidak memiliki keputusan akan hal itu, Tuhan sudah memberikan garis hidup Myka seperti itu. Myka memiliki dua adik, dan keduanya berjenis kelamin lelaki, Myka satu-satunya wanita di keluarganya. Adik pertama Myka bernama Miko dan yang kedua bernama Mono, Myka dan Miko berselisih 5 tahun, sedangkan dengan Mono selisih Myka 9 tahun. Jarak yang lumayan jauh, dan itu juga yang mempengaruhi ikatan persaudaraan mereka.

Myka dari kecil di tuntut untuk memnuhi harapan kedua orang tuanya, dengan cara, Myka harus bisa masuk sekolah yang kedua orang tuanya inginkan, Myka harus bersikap sesuai dengan yang orang tuanya mau, Myka juga di tuntut tidak boleh mengeluh dengan apapun yang kedua orang tuanya berikan kepadanya. Myka lulus dari sekolah yang kedua orang tuanya mau, dan saat ingin bekerjapun, Myka harus menuruti saran kedua orang tuanya, untuk bekerja di tempat yang sudah di sediakan oleh orang tuanya. Tidak cukup sampai di situ, Myka harus senantiasa memenuhi keinginan orang tuanya, seperti dapat gaji yang cukup, kehidupan yang baik sehingga bisa buat ajang gengsi ke teman-teman kedua orang tuanya, serta keluarga besar, dan masih banyak tuntutan lainnya seolah tidak pernah berakhir, dan ini nampak seperti kedua orang tua Myka tidak puas dengan semua yang telah Myka lalui.

Di usianya yang sudah kepala 3 ini, kedua orang tuanya menuntutnya untuk menikah, padahal dulu Myka waktu punya pacar, dia sama sekali tidak di perbolehkan. Setiap ada pria yang datang kerumah sebagai pacarnya, sikap kedua orang tuanya sangat dingin dan terkesan acuh tak acuh terhadap hubungan Myka dan pria tersebut. Namun sekarang saat Myka sudah lelah dan sangat sulit untuk membuka hari kepada pria lain, dia di tuntut untuk menikah. Begitulah kehidupan, manusia selalu tidak pernah puas dengan apa yang mereka dapatkan di dalam hidupnya, padahal semua hal yang terjadi kepadanya adalah anugrah dari Tuhan yang harusnya di syukuri.

'Myka...jangan ambil telurnya itu untuk adik kamu, kamu makan sama ini saja...' kata ibu Myka sambil menyodorkan lauk berupa tempe dan juga tahu yang sebenarnya sudah dari kemarin di goreng tetapi belum ada yang makan.

Sebagai seorang kakak terkadang Myka harus mengalah untuk makanan, dan sebenarnya bukan hanya makanan, Myka juga harus mengalah dalam banyak hal di hidupnya. Bahkan untuk mimpinya pun dia harus melepaskannya, dia harus tetap terlihat tegar dan baik-baik saja walaupun tubuhnya penuh luka yang hanya Myka sendiri yang tahu.

'Iya ma...Myka cuma mau geser tempat telurnya kok, bukan untuk makan telurnya...' jawab Myka sembari menahan sakit di hatinya dan tetap dengan senyuman.

Perlakuan orang tuanya ke Myka memang seperti itu dari dulu, jika Myka yang meminta sesuatu, butuh waktu panjang untuk mengabulkannya, namun jika untuk kedua adiknya hanya beberapa jam saja sudah bisa terwujud. Sebenarnya keluaga Myka bukan tergolong keluarga yang kaya raya, namun kedua orang tua Myka selalu berusaha memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Myka selalu berfikir kalau orang tuanya memperlakukan nya seperti itu karena orang tuanya paham, Myka anak yang sangat kuat dan dia bisa di andalkan, makanya semua tanggung jawab di serahkan pada Myka, sehingga kedua adiknya begitu di manja oleh kedua orang tuanya.

Myka sekarang hanya bekerja sebagai penjaga toko kelontong, dia sebenarnya dulu bekerja di kota besar sebagai akuntan, namun dia harus kembali kedesa untuk merawat ibunya yang jatuh sakit. Karena itu dia memutuskan untuk membuka toko dan bekerja sebagai pedagang dengan penghasilan yang tidak tetap sembari menjaga kedua orang tuanya. Namun hal itu adalah sebuah kegagalan besar di mata kedua orang tuanya, apalagi Myka belum kunjung menikah juga, dia bagaikan sebuah coretan hitam di keluarganya. Adik kedua Myka baru lulus kuliah dan sekarang bekerja jadi seorang freelance fotografer dan merintis bisnis percetakan bersama temannya, sedangkan adik keduanya masih kuliah, baru masuk kuliah.

'Kak..aku pinjem motor ya....' kata Miko

'Memangnya mobil kamu kenapa...?' tanya Myka

'Lagi gak ada bensin, belum punya uang aku, malu mau minta mama...udah pake sepeda kakak aja, lagian kakak gak kemana-mana kan...?' jelas Miko

'Iya gak apa-apa, memangnya kamu mau kemana sih...?' tanya Myka lagi

'Udahlah gak usah banyak nanya kak, cerewet banget sih...!!' seru Miko sambil menyambar kunci motor di meja dan berlalu begitu saja.

Myka yang mendengarnya hanya menghea nafas dan dia kembali mengerjakan pekerjaannya. Sedari dulu sikap Miko memang terlihat kasar, bukan hanya pada Myka saja namun pada kedua orang tuanya juga begitu, namun anehnya Miko paling disayang. Mungkin efek dari perhatian yang berlebihan itu membuat Miko bertindak seenaknya saja dan juga tidak pernah bersikap selayaknya adik kepada kakaknya.

'Kak..Mono lapar, mau pesen makanan di ojol ni....bagi uang dong...' kata Mono sambil menadahkan kedua tangannya di hadapan Myka.

'Mau pesen apa No..?' tanya Myka sambil membuka dompetnya

'Kayak biasanya aja kak...minta gocap ya....' kata Mono lagi

Myka tersenyum, lalu dia mengambil uang dari dalam dompetnya, dan itu merupakan lembar terakhir yang ada di dompetnya. Dia menyerahkan lembar lima puluh ribuan ke adiknya, dan tersenyum kepada adiknya yang sedari tadi menunggu dia menyerahkan uangnya. Mono memang sangat dekat dengan Myka, dibanding Miko, Mono lebih sayang ke Myka, namun karena masih sekolah dia sering meminta uang ke Myka, karena kalau ke ibunya dia akan kena omelan dulu sebelum dikasih uang. Walaupun uangnya menipis, tapi Myka yakin Allah masih memberikan dia rejeki dari pintu lainnya, dari hal yang tidak terduga.

'Myka...Myka...sekali aja kamu jadi orang jahat gitu gak bisa kah...?' kata Rulli sahabat Myka dari seberang telfon

'Kamu ini ngomong apa si Li...' sahut Myka sambil membereskan beberapa baju yang tersebar di penjuru rumah.

'Hah....udah kamu pergi aja dari rumah kenapa sih, nyari kerja di kota lagi gitu kayak dulu atau keluar negeri sekalian, kan kamu pengen jadi pelukis tuh...gambaran kamu juga bagus, nyoba nglamar jadi designer gitu gak bisa kah...?' kata Rulli

'Aku sudah lama gak gambar Li, tangan aku juga kaku, lagian biaya juga gak ada, gimana aku mau ke luar negeri lagi, keluar kota aja gak bisa hehehe...' jawab Myka sembari tertawa kecil

'Aku heran sama kedua orang tua kamu itu...masak semua kesuksesan harus dilihat dari materi sih...padahal kamu gak gila aja menghadapi keluarga kamu yang out of the box itu adalah kesuksesan yang besar lho...' kata Rulli lagi dengan sedikit geram

'Bukankah semua orang tua juga begitu Li...??? di dunia ini mana ada orang tua yang mau anaknya gak berhasil, gak sukses kan gak ada....tapi memang cara mereka beda-beda, cara pandang mereka juga beda, mungkin salah satunya orang tuanku yang memandang suksenya anaknya itu menikah dan punya uang banyak....begitu...' jawab Myka bijak

'Myka...apa kamu gak capek...?' tanya Rulli

Pertanyaan Rulli itu membuat Myka menghentikan aktivitasnya, dia tertunduk sambil terus memegang gagang telfon nya. Myka lalu berjalan mendekati jendela rumahnya yang langsung menghadap ke ladang belakang rumahnya. Disana dia melihat kedua orang tuanya sedang memanen singkong dan juga beberapa buah-buahan. Myka tersenyum simpul saat melihat senyum di wajah kedua orang tuanya, dia berkaca-kaca melihat kebahagiaan orang tuanya.

'Capek Li....namun aku berdoa semoga rasa capekku ini akan menjadi legaku di kemudian hari...' jawab Myka kemudian.

Myka sangat menyayangi keluarganya, dia berusaha memenuhi target kedua orang tuanya, namun kadang apa yang dia lakukan tidak terlihat. Sama seperti pepatah, kebaikan 1.000 akan kalah dengan 1 keburukan, begitulah yang dirasakan oleh Myka. Dia melakukan semua yang diperintahkan kedua orang tuanya, namun saat dia gagal, orang tuanya akan menyalahkannya dan seolah tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Myka, padahal secara tidak langsung apa yang menimpa Myka adalah hasil pemaksaan kedua orang tuanya. Namun sampai detik ini pun Myka tidak pernah menyalahkan kedua orang tuanya, karena Myka berfikir, dia seperti ini karena keputusannya. Dia bisa saja menolak perintah kedua orang tuanya, namun Myka memilih menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua, makanya dia memilih untuk menuruti semua perintah kedua orang tuanya. Namun untuk pasangan hidup, dai memang tidak mau menuruti kedua orang tuanya, itulah yang membuat kedua orang tuanya malah menyalahkan Myka sepanjang waktu karena dia belum kunjung menikah-menikah.

Hari itu Miko datang ke rumah dengan pacarnya, dan dia bilang kepada kedua orang tuanya kalau dia serius dengan pacarnya, dan dia ingin menikah dengan pacarnya itu. Sontak kedua orang tuanya kaget, mereka tidak menyangka Miko akan seberani itu. Myka yang mengetahui nya ikut bahagia karena adiknya bertanggung jawab dengan tidak hanya pacaran saja, namun langsung mau menikah, walaupun Myka juga tahu kalau kerjaan Miko belum stabil, dan pasti akan kesulitan untuk Miko nanti kalau dia sudah menikah. Namun Myka juga paham, kalau rejeki itu Allah yang mengatur, bagaimana rejekimu besok sudah di atur oleh Allah, maka untuk kalian janganlah khawatir akan hal itu. Dengan mudahnya kedua orang tua Myka menyetujui itu, mereka juga sudah mengatur acara pertemuan dengan kedua orang tua kekasih Miko. Acara lamaran berjalan dengan baik, dan Myka juga lega karena adiknya akan hidup mandiri dan dia fikir akan bisa membantunya di suatu saat nanti.

'Ma...miko butuh 25 juta nih buat belikan mahar...' kata Miko

'Iya nanti mama siapkan...' jawab ibu Myka dengan senang

'Oh iya nanti setelah nikah Miko tinggal disini ya ma, soalnya Miko masih belum stabil kerjaannya, lagian Nessa juga masih belum lulus kuliah, jadi sementara tinggal disini dulu ya ma...' kata Miko sambil terus menatap Handphone nya

'Iya gak apa-apa, mama tambah seneng ada yang nemenin...'

'Nessa itu kuliah apa sih Ko...??' tanya ayahnya

'Apoteker pa...' jawab Miko singkat

'Wah...bagus itu, kalau begitu, toko kakakmu itu jadikan apotek saja besok kalau Nessa udah lulus kuliah, itu toko soalnya sepi gak ada yang beli, kakakmu juga gak bisa di andalkan buat ngurus toko...' kata ayahnya lagi tanpa menghiraukan Myka yang sedari tadi melipat kartu undangan pernikahan bersama Mono

Myka hanya tersenyum getir mendengar kalimat yang terucap dari kedua orang tuanya itu, kata-kata mereka seperti belati yang terus menerus menyayat hatinya. Mono yang melihatnya, tiba-tiba memegang tangan Myka dan matanya memandang Myka seolah berkata 

'Kak...yang sabar ya...'

Myka membalas dengan senyuman, dan dia mengusap kepala adik terakhirnya itu. 

Hari-hari dilalui, dan tiba saatnya pernikahan Miko di gelar, semua tamu undangan memenuhi gedung yang di sewa oleh orang tua Myka. Kedua orang tua Myka juga terlihat sangat senang karena anak laki-laki kesayangan mereka menikah. Dan untuk Myka, dia disibukan dengan pertanyaan 'kapan nikah?' karena Miko sudah duluan menikah. Menurut mitos jawa kalau adik laki-laki melangkahi kakak perempuannya, maka kakak perempuannya akan sulit untuk menikah, alias akan jadi perawan tua seumur hidupnya. Myka terlihat sangat lelah dengan pertanyaan basa basi basi itu, namun dia tetap tersenyum, dia harus tetap jadi pilar yang kuat untuk keluarganya, dia harus jadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Setelah acara selesai, Miko dan istrinya tinggal di rumah Myka. Beban Myka bertambah, istri Miko tergolong anak yang manja, dia tidak pernah bisa bangun pagi untuk membantu di dapur, dia juga hanya bersantai sepanjang hari, mengetik untuk kuliahnya, berangkat kuliah diantar Miko pakai sepeda Myka, untuk pembelian bahan bakar tetap Myka. Mobil baru di pakai kalau papa nya sudah mengisi bensin nya. Begitulah kehidupan keluarga Myka, kedua orang tua Myka tidak pernah berkomentar, pekerjaan Miko juga masih tidak menemukan hilalnya, alias masih belum bisa di jadikan sebagai pekerjaan tetap. Pemasukan keuangan juga semakin menipis, karena kedua orang tuanya hanya petani biasa, dengan hasil panen yang tidak begitu banyak, sedangkan Myka hanya memiliki toko dengan pemasukkan yang tidak pasti di setiap harinya.

Keadaan semakin memburuk saat Nessa, istri Miko hamil, sebenarnya dari awal pernikahan Myka sudah tahu kalau Miko terburu-buru menikahi kekasihnya karena kekasihnya itu sedang mengandung, namun lagi-lagi tidak ada yang mempercayai perkataan Myka, karena Myka hanya dianggap noda di keluarganya, perkara dia tidak sukses dan belum menikah. 

'Apa aku suruh Nessa buat mengugurkan bayinya aja kak...?' kata Miko kepada Myka

'Astaugfirllah Ko...kamu gak boleh ngomong begitu, anak itu anugerah dari Allah...jangan ah...' kata Myka kaget

'Aku belum siap jadi ayah, kerjaan belum tetap juga aku, baiayanya pasti gede kak, aku gak sanggup...' kata Miko sedih

Myka memandang sedih adiknya, dia lalu duduk di samping Miko yang terlihat stress.

'Ko...mungkin Allah mau memberi kamu rejeki dari anak ini, makanya kamu jangan berfikiran untuk menghilangkan anak yang masih belum lahir ini...dosa besar Ko....' kata Myka menasehati adiknya

Akhirnya Miko mengurunkan niatnya untuk meminta Nessa mengugurkan bayi dalam kendungannya, Myka juga mengatakan kalau dia akan membantu Nessa untuk merawat bayinya nanti jika sudah lahir. Keputusan Myka itu dia buat untuk membantu meringankan beban adiknya, dia juga pelah-pelan membayar tunggakan uang kuliah Mono adik terakhirnya. Myka sangat memikirkan keluarganya, namun dia melupakan dirinya sendiri, dia lupa kalau dia juga sebenarnya butuh perhatian. 

Hari itu Myka berangkat kepasar seperti biasanya, namun di tingah perjalan dia terjatuh dan pingsan. Beberapa orang membantunya dan membawanya ke rumah sakit. Sesampainya di sana, Myka langsung di tangani oleh dokter yang ada di sana. Saat pihak rumah sakit menghubungi keluarganya, tidak ada satu pun yang menjawab telfon dari rumah sakit itu. Lalu saat pihak rumah sakit menghubungi Rulli, mereka bisa berbicara dengan Rulli dan langsung sesaat kemudian Rulli sudah berada di rumah sakit. Sampai sana, Rulli melihat Myka yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit, Rulli menghampiri tubuh sahabatnya yang tidak berdaya itu.

'Dokter, Myka sakit apa...?' tanya Rulli cemas

'Kami masih menunggu hasil dari lab, untuk sementara duagaan kami, nona Myka mengalami dehidrasi yang parah, makanya jatuh pingsan, dia juga mengalami stress yang membuat dia tidak bisa tidur nyenyak, jadi energinya habis, ini hanya dugaan kami, untuk lebih lanjutnya kami masih menunggu hasil lab nya.' jawab dokter disana

Rulli menggangguk pelan mendengar jawaban dari dokter itu, dan dia terus mencoba menghubungi orang tua Myka, namun belum ada balasan. Rulli juga menghubungi adik-adik Myka, namun tidak ada dari mereka yang menjawab panggilannya. Beberapa waktu kemudian, Myka perlahan mulai membuka matanya, ada beberapa suster yang siaga di samping Myka begitu pula dengan Rulli sahabatnya. 

'Aku dimana...?' tanya Myka lirih

'Di rumah sakit Myka....' jawab Rulli sambil mendekat kearah Myka yang terlihat mulai sadar.

Myka hanya menatap wajah cemas Rulli sembari memegang tangannya dengan erat, lalu dokter memasuki ruangan dengan membawa hasil dari lab. Rulli dan juga Myka mengarahkan pandangan kepada dokter yang baru saja memasuki ruang ICU itu, dokter itu membawa sebuah amplop hasil dari tes laboratorium Myka.

'Nona Myka...ini hasil laboratorium anda...' kata dokter sambil menyerahkan amplop itu dan Rulli yang menerimanya perwakilan dari Myka, karena Myka masih dalam kondisi yang lemah

Rulli membuka amplop itu dan membaca hasil dari laboratorium tersebut, namun karena Rulli bukan orang medis jadi dia tidak paham dengan isi dari hasil itu.

'Ini maksudnya bagaimana ya dok...? Myka sakit apa...?' tanya Rulli sedikit cemas, karena hasil yang dia bawa saat ini ada beberapa tulisan yang menggunakan tinta merah.

'Dengan berat hati kami mengatakan bahwa hasil lab ini menujukan kalau ada tumor di kepala anda, nona Myka...' jelas dokter tersebut

Mata Myka dan juga Rulli langsung terbelak mendengar kata-kata dari dokter tersebut, mereka berdua seolah tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

'Maksud dokter, Myka memiliki tumor di kepalanya...??' tanya Rulli tidak percaya

'Iya, menurut hasil tes yang kami lakukan, ukuran dari tumor itu sudah mencapai stadium 3, dan termasuk sudah sangat besar, dan resiko jika ingin mengangkatnya juga sangat besar. Tingkat keberhasilannya sangat rendah kurang dari 20%, jika dipaksa proses pengangkatan itu sangat sulit....' jelas dokter

Myka meneteskan air matanya, dia tidak percaya kalau hal ini terjadi kepadanya, sedangkan Rulli tertunduk lemas tak berdaya, dia tidak percaya sahabatnya akan mengalami hal yang sangat menyedihkan seperti ini.

'Saya harap, nona Myka bisa berunding dengan keluarga nona untuk melakukan kemoterapi secara teratur, memang tidak bisa menyembuhkan secara total juga, namun setidaknya bisa meredakan nyeri di kepala anda dan jika berjalan lancar, bisa menghambat proses pertumbuhan tumornya...' kata dokter

'Apa tidak ada jalan lain dokter...? dengan obat mungkin...??' tanya Rulli

'Untuk sementara hanya ini yang kami bisa anjurkan Nona, mengingat tubuh nona Myka juga mengalami penyakit diabetes, jadi kami juga tidak boleh sembarangan memberikan obat, takutnya akan berdampak pada bagian tubuh lainnya...'

'Myka memiliki diabetes...??' tanya Rulli tidak percaya

'Iya, menurut hasil lab menunjukkan kadar gula berlebih di darah nona Myka, juga ada beberapa masalah di ginjalnya, maka itu kami minta untuk nona Myka memeriksakan seluruh tubuh ke rumah sakit yang lebih besar, kami akan merecomendasikan beberapa rumah sakit yang bisa menangani ini...' jelas dokter itu.

Mendengar semua penjelasan dari dokter, Myka dan juga Rulli benar-benar terpukul terlebih lagi semua keluarga Myka tidak ada satupun yang bisa di hubungi. Myka masih dudul di ranjang rumah sakit, dan Rulli duduk di samping ranjangnya, dengan kondisi mereka berdua sangat lemas dan juga sembab di bagian mata. Baik Rulli ataupun Myka merasakan sedih dan juga shock atas apa yang terjadi. Hari itu Myka sebenarnya masih di haruskan menginap, namun Myka meminta untuk rawat jalan saja, karena dia tidak ingin keluarganya khawatir, dia juga harus pulang untuk menyediakan obat yang harus di minum ibunya. Rulli sebenarnya menawarkan untuk mengatur obat ibu Myka, namun Myka tetap bersikukuh untuk pulang ke rumah, dia juga ingin berbicara langsung dengan keluarganya prihal penyakit yang dia derita.

Akhirnya pihak rumah sakit membiarkan Myka pulang, walaupun prosesnya cukup alot, karena pihak rumah sakit tidak ingin Myka pulang untuk alasan kesehatannya. Namun apa boleh buat, Myka sangat bersikeras pulang, dan dia juga berjanji akan segera melakukan kemoterapi, maka itulah yang membuat rumah sakit akhirnya mengijinkan Myka pulang ke rumah. Rulli mengantarkan Myka pulang kerumah, di perjalanan mereka berdua saling terdiam satu sama lain, Myka tidak percaya dia akan mengalami hal seperti ini. Cerita yang klasik, yang sering di temui di drama-drama atau film, namun kali ini dia benar-benar mengalaminya sendiri, jika ini sebuah film, maka Myka adalah pemeran utamanya, dan kali ini tidak ada yang bisa menebak endingnya seperti apa...?

Sesampainya di rumah, Myka mendapati keluarganya sedang duduk di ruang tengah dan terlihat ibu dan ayah mertua Miko juga ada disana. Myka terheran dengan keadaan itu, saat Myka masuk, ibunya langsung menghampirinya dan marah-marah kepada Myka.

'Myka...kamu dari mana saja sih....' kata ibu nya dengan nada tinggi yang membuat Myka serta Rulli kaget

'Maaf ma...tadi Myka...'

'Kamu ini main saja sama Rulli....kamu gak tau kalu Nessa keguguran gara-gara terjatuh dari tangga...' jelas ibunya dengan nada marah saat ini

'Kami bukan main ma, kami...'kata Rulli terputus karena Myka memengang tangannya memberi tanda untuk Rulli tidak meneruskan kalimatnya

'Ini ni...makanya kalian susah nikah...habis main aja kerjaannya, samapi adiknya mengalami musibah tidak tahu...' lanjut ibunya sambil berlalu meninggalkan Rulli dan Myka yang mematung di depan pintu

Hati Myka sangat sakit sekali dengan perlakuan ibunya kepadanya, dia bahkan belum sempat bilang kalau dia sedang sakit dan tidak tahu kapan Allah akan memanggilnya untuk pulang, karena penyakit yang dia derita. Rulli sangat kesal mendengar kata-kata orang tua Myka, dia sangat ingin marah dan memarahi semua orang disana. 

'Kak, maaf tadi aku masih nyetir jadi pas kakak telfon aku gak bisa angkat, mama tadi larang angkat soalnya masih nyetir...' kata Mono yang mendekat ke arah Myka

'Iya gak apa-apa No...' jawab Myka dengan senyuman ke Mono

'Kakak pucat banget, kakak kecapekan ya...?' tanya Mono dan hanya Mono yang perhatian dengan wajah pucat Myka

'Iya kakak kecapekan, kalau begitu kakak istirahat dulu ya....' kata Myka sambil beranjak meninggalkan ruang tamu dengan berjalan beriringan bersama Rulli

Semua orang memandang Myka, apalagi kedua orang tuanya yang memandang sinis karena Myka meninggalkan ruangan itu tanpa memperdulikan kesedihan adik iparnya yang baru saja kehilangan bayinya. Namun saat itu Myka sudah tidak perduli, dia ingin menjadi egois untuk sekali dalam hidupnya, karena mungkin ini kali terakhir dia begitu. Rulli menemani Myka, dan setelah Myka minum obat, Rulli meninggalkan Myka di kamarnya dan berpamitan pulang dengan orang tua Myka. Rulli juga tidak bersimpati dengan kehilangannya bayi dari Miko dan Nessa, menurut Rulli keluarga Myka sudah keterlaluan terhadap Myka.

Pagi itu, Myka tetap bangun pagi dan menyiapkan semua kebutuhan keluarganya, walaupun dengan kondisi yang benar-benar lemah. Dia juga menyiapkan obat untuk ibunya, dia menyiapkan air hangat untuk mandi ayahnya, dia menyiapkan sarapan untuk semua anggota keluarganya, sama seperti hari biasanya. Dan hari itu Myka tidak mengatakan apapun tentang dirinya, dia menerima semua perkataan orang tuanya tentang dia, dan tentang semua prilaku dia yang tidak nampak saat Nessa mengalami kemalangan. Myka tetap terdiam, saat orang tuanya telus melontarkan kata-kata seperti belati yang menyayatnya secara bertubi-tubi, Myka tetap menahannya dengan baik. Saat semua orang kembali ke rutinitas, Myka mengalami kesakitan yang luar biasa, dan dia hanya menangis di kamarnya, sambil terus meminum obat pereda nyeri dan juga obat lainnya dari rumah sakit kemarin. Rulli yang khawatir, dia menelfon Myka setiap 2 jam sekali untuk memastikan sahabatnya itu tidak apa-apa.

1 bulan kemudian, Myka tetap kontrol kerumah sakit tanpa memberi tahu keluarganya, dia menggunakan sisa tabungannya untuk berobat, dan dia juga mendapatkan tambahan dari Rulli, walaupun Myka tidak mau namun Rulli bersikeras memberikan sebagian uangnya untuk pengobatan Myka. Hari itu Myka membungkus kado untuk Rulli, karena lusa sahabatnya itu berulang tahun, jadi Myka menyiapkan kadonya. Dan pada hari itu juga Myka menyiapkan semua perlengkapan keluarganya. Obat untuk ibunya yang sudah dia letakan di tempat obat lengkap dengan urutan hari dan juga tata cara meminumnya, dia menyiapkan semua baju ayahnya serta camilan yang sering ayahnya makan, dia menyiapkan sepedahnya untuk Miko dan juga Nessa, serta dia menyisipkan uang saku untuk Mono di jaket kesayangan Mono. Setelah semua orang sarapan, Myka membersihkan meja makan dan dia mendapati hidungnya mengeluarkan darah, spontan Myka mengusapnya dan kembali ke kamarnya.

Myka membaringkan diri di kamarnya, dia melihat langit-langit di kamarnya, dia ingat betul dia di usia 17 tahun nya sedang mengecat langit kamarnya bersama ayahnya. Kala itu sang ayah sangat bangga kepadanya karena dia berhasil masuk sekolah favorit yang diidamkan banyak orang. Sebagai hadiah, ibunya memberikan sepeda, dan ayahnya membantu merenovasi kamar Myka sesuai dengan keinginannya. Kini dia hanya merasa kesakitan yang sangat sakit, dari semua kenangan yang dia dapat, disaat terakhirnya dia hanya mengingat kenangan indah saat dia di manjakan oleh kedua orang tuanya. Telfon Myka berbunyi, namun tangannya sangat lemah untuk bisa mengangkatnya, Myka sempat melirik ke layar ponselnya, dan nama Rulli tertera disana. Dia ingat bagaimana dia pertama kali mengenal Rulli, gadis berambut ikal dan berkacamata bulat itu dulu terlihat sangat susah di dekati, namun ternyata dialah teman yang sampai akhir hayatnya selalu bersamanya.

Myka mengingat semua kejadian di kehidupannya, dia ingat setiap kebahagiaan yang dia dapatkan saat dia masih bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Dia ingat saat pertama kali menggendong Miko, pertama kali saat berjalan menggandeng Miko, lalu saat dia menyuapi Mono dan juga bermain bersama mereka. Myka sangat menyayangi kedua adiknya itu, dia sangat khawatir bagaimana jika dia meninggalkan adiknya, siapa yang akan membayar pesanan ojol Mono, dan siapa yang akan mencuci sepeda untuk bisa dibawa oleh Miko. Yang ada di pikirannya saat ini adalah bagaimana caranya dia bisa berpamitan kepada semua keluarganya, namun pada kenyataannya sekarang dia hanya berbaring sendirian di kamarnya. Samar-samar dia mendengar suara Rulli dari balik pintu kamarnya, dia melihat sahabatnya itu berlari menghampirinya yang sangat lemah, lalu diikuti Mono yang baru selesai mandi. Mono yang tidak tahu apa yang terjadi pada kakaknya terlihat sangat khawatir. Rulli menggengam tangan Myka dengan hangat, air matanya sudah membanjiri pipi tembemnya, Myka mengisyaratkan Rulli untuk membuka laci di kamarnya. Setelah Rulli membukanya, ternyata dia menemukan sebuah kado lengkap dengan kartu ucapannya. Rulli meneteskan airmatanya, dia sudah tidak tahan lagi dan akhirnya menangis di samping Myka, sahabatnya.

'Kakak kenapa....? kakak kenapa kak Rulli...?' tanya Mono cemas

Myka sudah tidak bisa bicara lagi, Mono yang melihat Myka mengeluarkan darah dari hidungnya sangat panik melihatnya. Mono berusaha menghentikan darah itu dengan mengusap memakai tisu, dan Mono mulai menitihkan air matanya. Myka membelai lembut pipi adiknya, Myka berkata dalam hati

'Maafkan kakak No...kakak harap kamu bisa lebih mandiri lagi, jadi anak yang berbakti untuk mama dan papa, lulus kuliah dengan baik dan jangan lupa makan yang teratur...' batin Myka

'Li...maafin aku...aku tidak bisa menemani kamu untuk berfoto di pernikahan kamu nanti, semoga kamu segera bertemu dengan orang yang tulus menyayangi dan mencintai kamu...' batin Myka

'Mama...papa maafkan Myka...mama jangan lupa minum obat ya...papa juga jangan terlalu banyak makan camilan....Miko jaga baik-baik Nessa, sayangi dia dan sayangi juga keluarga ini, maaf kakak pergi duluan, semoga kalian semua selalu bahagia...' batin Myka

Tak lama kemudian Myka menghembuskan nafas terakhirnya, Myka meninggal di pelukan adiknya, Mono. Kedua orang tua Myka baru tahu saat mereka kembali dari ladang, Myka pergi tanpa di temani oleh kedua orang tuanya. Wajah ibu Myka tampak pucat pasi begitu pula dengan ayahnya, mereka tidak menyangka dengan kepergian anaaknya yang mendadak seperti ini. Miko juga baru pulang setelah jasad Myka di mandikan, Miko yang selama ini selalu keras kepada kakaknya saat ini tertunduk sedih dan menangis di depan jasad kakaknya. Mono yang tak henti-hentinya menangis di samping jasad kakaknya, ibu Myka nampak sangat terpukul dengan kepergian putri satu-satunya. Memang semua akan nampak sangat berharga saat sudah pergi meninggalkan kita, begitu pula dengan Myka. Dia selama ini hanya bayangan di rumah ini, keberadaannya nampak tetapi tidak begitu di perhatikan, dia ada tetapi tidak terlihat sama seperti udara. Dan mulai saat ini Myka akan benar-benar menjadi tidak terlihat, dia akan benar-benar menjadi udara dan dia juga sudah tidak bisa merasakan sakit lagi.

'Selamat jalan Myka...kamu sudah tidak sakit lagi sekarang, kamu bisa istirahat sekarang Myka, kamu gak akan capek lagi sekarang...terima kasih sudah jadi sahaabat yang baik untuk aku, terima kasih sudah menjadi bagian dari kenangan yang sangat indah untukku. Kamu akan abadi di dalam ingatan aku Myka, walau kamu sudah tidak ada, namun semua semangat kamu dan juga ketegaran kamu selama ini akan jadi penguat aku saat aku terjatuh nanti...tunggu aku disana ya...walaupun aku tidak tahu kapan aku akan menyusulmu, namun aku pasti mencarimu disana nanti....sisakan tempat di sisi kamu untuk aku ya....' kata Rulli di sambing pusara yang bertuliskan nama Myka Rosalyn.

'Kakak.....terima kasih sudah jadi kakak yang baik buat Mono...maaf Mono belum sempat belikan kakak dompet baru, dompet kakak yang sudah usang, tapi kakak selalu gak mau beli karena uangnya buat pesen makan aku, maafkan Mono kak, dan terima kasih sudah kasih Mono uang saku untuk yang terakhir kali...' kata Mono sambil memegang uang dari saku jaketnya, uang yang Myka selipkan tadi pagi

'Kak Myka....maafkan Miko....Miko selama ini egois...Miko gak pernah tahu perasaan kakak, bahkan penyakit kakak pun Miko gak tahu, maafin Miko kak...terima kasih karena selama ini kakak jadi penyangga untuk kami berdua, kakak bukan wanita yang lemah, kakak lebih kuat di banding kita berdua. Maaf Miko belum sempat memeluk kakak, dan menggenggam tangan kakak seperti dulu saat kakak selalu menggandeng Miko kemanapun kakak pergi....maaf kak....' kata Miko dengan berlinang air mata.

Kedua orang tua Myka hanya duduk di samping pusara putrinya dengan berjuta kesedihan yang terlihat dari raut wajah mereka. Rulli lalu menghampiri mereka berdua dan memberikan satu kotak berwarna coklat kepada kedua orang tua Myka, serta amplop yang berisi laporan kesehatan Myka selama 1 bulan terakhir ini. Rulli juga menjelaskan alasan kenapa Myka tidak mengatakan penyakitnya. Saat kedua orang tua Myka membuka kotak itu, tangis ibunya pecah seketika yang membuat pelayat yang masih ada di pemakaman memandang kearah mereka. Di dalam kotak itu Myka meninggalkan sebuah catatan, tata cara ibunya meminum obat, Myka juga membelikan kotak obat khusus, yang sudah dia berikan contoh cara mengisinya agar mudah untuk di pakai ibunya, serta aturan meminum obatnya. Ibu Myka terkena penyakit diabetes, jadi harus rutin mengkonsumsi obat dan juga beberapa suntikan insulin. Dan disana Myka menjelaskan cara menggunakan barang-barang yang ada di kotak itu. Myka juga menyediakan camilan kesukaan ayahnya, yang dia bungkus dengan ukuran sekali makan, karena dia tidak mau ayahnya berlebihan mengkonsumsi camilan asin yang bisa membuat tekanan darah tinggi. Semua sudah dipersiapkan oleh Myka, Myka sudah menyiapkan sebuah perpisahan untuk keluarganya. Namun sebaik apapun Myka menyiapkan sebuah perpisahan, yang namanya perpisahan tetaplah menyedihkan.

Sekarang Myka sudah tidak menjadi beban keluarganya lagi, dia juga sudah bebas dari pertanyaan 'kapan nikah?', dia juga tidak menjadi samsak untuk amarah kedua orang tuanya. Myka sudah beristirahat selamanya dan tidak ada lagi yang menganggunya, Selamat jalan Myka, semoga kamu tenang disana.






'Orang yang membuatmu menangis adalah yang benar-benar kamu cintai, sementara orang yang membuatmu tertawa, hanyalah orang yang kamu suka. Akan tetapi ironisnya, tertawa dan menangis tidak bisa menjadi indikator sebuah kebahagian.' Myka Rosalyn


Sekian

Citra Kim


Tidak ada komentar:

Posting Komentar